2012 · karya anak negeri · love love love · must read · young adult

Blue Romance – Sheva

Dear Sheva,

Aku lupa sejak kapan mengikuti kicauanmu di Twitter, tak butuh waktu lama membuatku rutin mengecek lini masamu. Menikmati tweetmu yang puitis tapi tidak menye-menye atau sekedar berbagi cerita karena kita sama-sama mengidolakan John Mayer. Awalnya aku malah tidak tahu kamu ternyata penulis buku, tapi karena tweetmu sering kali membiusku dan membawaku ke suasana mellow-romantis mau tak mau aku tergoda mencari Blue Romance.

Blue Romance
Blue Romance

Dear Sheva,

Firasatku benar rupanya, tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta dengan tokoh-tokoh yang ada di Blue Romance. Malah aku curiga mereka semua nyata adanya. Dan kalau boleh sedikit menyalahkanmu, aku merindukan coffee shop semacam Blue Romance ada di tempatku tinggal. Aku ingin ikut merasakan kehangatan di pojok Blue Romance sembari menikmati secangkir cappuccino yang adalah minuman favoritku.

Dear Sheva,

Rainy Saturday yang menjadi cerita pertamamu, sukses membiusku sejak kamu memasukkan quote ‘Nostalgia is denial. Denial of painful present’. Ah, aku juga sama seperti gadis itu, terkadang lebih memilih hidup di masa lalu. Aku mengerti kepahitannya dan aku turut senang ketika ia berkenalan secara tidak sengaja dengan laki-laki arsitek itu. Hatiku dibuat berdebar-debar dengan endingnya. Suka!

Dear Sheva, cerita selanjutnya berjudul 1997 – 2002. Kisah manis antara Rika dan Niko. Judul yang tidak biasa untuk nostalgia kisah masa kecil Rika. We’ve lost each other, so let’s found ourselves by being together. Indahnya kalimat yang diucapkan Niko itu! Seandainya saja pasanganku bisa bersikap seromantis Niko.

Dear Sheva, setelah sebelumnya kamu membawaku ke suasana hangatnya cinta yang bersatu setelah lima tahun, di Blue Moon kamu memutarbalikkan emosiku dengan bercerita soal ayah. Well, walau sudah tua begini aku tetap menganggap diriku adalah daddy’s little girl. Edi, begitulah nama tokohmu kali ini. Edi yang jauh dari orang tuanya, yang mengadu nasib di Jakarta. Mirip kisahku saat bersekolah di Surabaya dulu, hanya dengan mendengar suara ayah di telepon saja mampu mengungkit semangat yang terkadang lenyap entah ke mana. Walau aku sudah serumah kembali dengan beliau, kami memiliki kesibukan berbeda yang membuat jadwal ngopi bersama di teras rumah berkurang. Besok aku janji, akan menyiapkan waktu lebih banyak untuk ayahku, mumpung libur!

Dear Sheva, tak kusangka ceritamu yang berjudul A Farewell to A Dream yang hanya 26 halaman mampu membuatku menitikkan air mata. Bagaimana hatiku tidak ikut sedih membaca nasih Bima. Bima, yang jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Anjani. Bram, yang terpuruk saat Anjani lebih memilih teman dekat Bima, Bram. Tega nian kau, Shev. Tapi mungkin sama seperti kopi, suatu kisah lebih menyesap di dada ketika ada sedikit rasa pahit yang tertinggal.

Dear Sheva, Happy Days sedikit mengingatkanku akan gaya penulisan ala penulis asal Jepang favoritmu. Haruki Murakami. Surreal. Mengambang. Menyakitkan. Indah. Oh, masih soal penulis, betapa senangnya di kisah The Coffee and Cream Book Club kamu mengambil tema dari buku favoritku, The Fault in Our Stars.

Dear Sheva, sedikit kritik mungkin bisa kutambahkan di kisah A Tale About One Day yang kurasa rada aneh. Kai yang kamu kisahkan di sini terkesan lebih tua dari umur sebenarnya, tapi aku suka pilihan lagu untuk penutup Blue Romance. Snow Patrol. Pas untuk kudengar malam-malam dan mungkin itu juga yang membiusku untuk menulis review yang tidak biasa ini.

Dear Sheva,

Sudah aku bilangkah kalau aku resmi menjadi penggemar tulisanmu? Terima kasih untuk Kai, Bima, Niko, Anjani, semua tokoh yang begitu nyata. Tetaplah menulis. Aku menunggu karyamu selanjutnya.

