2013 · BBI · Gramedia · historical

[Review] The Various Flavours of Coffee – Anthony Capella

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba! Posting bareng BBI pertama tahun 2013. Yay! Serunya lagi kali ini temanya adalah Secret Santa. Dan saya masih ragu-ragu siapa pengirim buku setebal 677 halaman ini >.<

The Various Flavours of Coffee
The Various Flavours of Coffee

Ya, buku hadiah dari Secret Santa saya adalah The Various Flavours of Coffe karangan Anthony Capella yang sebelumnya menuliskan beberapa buku yang kental dengan eksotisme makanan.

Sinopsis :

Dengan secangkir kopi, hidup Robert Wallis berubah. Penyair amatir itu tengah duduk di kedai kopi di London merenungi masa depannya yang suram ketika Samuel Pinker menghampirinya. Ternyata si pemilik Castle Coffee menawarkan satu hal yang sangat diharapkan pemuda itu: pekerjaan.

Robert bertugas menyusun daftar “kosakata kopi” berdasarkan cita rasa dan aroma kopi, pekerjaan yang menjadi awal petualangan Robert menemukan manis pahit kehidupan. Adalah putri Pinker yang membuat Robert jatuh cinta dan sadar bahwa ia tidak mungkin membangkitkan satu indra tanpa membangunkan indra-indra lain.

Sayang cinta mereka diuji saat Robert mesti bertolak ke Afrika. Di sana Robert bertemu Fikre yang melayaninya dalam upacara minum kopi khas Abyssinia tradisional. Dan ketika Fikre, budak seorang saudagar, dengan berani menyelipkan sebiji kopi ke tangan Robert, misteri kopi dan cinta terlarang berbaur dan mengubah… sejarah dan takdir.

From the internationally bestselling author of The Wedding Officer comes a novel whose stunning blend of exotic adventure and erotic passion will intoxicate every reader who tastes of its remarkable delights.

fave cover kedua setelah versi gramedia
fave cover kedua setelah versi gramedia

Kutipan di atas pas banget mewakili isi dari buku yang diterjemahkan dengan judul Rasa Cinta dalam Kopi ini. Kita tidak hanya ikut serta dalam petualangan mencari cinta seorang laki-laki genit yang bernama Robert Wallis, pembaca bahkan mendapat pengetahuan baru mengenai sejarah kopi dan karakter kopi yang berbeda-beda. Mirip manusia saja, beda tempat beda karakter.

“Rasanya seperti lumpur. Dengan sedikit sisa rasa samar-samar dari buah aprikot busuk.”

Siapa sangka berkat omelan Robert Wallis soal kopi yang ia minum kepada pelayan di Cafe Royal membuka perkenalannya dengan seorang saudagar kopi bernama Samuel Pinker. Pinker tertarik dengan kepiawaian Robert mendefinisikan rasa secangkir kopi, tak butuh waktu lama akhirnya Robert mengiyakan ajakan Pinker.

Sebagai penikmat kopi instan dan sesekali menyesap kopi di beberapa kedai kopi, saya merasa tidak ada apa-apanya dibanding Robert yang sedemikian ‘unik’ menguraikan harum secangkir kopi.

Seperti pada halaman 35 :

“Rasanya tidak tajam. Seperti handuk basah.”

atau

“Baunya seperti —- karpet lama!”

atau juga

“Sekepul roti bakar gosong”

Haha, coba kopi macam apa pula yang Robert cicipi? Entah memang sedemikian rasanya atau lidah awam saya tidak peka dengan cita rasa kopi?

Robert memilah dan menerjemahkan rasa berbagai jenis biji kopi dari Sumatra, Srilanka, Arab, Jamaika bersama anak gadis Pinker, Emily Pinker. Dasarnya Robert adalah pria flamboyan maka Emily pun tak luput dari godaannya. Walau awalnya jual mahal, akhirnya Emily jatuh juga ke pelukan Robert.

Ayah Emily, Mr. Pinker akan merestui hubungan mereka jika Robert berhasil memberikan mahar sebanyak seribu pound. Dengan cara pergi ke Afrika, membuka lahan baru seluas lima puluh ribu acre. Seukuran London!

