random

Bookmark

Salah satu kegiatan yang sukses mengalihkan perhatian saya dengan buku adalah kristik. Setelah 3 bulan berkutat dengan bunga poppy, ah akhirnya hampir kelar.

Poppies

Dan proyekan saya selanjutnya bookmark untuk temen di Goodreads yang sudah saya janjikan sejak tahun lalu :p Ini beberapa contoh bookmarknya 🙂

cute, aren't they?
listopia

Maret – 2011

Bulan ini saya pemalas sekali *cambuk diri sendiri* ngeblog jarang, ngereview apalagi. Hadeh:(

Mari kita lihat bacaan bulan ini, mudah-mudahan ga terlalu kelihatan malasnya :p

1. Ice – Sarah Beth Durst, fantasy-romance-young adult.

2. The Book of Lost Things – John Connoly, fantasi yang lain dari yang lain, patut dibaca bagi para penggemar kisah yang dark and twisted.

3. Sisters Red – Jackson Pearce, kisah tudung merah yang sudah pernah saya review *wink*

4. Jane Eyre – Charlotte Bronte, 5 bintang! haha, ternyata saya berhasil juga membaca buku ini yang ternyata menjadi bacaan favorit di bulan Maret.

5. Dongeng Semusim – Sefryana Khairil, terbitan gagas yang covernya sangat indah, sayang isinya tak seindah cover.

6. Empat Musim Cinta, keroyokan penulis Indo, beberapa ada yang bagus, ada yang lebay dan ada juga yang saya ga ngerti maksudnya :p

7. A dog Walker – Leslie Scnur, ga kelar baca @.@ tapi covernya cantik sangat.

8. The Penderwicks – Jeanne Birdsall, perpaduan antara Secret Garden dan Little Women, nice book.

9. Eon -Allison Goodman, 4 bintang. Bagus! Mulai dari karakter, alur cerita dan settingnya juga. Hadaw mau direview tapi dari kemarin berasa jelek banget reviewnya.

Wuh, cuma sembilan itupun satu ga kelar. Mau coba kelarin Lock and Keynya Sarah Dessen deh, hari ini bisa kelar ga ya? ;p

Bagaimana dengan kalian? Apa bacaan favorit di bulan Maret?

inspiring · must read · tears · touch of Asia

Sold – Patricia McCormick

Heartbreaking, yet uplifting.

Sold
Sold

Berkisah tentang Laksmi, gadis kecil dari Nepal berusia 13 tahun yang dijual oleh ayah tirinya sendiri ke rumah bordil. Keluguan, kenaifan seorang anak kecil terpampang dengan jelas di buku ini, karena kisah ini dikisahkan dari sudut pandang si Laksmi sendiri.

Buku setebal 310 halaman saya selesaikan dengan semalam karena ternyata isinya cukup ringan dan gaya penulisan yang beda dari novel biasanya.

Laksmi, diiming-imingi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kota cukup dengan permen manis ia sudah sangat senang. Kaki tangan sang pemilik rumah bordil memberitahukan Laksmi, “saat melewati perbatasan, engkau harus memanggilku suami!”
Laksmi yang polos, menurut saja apa kata si paman dan mereka berhasil melewati India dengan aman. Lucunya, di pikiran Laksmi, paman itu sekarang ia panggil dengan paman suami.

Ketika tiba di rumah bordil, tiba waktunya Laksmi berpisah dengan paman suami, nah bagian-bagian ini membuat saya merinding. Tidak terbayangkan bagaimana rasanya seorang Laksmi, 13 tahun dipaksa melayani lelaki berbibir ikan.

Pria berbibir ikan itu melepas gaunku.

Kutunggu diriku untuk melawan. Namun tak ada yang terjadi.

Lantas dia di atasku, dan sesuatu yang panas dan menuntut ada di antara kedua tungkaiku.

(hal 162)

Kira-kira seperti itulah cara penulisan Patricia di novel ini dari awal sampai akhir. Kalimatnya cukup singkat, tapi sudah berhasil membuat saya terentuh, berdebar-debar, bahkan hampir menitikkan air mata.

Rumah bordil, yang di sini disebut dengan rumah kebahagiaan berhasil merebut masa gadis Laksmi, masa di mana ia seharusnya bermain dengan teman-temannya, mengerjakan pr di sekolah. Laksmi mulai terbiasa membutakan segenap panca indranya, agar ia buta dengan wajah para lelaki yang membayarnya 30 rupee (seharga dengan 1 kaleng coca cola), agar hidungnya tidak mencium bau amis para lelaki berperut gendut.