-Mia-

2012 · BBI · listopia

Buku Favorit 2012

Saya senang banget kalau sudah bagian membuat listopia akhir tahun begini 🙂

Book Kaleidoscope
Book Kaleidoscope

Buku yang saya baca tahun ini berkurang lebih dari 35 buah dari tahun lalu, penurunan yang cukup drastis *sigh*. Untungnya saat memilih 5 buku terbaik saya lumayan kesulitan menyortir 5 dari 10 buku favorit tahun 2012. Penilaian buku favorit saya buat berdasar ‘after effect’ buku yang dibaca dan bintang penuh di Goodreads. Tanpa berlama-lama inilah 5 buku terbaik yang saya baca tahun ini diurut berdasarkan waktu pembacaan.

1. A Thousand Splendid Suns – Khaled Hosseini

A Thousand Splendid Suns
A Thousand Splendid Suns

Mewek, meringis, ngilu, nyesek dan tetap indah untuk dibaca. Bagus sangat. Enough said 🙂

Bagi yang penasaran, bisa dicek ulang review saya di sini.

2. The Girl with Dragon Tattoo – Stieg Larsson

The Girl with Dragon Tattoo
The Girl with Dragon Tattoo

Hadiah dari Secret Santa 2011, buku yang benar-benar berkesan. Sampai sekarang buku terakhir masih sayang dibaca karena belum rela berpisah dengan tokoh utamanya, Lisbeth Salander.

Brutal, fast-paced, memorable. Masih tidak rela penulisnya telah tiada >.<

Belum baca buku ini? Masih belum terlambat untuk memulainya dan monggo dicek reviewnya di sini.

3. Eleven Minutes – Paulo Coelho

Saya lebih suka Eleven Minutes dibanding The Alchemist mungkin karena tokohnya terkesan lebih nyata dan karakter Maria sangatlah menarik. Selain itu quote-quote Paul Coelho tidak usah dipertanyakan lagi. Juara.

Eleven Minutes
Eleven Minutes

4. The Good Earth – Pearl S. Buck

The Good Earth
The Good Earth

Salah satu ciri khas Pearl S. Buck yang saya suka adalah gaya penulisannya yang mendetail, deskriptif tanpa ingin tampil berlebihan. Apa adanya. Sehingga penggambaran daratan Cina jaman dulu di buku The Good Earth berhasil dilukiskan dengan sempurna. Masing-masing tokohnya pun berhasil memikat hati saya walau konflik yang ditonjolkan kurang dramatis. Wajar saja jika The Good Earth masuk dalam list 1001 books you should read before you die.

5. Will Grayson Will Grayson – John Green & David Levithan

Will Grayson Will Grayson
Will Grayson Will Grayson

Baru direview beberapa hari lalu, jadi sepertinya tidak perlu alasan lagi kenapa buku ini masuk dalam buku favorit tahun ini. :p

Funny, touching and well writen.

Hiyaak, itu dia list bacaan saya, saatnya blogwalking dan sampai jumpa di listopia tahun depan. Happy holiday everyone!

 

2012 · BBI · inspiring · not mine

[Review] The Time Keeper – Mitch Albom

“Try to imagine a life without timekeeping. You probably can’t. You know the month, the year, the day of the week. There is a clock on your wall or the dashboard of your car. You have a schedule, a calendar, a time for dinner or a movie. Yet all around you, timekeeping is ignored. Birds are not late. A dog does not check its watch. Deer do not fret over passing birthdays. an alone measures time. Man alone chimes the hour. And, because of this, man alone suffers a paralyzing fear that no other creature endures. A fear of time running out.”

Berapa banyak di antara kita hari ini 31 Desember 2012 berpikir ‘time flies’? Time is running out. Ke mana saja waktu berlalu? Apa saja pencapaian tahun ini? Resolusi tercapai semuakah?

Terus terang saya masih keteteran dengan resolusi 2012, memang ada momen-momen penting yang terukir cemerlang di tahun ini, tapi banyak juga yang belum sempat terwujud dengan alasan ‘tidak cukup waktu’. Benar tidak cukup waktu? Atau saya yang terlalu banyak menghabiskan waktu percuma?

Seperti kata Dor, tokoh utama di buku terbaru Mitch Albom :

“Dor: there is a reason God limits our days.
Victor: why?
Dor: to make each one precious.”

The Time Keeper
The Time Keeper

Inti dari buku setebal 222 halaman, cukup tipis dan ringan untuk dibaca. Malah paling simpel dari semua buku karangan Mitch Albom yang pernah saya baca. Saya tidak akan berpanjang lebar dengan review teman-teman lain pasti lebih piawai meracik review. Time Keeper mengajak kita semua untuk tidak bermain-main dengan waktu, jujur dengan perasaan kita. Isi waktu dengan hal-hal yang berharga sehingga momen yang lewat tidak sia-sia karena bagaimana pun caranya kita tidak bisa menghentikan waktu seperti Dor. Pergunakan waktu kita yang terbatas ini dengan baik.