Namanya memang laki-laki flamboyan, di Afrika Robert malah jatuh cinta dengan seorang budak bernama Fikre. Duh, beneran saat baca buku ini bolak balik Robert pengen saya sembur dengan kopi panas. Genitnya ini ga ketulungan! Memang sih di Afrika banyak masalah yang akan menimpanya yang membuat Robert jatuh bangun dan mau tak mau pembaca akan bersimpati padanya, tapi  tetep saja saya gemes duluan dengan karakter Robert.

The Various Flavours tidak hanya berkisah seputaran kisah cinta Robert, sebagai pembaca indera penglihatan dan penciuman kita dimanjakan dengan penuturan kopi oleh Anthony Capella, sampai bolak balik saya ikutan minum kopi untuk merasakan sensasi eksotisme yang begitu kental di buku ini. Sayangnya tetap saja yang berasa cuma krimer dan gula 😀

The Various Flavours merupakan fiksi historikal yang mengambil setting London di akhir tahun 1900an di saat marak isu penjajahan, perbudakan, kental dengan teori ekonomi dan perdagangan. Puas kok bacanya, hanya saja tetap 3 bintang yang saya karena sudah sebel duluan dengan Robert XD.

Terima kasih my dearest Santa.

Di detik-detik terakhir saya memutuskan bahwa secret santa saya : jreng jreng jreng …… Om Rahib! aka @htanzil. Kenapa? Karena ada kalimat the old one with H. Benar tidaknya mari ditunggu komentarnya saja :p

Saatnya blogwalking! Dan ah ya, sudahkah minum kopi hari ini?

images

2013 · drama · inspiring · Middle Grade · must read

[Review] Wonder – R. J. Palacio

Don’t judge a book by its cover. Familiar, yes? Bagaimana dengan don’t judge a boy by his face?

Wonder
Wonder

Lahir dengan kelainan Mandibulofacial Dysostosis, sebuah kondisi rumit
yang membuat wajahnya tampak tidak biasa walau sudah menjalani sepuluh kali operasi. August diperkenalkan langsung kepada pembaca melalui prolog berjudul ‘biasa’.

Aku tahu aku bukan anak berumur sepuluh tahun biasa. Maksudku, memang aku melakukan hal-hal biasa. Aku makan es krim. Aku bersepeda. Aku memiliki XBox. Rasanya sih begitu. Tapi aku tahu anak-anak biasa tidak menyebabkan anak-anak biasa lainnya berlari meninggalkan taman bermain sambil menjerit-jerit. Aku tahu anak-anak biasa tidak pernah diperhatikan ke mana pun mereka pergi.

Seandainya aku menemukan sebuah lampu ajaib dan mendapatkan sebuah permohonan, aku akan memohon agar aku memiliki wajah normal yang tidak akan pernah diperhatikan siapa pun.

…..

Omong-omong, namaku August. Aku tidak akan menggambarkan seperti apa tampangku. Apa pun yang kaubayangkan, mungkin keadaannya lebih buruk.

Penutup bab pertama lumayan ‘nyesek’ dan seakan memberikan peringatan kepada pembaca, prepare for the worst.

Saat August lahir dengan keadaan kritis, perawat di rumah sakit membisikkan kalimat penguatan untuk ibu August, “Semua orang yang terlahir dari Tuhan bisa menghadapi dunia.”

Mom bilang, saat itu mereka sudah menceritakan semuanya mengenai aku. Mom sudah mempersiapkan diri untuk melihatku. Tetapi, Mom bilang, saat menunduk dan menatap wajah kecilku yang berantakan untuk pertama kalinya, yang disadari Mom hanyalah betapa indahnya mataku.

Omong-omong, Mom cantik. Dan Dad tampan. Via juga cantik. Kalau kau penasaran.

Kenapa saya rela susah payah mengetik ulang ketimbang copy paste sinopsis dari Goodreads? Karena saya ingin menunjukkan karakter August ini begitu loveable, siapa yang tidak jatuh hati dan ingin memberikan ‘puk-puk’ bahkan pelukan untuknya. Apalagi caranya bercerita seakan August hadir nyata di sekitar saya. Salut untuk R. J. Palacio!