Lakmi memiliki beberapa teman di rumah kebahagiaan, salah satunya bocah berbaju David Beckham, seringkali ia mengamatinya.

(hal 204)
Aku tahu, dari segala kegiatannya bahwa dia hanyalah laki-laki biasa.

Namun, sesekali kutemukan diriku membenci dirinya.

Aku benci dia karena memiliki segala buku sekolah dan teman bermain.

Karena memiliki seorang ibu yang menyisir rambutnya di pagi hari.

Dan, karena kemerdekaan untuk datang dan pergi sesukanya.

Namun, kadangkala aku membenci diriku sendiri karena membencinya.

Hanya karena dia seorang anak laki-laki biasa.

Dan si laki-laki biasa ini mengajarkan Laksmi menulis dan membaca, sampai suatu ketika ia memberikan Laksmi sebuah pensil.

(hal 244)
Sebulir air mata bergulir di pipiku.

Aku telah dipukuli di sini,

dikurung,

dianiaya ratusan kali,

dan ratusan kali lagi.

Aku telah dibiarkan kelaparan,

dan ditipu,

dijebak,

dan dipermalukan.

Betapa anehnya, aku telah luluh sepenuhnya oleh kebaikan hati seorang bocah lelaki dengan sebatang pensil kuning.

Baca buku ini kebetulan juga dengan maraknya perkosaan anak kecil yang terjadi di Bali. Betapa saya mengutuk pria ini, karena ia tidak sekedar merobek selaput dara si anak, tapi sekaligus menghempaskan masa depan anak kecil tak berdosa dalam waktu 5 menit saja!!

must read · touch of Asia

Madame Wu – Pearl S. Buck

Tidak seperti yang saya kira, novel sastra cina ternyata bisa membuat saya hampir tidak bisa berhenti membacanya, kesalib dikit ama death note sih, tapi secara keseluruhan buku ini sangat bagus, ditulis dengan manis dan indah oleh Pearl S Buck.
Madame Wu
Madame Wu
Bagian awal buku menceritakan tentang seorang nyonya rumah bijaksana bernama Madame Wu, pada ulang tahun ke 40 ia mengambil keputusan heboh. Mencarikan istri muda untuk suaminya.
Review itu sudah cukup membuat saya tertarik untuk membeli novel ini, dan saya tidak salah pilih, bukunya bagus banget. Saya pikir selanjutnya akan bercerita tentang intrik yang akan terjadi setelah istri baru menempati kediaman Mr Wu. Ternyata saya salah besar, buku ini mengajarkan akan kebebasan berpikir, proses pendewasaan seorang nyonya rumah yang membawa perubahan baik dalam mendidik anak maupun kebebasan jiwanya sendiri.

Pertama membaca, dengan mudah saya mengambil kesimpulan betapa tersiksanya wanita Cina jaman dulu, kerjaannya hanya melayani suami sampai puas tanpa memikirkan dirinya sendiri, memasak dan mengatur rumah tangga, tidak usah belajar karena wanita itu tidak butuh otak, hanya badan saja, dan tak lupa tugas mulianya yang lain, melahirkan anak laki-laki. Anak perempuan tak ada gunanya. Terlebih lagi jaman dulu belum mengenal kontrasepsi, Madame Wu mengambil keputusan untuk mencarikan istri muda untuk sang suami karena dia sudah tidak lagi menginginkan kehamilan dan ingin menikmati hari tuanya sebagai wanita. Walaupun badan masih kencang, karena ia tak pernah menyusui anaknya, ada ibu susu sendiri untuk tiap anak. Akhirnya terpilih gadis yatim sebagai istri muda Mr Wu, yang sintal dan agak bodoh. Tapi yang namanya manusia bukan binatang, hidup bukan hanya berkisar di bawah pusar, Mr Wu tidak mencintai istri mudanya, parahnya lagi istri mudanya malah jatuh cinta dengan anak ketiga mereka. Nah lho…

Pertengahan cerita ada lagi tokoh baru, brader Andre, seorang pendeta berbadan besar, berkaki besar dan berbulu lebat. Dari Andre, madame Wu belajar banyak hal dan ia mengalami perubahan yang luar biasa, bahkan ia menyadari bahwa selama ini ia sama sekali tidak mencintai suaminya. *jreng jreng*