“We all yearn for what we have lost. But sometimes, we forget what we have.”

Mudah-mudahan tahun depan menjadi tahun yang baik untuk kita semua, mimpi terwujud, cita-cita tercapai dan rencana Dia tergenapi atas kita. Terima kasih Mitch Albom atas dongeng yang indah akan berharganya waktu yang sering kali kita habiskan sia-sia.

Selamat tahun baru 2013, teman-teman semua! 🙂

*review yang bukan review*

**dibaca dalam rangka posting bareng buku karangan Mitch Albom bareng BBI**

***Gara-gara baca Time Keeper saya ingin baca ulang semua karya beliau yang ternyata baru satu saja yang saya review, bagi yang ingin baca silahkan berkunjung ke sini, salah satu buku favorit saya tahun 2011***

2012 · cover · listopia · meme

Top 5 Best Book Cover 2012

Book Kaleidoscope
Book Kaleidoscope

Kembali meramaikan Book Kaleidoscope Mbak Fanda, di postingan kali ini sesuai judulnya book cover terbaik dari 62 buku yang saya baca tahun 2012, masih kurang 3 lagi sesuai target tapi saya rasa kelima sampul buku di bawah cukup mewakilkan buku terbaik versi saya.

5. Fifty Shades of Grey.

Fifty Shades of Grey
Fifty Shades of Grey

Yeeaaa, i know, saya salah satu pembaca yang ngomel-ngomel tiap si tokoh mulai bertindak bodoh seperti menggigit bibirnya *oops*. Walau begitu tidak bisa dipungkiri hanya dengan cover depannya kita bisa ikut merasakan kemisteriusan seorang Christian Grey.

4. Gadis Kretek.

Gadis Kretek
Gadis Kretek

Nah kalau Gadis Kretek saya pilih karena nuansa vintagenya sangat berasa, gadis berwajah Indonesia yang rada mirip Dessy Ratnasari berkebaya encim dengan rokok di satu tangannya. Keren!

3. Memoirs of Imaginary Friends.

Memoirs of An Imaginary Friends
Memoirs of An Imaginary Friends

Terus terang saya membeli buku ini murni karena covernya, well dengan embel-embel Jodi Picoult juga ding. Cover buku karangan Matthew Green ini dengan pas menampilkan esensi cerita. The Imaginary Friend. Dengan jungkat-jungkit kosong namun berat. Kewl!

2. Season of Witch.

Season of Witch
Season of Witch

Saya suka banget cover ini, malah lebih suka versi terjemahan Gramedianya ketimbang buku aslinya. Dominasi warna coklat dan merah muda yang menonjol di bagian bawah mampu menampilkan aura gothic sekaligus sensual karena memang buku karangan Natasha Mostert lumayan nyerempet-nyerempet walau hanya sekilas.

1. Blue Romance.

Blue Romance
Blue Romance

Widih, Sheva pasti girang banget nih karena di postingan saya kemarin buku ini sudah saya sebut. Coba deh diperhatikan cover depannya, siapa yang tidak jatuh cinta, cover yang terbagi menjadi 2 halaman menyiratkan aura romantis dan syahdu sekaligus.

pict was taken from google
pict was taken from google
Cute bookmark!
Cute bookmark!

Kenapa menjadi pilihan pertama saya, karena di tiap cerita kita disuguhkan ilustrasi sesuai cerita dan pembatas bukunya keren sangat. Ceritanya bagus, kemasannya juga pas. Wajar jadi cover buku favorit saya tahun 2012 kan?

2012 · BBI · drama · young adult

[Review] Will Grayson Will Grayson – John Green & David Levithan

Beberapa bulan lalu salah seorang teman BBI memberi usul membaca buku bertema LGBT. Whoa, seru juga, kenapa tidak? Kebetulan juga saya dapat pinjaman Will Grayson Will Grayson dari Astrid yang sebelumnya juga sudah pernah direkomendasikan Ndari dan Zenia.

Saya hanya mengetahui bahwa Will Grayson Will Grayson mengisahkan 2 remaja pria bernama sama dan buku ini adalah duet dari John Green bersama David Levithan. Ah kebetulan juga nih! Jikalau tahun 2011 saya ngefans banget dengan Sarah Dessen, di tahun 2012 perhatian saya banyak tersorot kepada mereka berdua. John Green dengan The Fault in Our Stars dan David Levithan yang twitternya hampir setiap hari saya cek melalui akun @loversdiction.