Keadaan yang bertambah buruk. Semuanya dimulai ketika August bersekolah di Beecher Prep, pandangan mata yang menusuk, August dianggap mengidap penyakit menular, banyak hal yang ia dapati selama bersekolah. Julian, laki-laki menyebalkan yang kerap kali mengejek August. Oh how i hate that guy! Anyway, banyak hal menyenangkan juga yang August lewati, ia memiliki kepala sekolah bernama aneh yang bijaksana, ia memiliki teman unik bernama Summer yang selalu menjadi teman duduknya selama di kantin. Serta ia memiliki sahabat karib bernama Jack Will.

Setiap hari adalah perjuangan, kalimat itu lupa saya pernah baca di mana, namun sepertinya pas untuk melukiskan perjalanan hidup August selama ia bersekolah. Hidupnya benar-benar perjuangan dan saya sebagai pembaca merasakan hati ini ditusuk-tusuk *halah* sekaligus persahabatan August dengan teman-temannya juga menghangatkan hati, nyesek banget-banget. Bolak balik saya meneteskan air mata saat membaca buku setebal 427 halaman terbitan Atria ini.

Hal lain yang membuat saya menyukai Wonder adalah sudut pandang yang berbeda-beda. Tidak saya sadari sejak awal karena seratus halaman pertama kita langsung digiring melalui porsi August. Bab kedua diambil dari versi Via, kakak perempuan August.

Ya,saya bisa membayangkan bagaimana perasaan Via yang tinggal di keluarga di mana salah satu anaknya adalah anak berkebutuhan khusus.

August adalah matahari. Aku, Mom dan Dad adalah planet-planet yang berputar mengelilingi matahari.

Damn, siapa bilang jadi remaja itu adalah hal yang mudah. Setiap kita memiliki masalahnya sendiri dan makanya saya sangat suka kalimat yang digunakan penulis untuk menutup Wonder :

“I think there should be a rule that everyone in the world should get a standing ovation at least once in their lives.”

Selain Via, buku ini juga menggunakan Summer dan Justin, pacar Via sebagai bagian dari narator. Lucunya, saat penulis menggunakan Justin sebagai pov, paragraf yang ada lurus,datar, tanpa huruf kapital dan tanda baca. Sampai awalnya saya pikir, aneh banget ada satu bagian yang lolos dari proofreader, ternyata setelah iseng main-main ke blog penulis, ia mengatakan demikian :

Why is Justin’s part written without uppercase letters and without proper punctuation?
I played trombone for seven years through middle school and high school. And I remember thinking back then, especially when I would get into the really low notes, that  notes on a musical staff looked a little like lowercase letters of the alphabet. I don’t play anything now but I can still read music, and I still think that way. Ascenders and descenders remind me of half note and quarter notes, depending on where they fall on the staff. The baseline of a letter is a bit like a ledger line. Certain serif faces even have strokes that call to mind that graceful little flag on top of the stem of a note. Maybe it’s because I’ve been a graphic designer for so many years, but I’m trained to see typefaces and fonts not just as communication devices, but as visual cues for other things. So when it came to writing from Justin’s point of view, because he’s a musician, someone who thinks in musical terms, it just seemed natural for me to use lowercase letters to represent his thoughts in a very visual way. He’s the kind of person who doesn’t talk a lot, because he’s naturally shy, but has a lot going on inside. The running monologue inside his head has no time for capital letters or punctuation: it’s like his thoughts are streaming inside his mind.

Keren ya! Dipikirkan sampai sejauh itu!

Banyak emosi dinaikturunkan di buku ini. Siapa coba yang tidak terenyuh hatinya saat August bertanya kepada ibunya, “Kenapa aku harus sejelek ini, Mommy?” >.<

Ketimbang membaca buku motivasi, coba deh baca buku ini. Sesuai dengan tema GRI baca bareng, semangat baru, membaca Wonder membuka hati kita untuk lebih melihat dengan sudut pandang yang baru.

“Courage. Kindness. Friendship. Character. These are the qualities that define us as human beings, and propel us, on occasion, to greatness.”

Beberapa sudut pandang memudahkan pembaca melihat August dari berbagai segi dan saya setuju dengan penulis yang tidak memasukkan sudut pandang sang Ibu.