Selanjutnya saya malah takut jadi spoiler, mending baca sendiri deh. Recommended! Saya jelas-jelas akan membaca buku karangan Pearl S. Buck selanjutnya, sudah ada 3 buku yang saya baca termasuk Madame Wu. Next on my to read book : Mandala, hasil belanja kalap obralan Gramedia seharga 10ribu saja. Dan kali ini latarnya di India, padahal biasanya selalu mengambil setting di Cina, mudah-mudahan saja bukunya sebagus Madame Wu 😉

inspiring · love love love · tears

Nights in Rodanthe – Nicholas Sparks

Sekali lagi saya terpesona oleh gaya penceritaan Nicholas Sparks. Mendayu-dayu tapi tidak menye-menye. Romantis namun tidak bombastis. Ceritanya mudah ditebak, walaupun begitu tetap saja saya dibawa ikut dalam irama drama yang naik turun.

Nights in Rodanthe
Nights in Rodanthe

Hebatnya lagi begitu jelas dan detilnya Nic Sparks menceritakan bagaimana kisah cinta dua manusia di usia yang tak lagi muda, namun tetap sangat menarik. Saya ikut merasakan getar dan gelora asmara yang dialami kedua tokoh utama Nights in Rodanthe. Plus saat mengetahui endingnya, saya tak tahan untuk tidak mengeluarkan air mata.

Dibilang happy ending nggak. Dibilang sad ending pun tidak. Yang jelas selesai membaca buku ini, saya sangat merasakan ketulusan sebuah cinta sejati, tak lekang oleh waktu. Mau tak mau teringat kisah mama dan papa saya sendiri. Mereka bertemu di saat usia papa yang tidak muda lagi, 37 tahun. Tahun 1979 mereka menikah dan tahun 1990 mama saya meninggal. Cukup singkat kebersamaan mereka, tapi sampai saat ini, detik ini, kapanpun papa menceritakan soal mama, beliau menceritakan mama dengan pancaran cinta yang tak pernah berubah. Terkadangpun saat kami duduk bareng, papa masih berbicara seakan-akan mama saya masih ada, “Min, anakmu sudah besar sekarang. Mia sudah bisa cari uang sendiri lho, lihat saja bukunya semakin numpuk tiap hari”
*kenapa jadi nyesek ya :p*

Yah seperti itulah. Dan perasaan ‘nyesek’ itu yang saya rasa saat membaca buku ini. Sesak sedih, sesak bahagia juga. Mengetahui bahwa orang yang dicinta sudah tenang di alam sana namun cinta dan semangat itu akan tetap ada.

Jadi teringat lagu To where you are, Josh Groban
Who can say for certain
Maybe you’re still here
I feel you all around me
Your memories so clear

Deep in the stillness
I can hear you speak
You’re still an inspiration
Can it be
That you are mine
Forever love
And you are watching over me from up above

Fly me up to where you are
Beyond the distant star
I wish upon tonight
To see you smile
If only for awhile to know you’re there
A breath away’s not far
To where you are

Are you gently sleeping
Here inside my dream
And isn’t faith believing
All power can’t be seen

As my heart holds you
Just one beat away
I cherish all you gave me everyday
’cause you are mine
Forever love
Watching me from up above

And I believe
That angels breathe
And that love will live on and never leave

inspiring · must read

The Help – Kathryn Stockett

Dikasih oleh sang penerjemah mbak Uci *peluk peluk mbak Uci*
Sepertinya saya memang berjodoh dengan buku ini *lebay dikit gpp ya* dari beberapa bulan yang lalu saat beberapa teman di goodreads membaca buku ini saya sudah tertarik dengan cover 3 burung ungunya itu. Saat beredar buku terjemahannya malah jadi lebih tertarik untuk baca, covernya lebih indah lagi. Gara-gara sudah jatuh cinta inilah, saya tidak berani banyak-banyak baca review, takut spoiler, hehe. Hanya saja dari gambar cover sudah tersirat buku ini bernafaskan isu rasial dan dari browsing sekilas di amazon, rata-rata buku ini dapat 4-5 bintang.

The Help
The Help

Buku setebal 537 halaman ini terbagi atas 3 kisah.
Aibileen
Sepertinya setiap orang akan menyukai karakter Aibileen. Bagaimana tidak, sebagai seorang pekerja dan pengasuh anak, ia mencintai Mae Mobley seperti anaknya sendiri. Plus ia mengajarkan nilai kehidupan yang dilewatkan begitu saja oleh ibu si anak itu sendiri, miss Leefolt.