Apa jadinya ketika dua penulis jenius, puitis dan anti mainstream ini bergabung menjadi satu?

Will Grayson Will Grayson
Will Grayson Will Grayson

Wooshah. Will Grayson Will Grayson sukses mendapat bintang penuh dari saya, walau endingnya yang terlalu too good to be true dan sinetron-ish banget, buku ini jelas menjadi salah satu buku favorit saya di akhir tahun 2012. Yuk ah, kayanya pembukaan posting bareng kali ini kelamaan.

Sinopsis yang saya ambil dari Goodreads :

One cold night, in a most unlikely corner of Chicago, two teens—both named Will Grayson—are about to cross paths. As their worlds collide and intertwine, the Will Graysons find their lives going in new and unexpected directions, building toward romantic turns-of-heart and the epic production of history’s most fabulous high school musical.

Hilarious, poignant, and deeply insightful, John Green and David Levithan’s collaborative novel is brimming with a double helping of the heart and humor that have won both of them legions of faithful fans.

Cukup unik idenya mengisahkan pencarian jati diri remaja pria bernama sama. Will Grayson dan will grayson. Tidak sulit membedakan mana yang versi JG dan mana yang ciptaan DL. Masing-masing karakter mendapat porsi yang sama, Will Grayson versi JG adalah remaja normal yang diceritakan bersikap cukup riang dan terbuka, memiliki teman ajaib bernama Tiny Cooper yang sangat loveable. Sedangkan will grayson versi DL dikisahkan lebih suram dan penulisannya juga berbeda, semuanya huruf kecil, tanpa kapital dan tanpa tanda baca.

i am constantly torn between killing myself and killing everyone around me. those seem to be the two choices. everything else is just killing time. right now i’m walking through the kitchen to get the back door.

mom : where are you going

school, mom. You should try it some time.

mom : don’t  let your hair fall in your face like that – i can’t see your eyes.

but you see, mom, that’s the whole fucking point.

Begitulah will grayson ala David Levithan. Saya langsung suka dengan will sejak awal saya membacanya. Weird, quirky, dark dan rada menyebalkan. Khas remaja pria tapi entah kenapa saya lebih suka will grayson versi David ketimbang  Will Grayson-nya John Green yang pesonanya terlibas oleh Tiny Cooper.

will grayson yang jelas mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay sedang dibuat jumpalitan karena seorang laki-laki bernama Isaac. Percakapan mereka via messenger sedikit mengingatkan saya akan jaman-jaman pedekate yang ngobrol ngalur ngidul sambil senyum-senyum sendiri. Ahey.

i never hoped for everything to get better- only for one thing to get better. and it never did. so eventually i gave up. i give up every single day.

but not with isaac. it scare me sometimes. wishing it to work.

Untuk ukuran will yang emotionless dan menurut perkiraan saya pasti jarang berekspresi  juga, kalimat di atas itu mengharukan :’)

My fave cover
My fave cover

Will Grayson Will Grayson adalah buku yang tidak muluk-muluk. Masing-masing dari mereka berusaha mencari jati diri. Berusaha menjadi diri mereka sendiri, meraba-raba kehidupan lewat jatuh bangun kehidupan percintaan. Tokoh di buku ini, baik kedua will, ibu will dan Tiny Cooper terasa sangat nyata. We can find them anywhere. Mungkin itu yang menyebabkan walau sudah lewat lama, buku Will Grayson Will Grayson meninggalkan after effect yang cukup dalam di hati saya.

I love this book!! Senang, sedih, nyesek semuanya jadi satu di sini. Will Grayson memberikan konsep yang baru tentang buku young adult, walau temanya berhubungan dengan gay, buku ini tidak berusaha mencari pembenaran ataupun menitikberatkan pada point bahwa will dan Tiny adalah pria penggemar sesama jenis. Persahabatan, hubungan kekeluargaan, arti teman sesungguhnya, kebutuhan kita untuk berinteraksi dengan yang lain menjadi point dari Will Grayson Will Grayson. Gay atau pun tidak, sebenarnya itulah inti dari kehidupan kita bukan?

5 bintang untuk Will, will dan the one and only Tiny Cooper!

Quote favorit :

“I feel like my life is so scattered right now. Like it’s all the small pieces of paper and someone’s turned on the fan. But, talking to you makes me feel like the fan’s been turned off for a little bit. Like things could actually make sense. You completely unscatter me, and I appreciate that so much.”

“Maybe tonight you’re scared of falling, and maybe there’s somebody here or somewhere else you’re thinking about, worrying over, fretting over, trying to figure out if you want to fall, or how and when you’re gonna land, and I gotta tell you, Friends, to stop thinking about the landing, because it’s all about falling.”