I purposely left out the parents’ point of views because it would have changed the focus of the book from child-driven to something else, something darker and somewhat more cynical. This is something I didn’t want. It was my choice to end the book on a happy note in Auggie’s life, a time when he feels triumphant and well-loved. But we know that life won’t always be so kind to him, and the adults in the book know that, too. It’s one of the reasons I think adults reading the book get so emotional when reading it—far more emotional than children.

Kalimat di akhir sesuai dengan yang saya rasakan, sepertinya pembaca dewasa akan jauh lebih emosional membaca buku middle – grade. Walau endingnya sedikit Hollywood seperti kata beberapa teman, saya menutup buku ini dengan perasaan hangat dan haru, definetely one of the best book I’ve read.

5 dari 5 bintang.

Trailer :

Bagi yang sudah baca, jangan lewatkan main-main ke sini. Penjelasan-penjelasan kecil mengenai apa yang ada di buku. Mulai dari asal muasal R. J. Palacio mendapat ide menulis Wonder, yang ternyata diilhami pengalaman pribadinya saat melihat anak kelainan kraniofasial waktu membeli es krim bersama anaknya. Wonder, yang menjadi judul buku pertamanya, diambil dari lirik lagu Natalie Merchant.

Doctors have come from distant cities
Just to see me
Stand over my bed
Disbelieving what they’re seeing

They say I must be one of the wonders
Of god’s own creation
And as far as they can see they can offer
No explanation

Newspapers ask intimate questions
Want confessions
They reach into my head
To steal the glory of my story

They say I must be one of the wonders
Of god’s own creation
And as far as they can see they can offer
No explanation

Praise for Wonder :

“You’ll laugh out loud and cry joyful tears following Auggie. This is one of the most moving and purely uplifting books I’ve read in a long while.”
—Rachel Hochberg, Children’s Book World

“Prepare yourself. Your eyes will open, your heart will warm and you will find yourself cheering for August.”
—Judy Hobbs. Third Place Books

“A gentle, totally mesmerising book written in a compelling, realistic style that invites the reader into the intimate daily life of this marvelous, genuine boy and his family and holds them there. It is a powerful story that gives us the world we live in with a clean set of eyes; one you will return to again and again, with voices that will stay with you for a very long time. It is also about being yourself, even if the odds are against you, because in the end, that’s all you can be. For ages 10 and up (through adult readers), ‘Wonder’ is a thoroughly wonderful gift and a book that you must read.”
—Mary Esther Judy, The Bookbag

Detail buku :

Wonder – R. J. Palacio

Penerjemah : Harisa Permatasari

472 halaman, cetakan pertama, September 2012.

Pinjam dari Mamih Uci

 

 

2013 · thriller

[Review] Crooked House – Agatha Christie

There was a crooked man, and he walked a crooked mile. He found a crooked sixpence against a crooked stile. He bought a crooked cat, which caught a crooked mouse. And they all lived together in a little crooked house.

Crooked House
Crooked House

Nursery rhymes yang misterius, gaya khas Agatha Christie. Crooked House telah diterjemahkan dengan judul Catatan Harian Josephine, beda makna namun tetap memiliki korelasi yang pas.

My fave cover
My fave cover

Review di bawah saya ambil dari halaman belakang Crooked House :

The Leonidas are one big happy family living in a sprawling, ramshackle mansion. That is until the head of the household, Aristide, is murdered with a fatal barbiturate injection.

Suspicion naturally falls on the young widow, fifty years his junior. But the murderer has reckoned without the tenacity of Charles Hayward, fiance of the late millionare’s granddaughter…

My opinion :

Sejak awal Januari ketika akun Twitter @SelSelKelabu mengadakan event baca bareng Agatha Christie saya sudah sibuk berkeliling toko buku di Denpasar dan sekitarnya mencari 3 buku Agatha terfavorit. Dan tetap tidak nemu dong >.<

Alhasil setelah tanya sana sini, buku yang paling direkomendasikan adalah Crooked House. Setelah menuntaskan buku ini selama beberapa hari akhirnya saya mengerti mengapa banyak yang menyarankan saya membaca Crooked House. Malahan saya baru tahu kalau Crooked House adalah buku favorit pengarang sendiri. Well, this is something! Dan memang, buku ini ‘sesuatu!’ *tolongjangandibacaalaSyahrini*.

Kenapa demikian?

