Gagas Media

Misteri Patung Garam – Ruwi Meita

Kejadian: 19:26 :” Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam “.

Seperti ada yang tertulis di kitab Kejadian, istri Lot yang melanggar perintahNya pada saat penghancuran kota Sodom dan Gomora, “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.”. Istri Lot yang masih tidak rela meninggalkan apa yang ia miliki menoleh ke belakang, sehingga ia berubah menjadi tiang garam.

Siapa sangka kisah Istri Lot menjadi benang merah pembunuhan berantai di Surabaya, tidak hanya sekadar mencabut nyawa, pembunuh menjadikan korban-korbannya sebagai masterpiece, mayat pertama yang seorang pianis ditemukan dalam posisi seakan masih bermain piano, mulut dijahit bahkan semua isi tubuhnya dikeluarkan hanya menyisakan jantung. Belum sempat tuntas penyelidikan, terjadi lagi pembunuhan kedua, tentu saja hal ini membuat Polisi, Pak Saut yang celetukannya cukup aneh, kampret rebus dan tokoh utama di novel Misteri Patung Garam, Kiri Lamari.

Misteri Patung Garam
Misteri Patung Garam

Sejak pertengahan buku kita sudah tahu siapa pembunuhnya, tidak membuat rasa penasaran terhenti malahan semakin penasaran bagaimana kisah ini akan berakhir. Beberapa kesan dan pesan dari Misteri Patung Garam :

  1. Suroboyoan!

Ah, saya jadi kangen dengan kota yang saya tinggali selama 9 tahun, aksennya dan juga ‘misuh-misuh’ khas Surabaya.

  1. Garam dan si pembunuh beraroma lavendel.

Latar belakang pembunuh dan sangkut pautnya dengan garam sangat menarik.

“…Apapun alasanmu, jika melihat ke belakang dan tidak mematuhi perintah, itu tetap dosa. Garam, ada dalam darahmu.Dan, dalam darah mengalir dosa-dosa manusia. Itulah kenapa penyakit selalu menyerang darah. Maut selalu menguntit dosa.”

Satu saja yang mengganjal penyelidikan Kiri di akhir buku kurang lama, *we want more, we want more* *bawapompom*

  1. Kisah cinta Kiri Lamari.

Pertengkaran Kiri dengan pacarnya, tambahan kisahnya dengan Ireng anak jalanan yang menjadi kisah tambahan Misteri Patung Garam seakan kurang pas tapi tetap memuaskan saya sebagai pembaca thriller. Terlebih lagi ini adalah pengarang Indonesia.

Nah, sekarang saya siap membaca novel Ruwi Meita berikutnya 🙂