Alice Howard, seorang profesor Linguistik di Harvard berusia lima puluhan, memiliki karir cemerlang, suami yang juga seorang profesor Biologi dan memiliki 3 anak yang ‘hampir jadi’ semua, ada yang dokter, pengacara dan si bungsu yang paling sering adu mulut dengan Alice karena paling nyeleneh, ingin menjadi seorang artis. Kalau berdasar filosofi hidup bapak saya nih, hidupnya sem-pur-na.
Ya, awalnya memang terasa sempurna sampai suatu ketika saat Ali mengajar ia lupa satu kata yang baru diingatnya setelah berjam-jam kemudian. Lain waktu di saat Ali bercakap-cakap dengan anaknya tanpa sadar Ali bertanya hal yang sama selang waktu semenit saja, alhasil yang ada si anak gondok karena dipikirnya si Ibu tidak menyimak.
Hal-hal aneh mulai menimpa Ali hari demi hari, minggu demi minggu, dari hal yang simpel seperti di atas, kelupaan blackberry, kelupaan harus naik pesawat, sampai saat Ali lari pagi dan ia panik ia ada di mana, ya dia familiar dengan tempat itu, di lingkungan Harvard dekat rumahnya, tapi di satu sisi anehnya ia tidak bisa menemukan rumahnya sendiri.
Duh, miris deh baca buku ini >.<

Alzheimer’s disease is an irreversible, progressive brain disease that slowly destroys memory and thinking skills and, eventually even the ability to carry out the simplest tasks of daily living.
Awalnya Ali menyangka dirinya gejala menopause, setelah menjalani beberapa tes, barulah Ali mendapati bahwa ia menderita Alzheimer.
“And I have no control over which yesterdays I keep and which ones get deleted. This disease will not be bargained with. I can’t offer it the names of the US presidents in exchange for the names of my children. I can’t give it the names of state capitals and keep the memories of my husband.
…My yesterdays are disappearing, and my tomorrows are uncertain, so what do I live for? I live for each day. I live in the moment. Some tomorrow soon, I’ll forget that I stood before you and gave this speech. But just because I’ll forget it some tomorrow doesn’t mean that I didn’t live every second of it today. I will forget today, but that doesn’t mean that today doesn’t matter.”
Trus mewek pas percakapan di bawah ini huhuhuhu.
“You’re so beautiful,” said Alice. “I’m afraid of looking at you and not knowing who you are.”
“I think that even if you don’t know who I am someday, you’ll still know that I love you.”
“What if I see you, and I don’t know that you’re my daughter, and I don’t know that you love me?”
“Then, I’ll tell you that I do, and you’ll believe me.”
Inti dari buku yang ditulis oleh Lisa Genova, profesor neuroscientist Harvard adalah perjuangan dari seorang penderita Alzheimer, yang semakin lama semakin kehilangan identitas dirinya karena bagaimana pun juga Alice Howard is Still Alice, dan buku ini sungguh sayang dilewatkan, emotional, gripping, powerfull, highly research, duh gimana ya, kalau saya ini tipe buku yang setelah selesai dibaca seakan ingin meracuni semua orang untuk ikut membacanya.
Still Alice adalah buku Lisa Genova pertama yang saya baca dan tentunya bukan yang terakhir.
Sudah pada nonton filmnyakaah? Yuk bagi-bagi pengalaman menontonnya, saya belum sempat >.<
sudah nonton filmnya & sukaaaaa, recommended, ga heran Julianne Moore dapet oscar. bukunya pasti lebih oke lagi yaa *masukin wish list tapi kok panjang banget nih list, kapan bacanya? :p
Houlaaa Mbak Rianaa!! Iya hiks, kayanya sedih deh filmnya masih ga tega nonton #lah.
Buku-bukunya Lisa ini bagus-bagus Mbak, saya jadi pengin baca lagi tapi yah ituh, permasalahan sama wish listnya kok sudah ular naga panjangnya gini xD