1. Saya membayangkan Oma Agatha di atas sana tertawa puas saat beliau berhasil mengecoh saya beberapa kali saat menebak siapa pembunuh kakek Aristide. Padahal saya sudah berusaha menyimpan clue-clue dan ikut menyelidiki bersama Charles, tokoh di mana dari dialah sudut pandang Crooked House.

2. Tiap anggota keluarga memiliki kans yang sama menjadi pembunuh Aristide. Istri mudanya. Guru privat cucunya, lelaki muda yang sekaligus dianggap cem-ceman istri muda Aristide. Anak-anak lelakinya yang terbelit masalah keuangan. Menantunya yang tingkat drama queennya level kelas kakap. Tidak terkecuali cucu-cucunya apalagi Sophia yang sekaligus menjadi kekasih Charles. Nah, loh. Selamat menebak!!

3. Josephine.

Josephine. Josephine. Engkau jelas telah masuk list karakter paling happening dari buku yang saya baca tahun 2013.

Kepiawaian Agatha Christie menulis cerita misteri rasanya sudah tidak patut dipertanyakan apalagi dibantah, namun satu hal yang tidak saya sangka adalah kejeniusannya menciptakan karakter Josephine. Gadis remaja yang misterius, aneh dan kemunculannya pertama di pertengahan buku cukup membuat saya bergidik. Tahu tokoh Hannibal di Silence of the Lambs kan? Nah, perasaan yang sama saya dapatkan saat Josephine muncul. Padahal ini di buku lho!

Grandfather’s been murdered. Did you know?

He was poisoned. With es-er-ine. She pronounced the word very carefully. It’s interesting, isn’t it?

Saya membayangkan saat Josephine mengucapkan kata er-er-ine sambil berbisik dan tersenyum misterius. Hih, seram!

4. Endingnya. OMG endingnyaa >.< Just prepare yourself, everybody!

5. Saat saya membaca sempat terlintas di otak, kalau Crooked House difilmkan seru juga nih! Ehh, detik-detik terakhir saat membuat review saya baru tahu kalau Crooked House beneran akan dibawa ke layar lebar! *girapgirap*

It’s been far too long since we’ve seen Agatha Christie’s work on the big screen,” LaBute said. “Crooked House is one of her best and most surprising murder mysteries. It’s the perfect title with which to bring a whole new audience to Christie, while at the same time delivering a wonderfully suspenseful experience to her legions of existing fans.”

Link berita diambil dari sini dan situ. Julie Andrews, Gemma Aterton, Matthew Goode, Gabriel Bryne sudah resmi menjadi pemeran dalam Crooked House berdasar sumber di sini. AAAAAK!

crooked house cast
crooked house cast

4 bintang untuk Josephine dan buku hariannya. Bagi yang belum baca? Tunggu apa lagi! Walau tanpa kehadiran Poirot, buku ini wajib baca bagi penggemar misteri!

PS : Postingan ini dibuat untuk meramaikan event dari Sel – sel kelabu. Kategori And There Were None.

The Labours of Grey Cells
The Labours of Grey Cells
2012 · karya anak negeri · love love love · must read · young adult

Blue Romance – Sheva

Dear Sheva,

Aku lupa sejak kapan mengikuti kicauanmu di Twitter, tak butuh waktu lama membuatku rutin mengecek lini masamu. Menikmati tweetmu yang puitis tapi tidak menye-menye atau sekedar berbagi cerita karena kita sama-sama mengidolakan John Mayer. Awalnya aku malah tidak tahu kamu ternyata penulis buku, tapi karena tweetmu sering kali membiusku dan membawaku ke suasana mellow-romantis mau tak mau aku tergoda mencari Blue Romance.

Blue Romance
Blue Romance

Dear Sheva,

Firasatku benar rupanya, tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta dengan tokoh-tokoh yang ada di Blue Romance. Malah aku curiga mereka semua nyata adanya. Dan kalau boleh sedikit menyalahkanmu, aku merindukan coffee shop semacam Blue Romance ada di tempatku tinggal. Aku ingin ikut merasakan kehangatan di pojok Blue Romance sembari menikmati secangkir cappuccino yang adalah minuman favoritku.