Minny
Nah, kalau ini jagoan saya :p
Dari 3 sudut pandang (Aibileen, Minny, miss Skeeter) saya paling suka dari sisi Minny. Celetukannya menyegarkan dan terkadang membuat saya tertawa. Tempramennya meledak-ledak, terlebih lagi ia bekerja di rumah miss Celia yang dongok abis, saya bayanginnya mirip Pamela Anderson gitu (yak, semuanya mirip).

Miss Skeeter, wanita kulit putih yang semakin hari semakin menyadari perbedaan dirinya dengan teman-temannya. Pintar menulis dan bertekad menjadi jurnalis. Diawali dengan kolumnis kecil yang membahas tentang bagaimana cara merawat rumah, padahal ia sama sekali tidak pernah membersihkan rumah. Sehingga ia meminta bantuan Aibileen untuk menjawab pertanyaan di koran dan menjadi dekat dengan Aibileen. Terlebih lagi ternyata Aibileen kenal dengan Constantine, pengasuh kulit hitamnya sedari kecil yang tiba-tiba menghilang dari rumah.

Seiring dengan pertemuan Aibileen dan miss Skeeter yang mulai meningkat, tens cerita mulai tambah seru. Miss Skeeter yang melihat sendiri perbedaan antara kulit putih dan kulit hitam, berpikir untuk menerbitkan buku. Bagaimana rasanya wanita warga kelas bawah bekerja dengan kulit putih? Bagaimana suara hati seseorang yang senantiasa dianggap kotor, rendah dan berbeda? Dan apa sebenarnya yang terjadi dengan Constantine? Kenapa Aibileen selalu mengelak jika ditanya mengenai Constantine?

Yak, kira-kira seperti itulah garis besar buku ini.
Kenapa 5 bintang?
Buku ini seakan memiliki jiwa, saya merasakan setiap emosi di sini. Cinta. Benci. Marah. Sakit hati. Lepas. Bebas. Bahagia. Saya ikut merasakan kedongkolan Minny saat majikannya mabuk dan melontarkan pernyataan tolol. Saat membaca dari sudut pandang Aibileen, seakan mama saya hadir kembali, karena aura keibuannya yang sangat kuat. Aibileen menjadi tokoh favorit dalam novel yang saya baca nih sepanjang tahun 2010 ini. Dan saat miss Skeeter berhasil membukukan wawancaranya, saya ikutan girang.

Covernya, me likey so much. *mbak Anne Mariane, top banget dah* Oia, saya juga ngefans banget dengan hasil karya mbak Anne Mariane beberapa contohnya Biro Jodoh Kaum Elite, Blue Remembered Heels saya suka semuanya. #jadipengenbisagambar

historical · love love love · must read · touch of Asia

The Palace of Illusions – Divakaruni

Bisa dibilang saya merasa beruntung bisa membaca buku seindah ini. Terlebih lagi sedari SD ayah saya yang juga pecinta buku rutin menghadiahi saya buku Mahabrata karangan R.A Kosasih. Kaget juga karena di usia saya yang sekarang, kurang lebih 20 tahun lewat sejak pertama kali mengenal tokoh Pandawa lima, ternyata saya masih mengingat garis besar kisah Mahabrata.

Istana Khayalan
Istana Khayalan

Istana khayalan benar-benar membuat saya berkhayal jauh, seakan-akan saya ikut berada dalam Hastinapura, ikut bersimpati dengan Dropadi dan tanpa saya sadari, ketawa sendiri mendengar celetukan Dropadi yang ngasal juga.

Pada awal buku, Divakaruni mengajak kita berkenalan langsung dengan tokoh utama, Dropadi. Kisah kelahirannya yang fenomenal, kondisi ayahnya yang terbakar api dendam, kakaknya yang sangat mencintainya dan teman sehati Dropadi, Krishna yang bijaksana. Siapapun akan mudah jatuh hati dengan sosok Dropadi, perempuan yang cerdas, blak-blakan, haus akan ilmu, tidak menyukai pertempuran bahkan ia bertekad merubah pola pikir sang ayah dan kakak tercinta (sangat berbeda dengan apa yang terjadi di kemudian hari). Sejak masa mudanya Dropadi menyadari ia bukan seperti perempan kebanyakan, ia tidak menikmati pelajaran khas wanita, dan takdir memang membawanya jauh dari perempuan kebanyakan.

