inspiring · must read · tears

Have a Little Faith, people.

Books can be dangerous. The best ones should be labeled “This could change your life.” ~Helen Exley

Quote yang sudah pernah saya dengar sebelumnya, kemarin baca lagi dari status updatenya mbak Lita dan quote di atas sangat melukiskan perasaan saya semalam ketika begadang menyelesaikan buku Mitch Albom terbaru Have a Little Faith. Penulis bahkan menyatakan “It is… the most important thing I’ve ever written,” . Di bukunya kali ini Mitch Albom mengajak kita untuk menyelami iman, cinta, toleransi antar umat beragama dengan kalimatnya yang sederhana namun penuh dengan makna. Saya sendiri beberapa kali membaca ulang beberapa paragraf karena begitu indahnya makna yang disampaikan.

Have a Little Faith
Have a Little Faith

Have a Little Faith adalah buku non fiksi yang ditulis dalam kurun waktu 8 tahun, berkisah tentang perjalanan hidup 3 pria – seorang rabi tua, pendeta kulit hitam dengan masa lalu yang kelam serta Mitch Albom sendiri. Mirip dengan Tuesdays with Morrie, buku diawali dengan permintaan Rabi Mitch Albom sedari ia kecil dulu, “Maukah kau menyampaikan eulogi terakhir untukku bila aku mati?” Mitch Albom tentu saja kaget dan tak paham dengan pertanyaan sang Rabi dan balik bertanya mengapa ia yang dipilih? “Karena menurutku kaulah orang yang tepat. Dan kupikir bila tiba waktunya, kau tahu apa yang akan disampaikan.”

Paragraf terakhir dari prolog di halaman awal buku :

Ini kisah tentang keyakinan terhadap sesuatu dan dua orang yang sangat berbeda mengajariku tentang cara beriman. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk menuliskannya. Penulisannya membuatku mendatangi gereja dan sinagoga, daerah pinggiran dan kota, dan membawaku ke konsep “kita” versus “mereka” yang memecah belah keyakinan di seluruh dunia.

Dan akhirnya kisah ini membawaku ke rumah, ke persemayaman yang dipenuhi orang, ke peti mati dari kayu pinus, ke lubang yang masih kosong. Awalnya adalah sebuah pertanyaan yang kemudian menjadi permintaan terakhir “Maukah kau menyampaikan eulogi untukku?”

Dan sebagaimana dengan keyakinan lainnya, aku merasa sedang dimintai pertolongan, padahal akulah yang sedang ditolong.

Selesai membaca buku ini, saya juga merasa telah ditolong. 🙂

Mitch Albom akhirnya menyanggupi permintaan Rabi untuk menyampaikan eulogi ketika Rabi meninggal nanti, namun untuk sebuah eulogi, Mitch Albom harus mengenal Rabi lebih jauh, bukan hanya sebatas orang pilihan Tuhan yang berkotbah setiap Minggu, melainkan ia harus mengenal Rabi sebagai manusia biasa. Dan dari sinilah kisah mulai bergulir, secara berkala Mitch mengunjungi Rabi untuk sekedar bertanya dan bercerita.

Suatu kali, saat Rabi di rumah sakit ada lengkingan bayi. “Nah, anak itu mengingatkanku akan sesuatu yang diajarkan tokoh besar kita. Ketika bayi lahir ke dunia, tangannya mengepal bukan?’, ujar Rabi sambil mengepalkan tangannya.

Lalu ketika seseorang yang tua meninggal, bagaimana ia mati? Dengan tangan terbuka. Mengapa? Karena ia telah mendapatkan pelajaran itu”. Kemudian ia merentangkan jemarinya lebar-lebar. “Kita tidak dapat membawa apapun.”

*ah indahnya, bahkan di saat saya mengetik ulang paragraf di atas dada saya terasa sesak*

Satu lagi paragraf favorit saya di halaman 109.