Dear Sheva,

Rainy Saturday yang menjadi cerita pertamamu, sukses membiusku sejak kamu memasukkan quote ‘Nostalgia is denial. Denial of painful present’. Ah, aku juga sama seperti gadis itu, terkadang lebih memilih hidup di masa lalu. Aku mengerti kepahitannya dan aku turut senang ketika ia berkenalan secara tidak sengaja dengan laki-laki arsitek itu. Hatiku dibuat berdebar-debar dengan endingnya. Suka!

Dear Sheva, cerita selanjutnya berjudul 1997 – 2002. Kisah manis antara Rika dan Niko. Judul yang tidak biasa untuk nostalgia kisah masa kecil Rika. We’ve lost each other, so let’s found ourselves by being together. Indahnya kalimat yang diucapkan Niko itu! Seandainya saja pasanganku bisa bersikap seromantis Niko.

Dear Sheva, setelah sebelumnya kamu membawaku ke suasana hangatnya cinta yang bersatu setelah lima tahun, di Blue Moon kamu memutarbalikkan emosiku dengan bercerita soal ayah. Well, walau sudah tua begini aku tetap menganggap diriku adalah daddy’s little girl. Edi, begitulah nama tokohmu kali ini. Edi yang jauh dari orang tuanya, yang mengadu nasib di Jakarta. Mirip kisahku saat bersekolah di Surabaya dulu, hanya dengan mendengar suara ayah di telepon saja mampu mengungkit semangat yang terkadang lenyap entah ke mana. Walau aku sudah serumah kembali dengan beliau, kami memiliki kesibukan berbeda yang membuat jadwal ngopi bersama di teras rumah berkurang. Besok aku janji, akan menyiapkan waktu lebih banyak untuk ayahku, mumpung libur!

Dear Sheva, tak kusangka ceritamu yang berjudul A Farewell to A Dream yang hanya 26 halaman mampu membuatku menitikkan air mata. Bagaimana hatiku tidak ikut sedih membaca nasih Bima. Bima, yang jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Anjani. Bram, yang terpuruk saat Anjani lebih memilih teman dekat Bima, Bram. Tega nian kau, Shev. Tapi mungkin sama seperti kopi, suatu kisah lebih menyesap di dada ketika ada sedikit rasa pahit yang tertinggal.

Dear Sheva, Happy Days sedikit mengingatkanku akan gaya penulisan ala penulis asal Jepang favoritmu. Haruki Murakami. Surreal. Mengambang. Menyakitkan. Indah. Oh, masih soal penulis, betapa senangnya di kisah The Coffee and Cream Book Club kamu mengambil tema dari buku favoritku, The Fault in Our Stars.

Dear Sheva, sedikit kritik mungkin bisa kutambahkan di kisah A Tale About One Day yang kurasa rada aneh. Kai yang kamu kisahkan di sini terkesan lebih tua dari umur sebenarnya, tapi aku suka pilihan lagu untuk penutup Blue Romance. Snow Patrol. Pas untuk kudengar malam-malam dan mungkin itu juga yang membiusku untuk menulis review yang tidak biasa ini.

Dear Sheva,

Sudah aku bilangkah kalau aku resmi menjadi penggemar tulisanmu? Terima kasih untuk Kai, Bima, Niko, Anjani, semua tokoh yang begitu nyata. Tetaplah menulis. Aku menunggu karyamu selanjutnya.

-Mia-

2013 · ebook · love love love · New Adult

[Review] On Dublin Street – Samantha Young

Haduh, Januari belum lewat, resolusi rajin ngeblog sudah menguap entah ke mana *pentung*.

Mumpung malam ini mata masih cling, marii kita bahas buku dewasa saja yuk #eh.

Sekilas apdet saat browsing Goodreads, akhir-akhir ini banyak buku dengan cover yang *ehem* sedap dipandang mata. Sepasang remaja berpelukan, pangku-pangkuan dan berpegangan tangan. Fenomena genre baru yang sering disebut sebagai new adult.

Sedikit saya tambahkan sedikit fenomena new adult yang saya ambil dari new york times : The earlier versions of the books followed young-adult conventions and went to the edge of describing sex, and no further. The new uncut versions, labeled appropriate only for ages 17 and up, are explicit about sexual activity — with exclamations of rapture and all.