Suatu ketika, Dropadi menanyakan nasibnya kepada pertapa,
“Kau akan mengawini lima pahlawan terbesar pada masamu. Kau akan menjadi ratu segala ratu, dicemburui segala dewi. Kau akan menjadi pelayan, kau akan menjadi penguasa yang paling hebat lalu kehilangan itu.
Kau akan diingat karena menyebabkan perang terbesar pada masamu.
Kau akan dicintai, meskipun kau tak selalu tahu siapa yang mencintaimu”
Ramalan itu kembali diucapkan Srikandi, dan Dropadi mulai menunggu, takdir apakah yang menantinya di depan sana?

Betapa takdir mempermainkan nasib seorang wanita, Dropadi yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Karna, seorang anak kusir kerajaan yang pada akhirnya juga mencintainya yang ironis baru diketahui sesaat sebelum Karna meninggal. Perkawinannya dengan Arjuna, pandawa yang berhasil memenangkan sayembara menjadi suaminya, namun sesuai dengan titah sang ibunda pandawa apa yang menjadi milik seseorang harus menjadi milik bersama. Dropadi menjadi istri dari kelima Pandawa. Ia memiliki istana yang sangat indah, namun sebagaimana yang ditulis di ramalan pertapa bijak, ia akan kehilangan semuanya itu.

Bagian tengah buku, Dropadi yang kita kenal dulu sudah berubah.
“Dia sudah mati. Separuh dirinya mati saat semua yang dicintai dan dia harapkan menyelamatkan hanya duduk tanpa protes dan menontonnya dipermalukan. Separuh dirinya yang lain musnah bersama rumahnya tercinta. Tetapi jangan takut, perempuan yang menggantikan tempatnya akan mengukir jejak yang lebih kuat ke dalam sejarah daripada yang dulu dibayangkan gadis naïf itu” h.289

Dipermalukan, kehilangan, dendam, kesombongan menghancurkan Dropadi dan ia bertekad tidak akan menyisir rambutnya sampai ia keramas dengan darah Kurawa. Betapa besar arti kebencian dalam diri seseorang, sampai pada akhirnya kebencian pun membakar hatimu sendiri, kau tak akan menyadarinya sampai semua yang kaucintai hancur, luluh lantak tak bersisa.

Kayaknya saya bisa jadi penerusnya Echa nih, ayo semua teman-teman yang belum baca buku ini, baca deh.
Banyak pelajaran yang didapat dari buku ini, salah satunya jangan meremehkan wanita ;D
Oia, agak beda dari buku komiknya dulu yang membuat saya kesengsem dengan Yudhistira, nah di sini Yudhistiranya agak oon sedikit, amat tidak pas dengan karakter Dropadi yang meledak-ledak. Hanya Bima yang bisa mengimbanginya, siapa sangka pendekar yang keker sumeker bisa bertekuk lutut di kaki Dropadi, Bima bersedia membantu Dropadi di dapur, bahkan rela membunuh demi Dropadi. Salah satu kalimat Bima yang saat ini saya jadikan status di fesbuk, “Tanpa kau di sisiku, untuk apa ada kerajaan?” Huwaah manis sekali, siapa yang sangka kalimat seromantis ini datang dari Bima?
Kalau Arjuna sih tidak banyak diceritakan di sini, terlebih lagi Nakula dan Sadewa.

Semua teramu lengkap di buku ini, perang dahsyat, ramalan, dewa dewi yang ga kalah keren dengan dewa dewi Olympus, kisah cinta fenomenal, cinta sejati Dropadi – Karna walau tidak pernah sekalipun mereka berkumpul tapi kita berasa ikut merasakan kesungguhan cinta mereka, ada di sini. Yak, kayaknya musti buat rak baru nih, buku-yang-saat-kelar-dibacanya-bikin-bilang-aaaaaaahhhh-indah-sekaliiii.

PS. Covernya cantik dan hasil karya ilustrator favorit saya, Satya Utama jadi. Kapan-kapan saya posting deh cover dari Satya, bagus-bagus semuanya 🙂

random

Baca bareng GRI April 2011

Polling membaca buku terjemahan untuk bulan depan di Goodreads telah dishare beberapa hari lalu. Cukup menarik pilihannya, mulai dari The Help – K. Stockett, Palace of Illusions – C. B. Divakaruni, A Thousand Splendid Suns – K. Hosseini dan Shakespeare’s Landlordnya C. Harris. Saya pribadi memilih ATSS, karena belum pernah membaca buku karangan Khaled Hosseini plus terbitan Mizan Gold Edition buku ini lumayan menggoda untuk saya koleksi.

