“Courage is the resolution to face the unforeseen.” – Agatha Christie
Ketika BBI berencana untuk baca bareng Agatha Christie saya menyambut dengan suka cita! Sepertinya terakhir kali ketika saya SMP deh, ahay, sudah bertahun-tahun lewat. Sayang ketiga buku favorit (Tirai, Empat Besar, Sepuluh Anak Negro) tidak saya temukan di toko buku terdekat dan yang menarik perhatian ya buku ini, Ledakan Dendam. Sudah pernah dibaca juga sih tapi perpaduan antara Agatha Christie dan pembunuhan keluarga Mesir susah ditolak.

Ledakan Dendam berkisah tentang kehidupan keluarga Imam Ka bernama Imhotep. Ia memiliki 3 orang anak, Yahmose anak tertua yang cenderung lamban dan berhati-hati dalam bertindak. Sobek, anak kedua yang berbadan kekar, terkadang bersikap seenaknya dan banyak omong. Ipy, anak laki-laki ketiga dari istri kedua yang paling kecil dan menjadi anak kesayangan Imhotep. Dan satu lagi Renisenb, anak perempuan satu-satunya yang pulang ke rumah setelah 8 tahun karena suaminya meninggal, dari sudut pandangnyalah kita diajak untuk menyaksikan pengaruh dendam memorakporandakan Imhotep sekeluarga.
Semua berawal dari sepulangnya Imhotep berlayar yang membawa selir muda bernama Nofret. Cantik, muda dan berbahaya. Kedatangannya memicu apa yang sebelumnya terpendam; keserakahan, nafsu dan kebencian. Ketika akhirnya satu per satu jatuh korban yang diawali dengan Nofret kembali Agatha Christie menunjukkan kelasnya sebagai penulis thriller jempolan.
Pembunuhan yang terjadi empat ribu tahun yang silam dan penyebabnya tidak berubah sampai sekarang, kedengkian, kecemburuan ternyata tak lekang oleh waktu. Sama seperti yang tertulis di halaman 211 “Keserakahan adalah gabungan segala macam kejahatan dan kumpulan segala sesuatu yang tercela”. Dan “mengucapkan kebohongan itu sama mudahnya dengan mengucapkan kebenaran”.
Novel misteri tanpa detektif bisa disebut seperti itu walau terdapat kemiripan karakter Esa, ibu Imhotep dengan Miss Marple yang lembut sekaligus tegas, ada lagi Hori anak buah Imhotep yang berpikiran tajam dan lugas mirip dengan Poirot. Ledakan Dendam adalah satu-satunya karangan Agatha Christie dengan latar belakang historis Mesir dan tokoh yang meninggal di buku ini lumayan banyak bahkan hampir disamakan dengan novel legendarisnya And There Were None.
Pujian yang dilontarkan oleh Maurice Richardson di harian The Observer tahun 1945 : “One of the best weeks of the war for crime fiction. First, of course, the new Agatha Christie; Death Comes as the End. And it really is startlingly new, with its ancient Egyptian setting in the country household of a mortuary priest who overstrains his already tense family by bringing home an ultra-tough line in concubines from Memphis. Result: a series of murders. With her special archaeological equipment, Mrs. Christie makes you feel just as much at home on the Nile in 1945 B.C. as if she were bombarding you with false clues in a chintz-covered drawing room in Leamington Spa.
3 bintang saya sematkan untuk Ledakan Dendam, walau ceritanya seru tetap kurang greget. Terlalu banyak tokoh dan Renisenb yang mana dari matanyalah kisah ini terjadi kurang heboh berperan serta. Renisenb adalah wanita yang biasa-biasa saja malah klemar klemer menurut saya, coba saja ia bersikap lebih tegas mungkin pembaca bisa lebih masuk ke dalam cerita.
Ingin mengenal Agatha Christie lebih jauh? Saya sarankan untuk membuka agathachristie.com. Salah satu situs pengarang paling lengkap dan paling memuaskan penggemarnya, mulai dari biografi Agatha Christie yang ternyata bersuamikan seorang arkelolog, anda akan bisa berinteraksi dengan fans AC di seluruh dunia bahkan ada gamesnya pula. Mulai dari hangman, puzzle sampai sudoku! Kita juga bisa mengetahui apa saja buku Agatha Christie yang paling banyak dibaca dan adaptasi filmnya. Keren! Masih belum puas juga, yuk kita follow twitter yang dibuat oleh situs tadi di @Queenofcrime.
Detail buku :
Ledakan Dendam – Death Comes at the End
Alih bahasa : Ny. Suwarni A. S.
Ilustrator : Satya Utama jadi
Cetakan kelima, Agustus, 2007, 324 halaman.