Penasaran? Hayuk dibahas lebih lanjut buku yang saya lalap habis dalam 2 hari kemarin.

On Dublin Street
On Dublin Street

Sinopsis On Dublin Street dari Goodreads :

Jocelyn Butler has been hiding from her past for years. But all her secrets are about to be laid bare…

Four years ago, Jocelyn left her tragic past behind in the States and started over in Scotland, burying her grief, ignoring her demons, and forging ahead without attachments. Her solitary life is working well—until she moves into a new apartment on Dublin Street where she meets a man who shakes her carefully guarded world to its core.

Braden Carmichael is used to getting what he wants, and he’s determined to get Jocelyn into his bed. Knowing how skittish she is about entering a relationship, Braden proposes an arrangement that will satisfy their intense attraction without any strings attached.

But after an intrigued Jocelyn accepts, she realizes that Braden won’t be satisfied with just mind-blowing passion. The stubborn Scotsman is intent on truly knowing her… down to the very soul.

Gadis remaja bermasalah? Checked.

Laki-laki dengan potongan jas mahal warna silver- GREY? Checked.

Perjanjian friends with benefit aka fuck buddy? Checked.

BDSM? Tet tot, anda kurang beruntung.

Berkisah tentang Joss yang kehilangan orang tuanya secara tragis diikuti dengan perpisahannya dengan sahabat karib yang lumayan menyesakkan, membuat nona satu ini tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Lebih baik hubungan yang sedang-sedang saja *nyanyidangdut*.

Jadiii ketika kakak teman seapartemennya yang ganteng bin berduit bernama Braden yang sebelumnya sudah pernah secara tidak sengaja memergoki Joss keluar dari kamar mandi itu mengajaknya melakukan hubungan yang sama-sama enak #eh, Joss pun mengiyakan.

Dimulailah ‘pergulatan’ mereka berdua sampai akhirnya Joss ketakutan sendiri karena jauh di dasar hatinya ia sudah kepincut dengan Braden. Ditambah sedikit intrik sana sini, rekan sekerja Joss yang genit dan sesuatu menimpa Ellie, adik Braden, buku pertama seri On Dublin Street ternyata mendapat respon positif dari pembaca. Ratingnya hampir 4,5.

Oh well, cukup bintang 3 dari saya.

1. Hubungan tarik ulur Joss – Braden antara penasaran tapi juga menyebalkan. Joss seharusnya bisa bersikap lebih dewasa menyikapi hubungan asmara mereka.

2. Ada apa dengan perempuan dengan pria-bossy-berduit-yang-seharusnya-ketimbang-makeout-mending-diporotin-berlian #laah. Ups, maksud saya sepertinya ada ketertarikan tersendiri dan sex appeal yang tinggi dari pria arogan dengan pembaca wanita jaman sekarang. Saya sih emoh banget diperlakukan seperti itu.

3. Tidak telalu banyak formula baru yang ditawarkan tapi untuk bacaan ringan pengisi malam yang sunyi sepi *dihbahasaku* On Dublin Street boleh juga dibaca. Not bad kok.

Cheers!

Detail :

On Dublin Street #1 – Samantha Young

Ebook. 398 pages.

 

 

BBI

Thank you, Santa!

Sori banget postingan riddle Santa telat banget >.<

Harap-harap cemas menanti paket yang tak kunjung tiba usai sudah ketika akhir Desember sebuat paket berbungkus kado biru cerah tiba di rumah seusai saya pulang kerja. Ahey, begitu semangatnya sampai lupa difoto bungkusannya.

Who are you?
Who are you?

Riddlenya cukup singkat, apabila kurang jelas, saya ketik ulang di sini.

To : Kak Mia

Growing up with books, alone in a shelf. Surrounded by books, but never with the other.

Until this year I found dear friends, to talk about books I’ve been with these years.

You know my oath, the old one with H.

Let me be your friend forever, cause I’m your secret santa.

Nah looh.

Siapa ya @.@ Yang jelas umurnya lebih kecil dari saya nih 😀

I have no idea.

The Various Flavours of Coffee
The Various Flavours of Coffee

Btw, thank you bukunya, tau aja saya suka kopi! Akan segera dibaca sambil berusaha menguak identitasmu Santa.