Jadi teringat juga buku The help dan Palace of Illusions reviewnya belum saya posting di blog, coba bongkar-bongkar Goodreads deh, bagi yang belum membaca saya sarankan untuk membaca 2 buku di atas. Recommended!

Have a great weekend, bookworms 🙂

fantasy · young adult

Sisters Red – Jackson Pearce

Wow keren! Dua kata yang terlontar dari mulut saya saat melihat cover buku Dua Saudari Bertudung Merah terbitan Atria. Salut untuk Atria yang tetap memakai cover asli Sisters Red. Unik, misterius, dan ‘gelap’ pas banget dengan isi bukunya yang menceritakan kakak beradik March memberantas manusia serigala. Ring a bell? Yap, me too. Novel ini terinspirasi dari kisah tudung merah yang pernah saya baca bertahun-tahun lalu. Terlebih lagi tahun ini film tentang Tudung Merah juga bakal tayang. Sudah cukup alasan saya untuk segera meluncur ke toko buku memburu buku ini.

Kisah dimulai dengan peristiwa 7 tahun yang lalu, ketika Scarlett masih berusia 11 tahun. Pria misterius mendatangi rumah Oma March, bermata gelap, senyum aneh dan gerakannya sangat mencurigakan. Pria yang tak lain adalah seorang fenris / manusia serigala memangsa habis Oma March. Scarlett dan sang adik Rosie berusaha membela diri sekuat tenaga, bahkan satu mata Scarlett rusak akibat serangan serigala itu.

Trauma dan kepahitan senantiasa menghantui kakak beradik March, terlebih lagi Scarlett. Ia menjalani hari dengan mengejar fenris. Berlatih sekuat tenaga, berburu, mengasah kapak menjadi makanannya tiap hari. Bagaimana dengan Rosie? Sebagai  adik yang nyawanya pernah diselamatkan sang Kakak tentunya membantu Scarlett walaupun jauh dalam lubuk hatinya ia terkadang lelah dengan perburuan yang tak henti-henti. Sekuat apapun mereka berusaha membasmi Fenris, sepertinya monster-monster itu tidak ada habisnya.

Scarlett dan Rosie tidak bekerja sendiri, terkadang mereka dibantu oleh Silas. Tetangga dan teman main mereka sedari kecil. Tukang kayu cekatan yang cukup tampan rupanya, sampai Rosie perlahan-lahan menyadari bahwa dirinya mencintai Silas. Apakah cinta Rosie bertepuk sebelah tangan? Seandainya Silas mencintai Rosie, bisakah hubungan mereka bertahan? Bagaimana dengan Scarlett? Dan apa yang menyebabkan Fenris semakin banyak berkeliaran di sekitar mereka? Silahkan baca sendiri untuk mencari tahu lanjutannya 🙂

Sisters Red setebal 432 halaman berhasil saya selesaikan dalam waktu 2 hari. Selain seru membaca perjuangan Rosie-Scarlett-Silas membasmi fenris, saya juga penasaran dengan kisah cinta Rosie-Silas. Jackson Pearce menurut saya cukup sukses dalam membangun konflik cerita dan penokohan. Saya seakan mengenal Scarlett, terlebih lagi sifat-sifatnya yang pas dengan karakter seorang kakak. Ketegasannya, tanggung jawabnya untuk menjaga adik yang juga keluarga satu-satunya sangat menonjol. Sifat galaunya terkadang muncul saat melihat wajahnya yang hancur akibat serangan fenris juga gampang ditepis jika ia sudah mengingat tujuan utama hidupnya. Mengejar monster. Berbeda dengan Rosie, ia lebih kalem dan tidak meledak-ledak. Bahkan dengan sembunyi-sembunyi mengikuti kursus menari ataupun origami sekedar melepaskan diri dari rutinitas kejar mengejar fenris.

Klimaksnya dan endingnya berjalan cepat, menurut saya bahkan terkesan terlalu gampang. Namun bagi penggemar fantasi yang juga penikmat romansa ala young adult sangat sayang untuk melewatkan buku ini.

3 bintang untuk kisahnya, 1 bintang untuk covernya yang fenomenal.

PS : browsing pengarang saya malah menemukan buku karangannya dengan model serupa. Sweetly, kali ini Pearce mengadaptasi kisah Hansel dan Gretel. Mudah-mudahan juga diterbitkan oleh Atria.