“Jadi, sudahkah kita menyimpulkan rahasia kebahagiaan?”

“Menurutku begitu.”

“Apakah anda akan memberitahu saya?”

“Ya. Siap?”

“Siap.”

“Merasa cukup.”

“Itu saja?”

“Penuh rasa syukur.”

“Itu saja?”

“Atas apa yang kita miliki. Atas cinta yang kita terima. Dan, atas segala yang Tuhan berikan kepada kita.”

“Hanya itu?”

Ia menatap mata Mitch Albom, menghela nafas panjang.

“Hanya itu.” 

Huft. Masih banyak paragraf dan kalimat yang ingin saya bagikan di sini, tapi sepertinya review ini sudah terlalu panjang. So, read it people 🙂 A. Must. Read. Book! Apapun agama anda, buku ini tidak bercerita mengenai agama, melainkan iman dan kecintaan kita terhadap sesama. Buku ini ditutup dengan eulogi Mitch Albom di saat penguburan Rabi, sukses membuat saya mrebes mili.

5 bintang dari saya, sepuluh kalau bisa!

Cover : Cover terbitan Gramedia sama dengan cover buku aslinya. Konsep covernya diilhami oleh kumpulan kliping Rabi yang diikat dengan karet gelang. Nice 🙂

Detail buku:

Judul : Have a Little Faith / Sadarlah

Alih bahasa : Rani. R. Moediarta (terjemahannya bagus!)

Gramedia, November 2009. 265 halaman

12 thoughts on “Have a Little Faith, people.

  1. sepertinya menarik dan mencerahkan jiwa ya. Baru tau malah kl buku ini sdh diterjemahkan dan diterbitkan thn 2009 yl.
    Thx for sharingnya.

  2. wah…hampir semua resensi yang pernah ku baca menyebutkan kesukaan mereka terhadap paragraf di halaman 109 itu, begitu pun aku, aku suka sekali dengan paragraf itu.

    aku jadi tidak sabar loh menunggu karya Albom lainnya, rasanya ke empat bukunya yang kubaca sangat menolongku.

  3. aku mrinding lho mi.
    heran deh aku, si Mitch ALbom itu, terlepas apakah semua itu emang nyata atau engga, tapi bener2 dia bisa ngalamin semua hal yang aku pikir “ajaib”dan istimewa banget 🙂

    waktu baca tuesday with morrie juga, that book has change my life. But this book, will it change me, again?

    selama ini selalu berusaha menghindar dari Albom sejujurnya, takut sama efeknya (huhuhu.. oconfession nih)

  4. haha.. udah lama ni buku nongkrong di ebook reader tapi belum aku baca.. Jadi penasaran, ntar dibaca deh.. 🙂 Thanks for the review mi.

  5. jiahahaha..kenapa ana takut sama efeknya?kalo efeknya bagus..hehe..tp mesti ngoprek2 luka kita dulu sih emang buku2nya mitch albom ;p
    ah..naik peringkat deh buku ini dlm daftar wishlistku..harus secepatnya beli..meski udah punya ebooknya..

  6. hai…salam kenal, lompat dari blog ferina si lemari buku, aku juga sukaaaa buku ini, ehm…kayaknya aku suka semua karya2 Mitch Albom :))

  7. *kagum liat review bukunya*

    Hiyaaa, dulu gw juga bisa melahap buku sebanyak ituuu 😦 –>sok sibuk

    Salam kenal, thanks for visiting my blog 😀

    Btw, waktu itu sempat denger, si komik Monster mau dibikin filmnya, tapi gatau kabar selanjutnya….

  8. Bole, bolee, bole dipake idenya *gaya ngomong mbak2 mangdu*

    Suka koleksi nota?
    Wah, jadi ingat dulu pas SMP, punya guru les privat buat mat, fisika, dll.
    Trus dia suka banget pake segala macam nota jadi kertas coretan, ato tempat nyatatin rumus2 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s