Will Grayson Will Grayson

John Green & David Levithan

Speak, 2010.

310 halaman.

2012 · BBI · listopia

5 Pria terfavorit tahun 2012

Buseeet, sebulan saya ga ngeblog *selftoyor*

Tahun 2012 saya mengalami kecepatan membaca saya mengalami penurunan drastis dan hal itu berdampak secara tidak langsung dengan postingan saya kali ini. Seperti biasa jikalau tutup tahun adalah saat yang tepat untuk listopia 2012 dan kaleidoskop pertama dibuka dengan top 5 book boyfriend. Secara buku yang saya baca sedikit ternyata cukup susah memilih 5 pria favorit >.<

Ya sudah deh ya, tanpa berpanjang lebar lagi mari menyegarkan hari Kamis yang mendung di Bali dengan pria-pria tampan pilihan blogger pemalas ini.

5. Rasus

Rasus. Singkat saja. Ia adalah pendamping tokoh sentral di buku karya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk. Rasus saya cantumkan di sini karena sebagai seorang pria, saya melihatnya sebagai sosok yang bertanggung jawab, menjalankan tugasnya sebagai tentara dengan baik yang kurang cuma satu. Egonya itu tingginya mengalahkan menara Babel dan akhirnya si Srintil jadi gitu kan ya gara-gara dia juga, dasar laki-laki! Loh kok jadi ngomel di sini :p

Rasus - Srintil
Rasus – Srintil

Buku ini sudah difilmkan dengan Oka Antara berperan sebagai Rasus, saya belum sempat menonton filmnya tapi pasang wajah Bli ganteng ini ga salah kan ya 🙂

4. Jon Snow

Main character dari seri Game of Thrones di semakin mendapat banyak porsi di buku ketiga A Storm of Swords. Lebih banyak action dan *uhuk* ‘action’ dengan Ygrette :p Well, selain itu karakternya lebih berkembang apalagi sejak ia ditunjuk menjadi lord commander, ga spoiler-spoiler amat kan itu ;p

Satu lagi yang menyebabkan ia masuk dalam top 5 karena foto hitam putih di bawah ini, ho oooh, saya memang mureee banget kalau sudah lihat laki gondrong macam begini :p

Kit Harington
Kit Harington

3. Bimarendra Satyadwira

Cerpenis, juara talented writer dan jurnalis The Washington Times. Tampilan fisik ya sesuai dengan pria yang gampang membuat saya meleleh : gondrong dengan rambut halus di bagian dagu. Pria puitis yang mengalah demi menjaga perasaan sahabatnya sendiri dan pintar menulis jadi poin tersendiri juga untuk saya sehingga memasukkan Bima yang ceritanya cukup singkat di pria favorit 2012.

“Do you care about me, like I care about you?“, tanya Anjani di saat pertemuan akhir mereka.

Menyesali apa yang sudah lewat tidak akan membuat aku menjadi manusia yang lebih baik. Klise, tapi itulah yang harus aku lakukan.

Dan akhirnya ketika akhirnya Bima menuliskan kata “I do” sebagai jawaban pertanyaan Anjani yang ditulisnya di kertas saat ia berpisah, haduh nyesek.

Kisah Bima – Anjani bisa dibaca di kumpulan cerpen Sheva yang berjudul Blue Romance, maaf banget kalau dengan pilihan ini jadi major spoiler bagi yang belum baca 🙂

Siapa kira-kira yang cocok menjadi Bima? Umm, mas-mas ini aja yak! *wink*

Reza Rahadian
Haee, Mas! :p

2. will grayson

Remaja laki-laki ciptaan David Levithan di buku Will Grayson Will Grayson. Walaupun will menyukai laki-laki, bukan berarti ia tidak bisa masuk dalam list top 5 book boyfriend. Kenapa will bisa ada di sini? Saya suka dia, karakternya pemurung dan penyendiri, walau begitu celetukannya sering kali bikin ngakak. Seperti ini contohnya :

“if there’s anything stupider than buddy list, it’s lol. if anyone ever uses lol with me, i rip my computer right out of the wall and smash it over the nearest head. i mean, it’s not like anyone is laughing out loud about anything they lol.”

atau yang ini :

(rofl! what? are you really rolling on the floor laughing? well, please stay down there a sec while I KICK YOUR ASS.)

Rada ekstrim sih ya, mau lebih jelas soal will grayson nantikan postingan saya besok bareng #BBI yang mengambil tema baca bareng LGBT.

Yang cocok jadi will, now that’s a question.

*brb googling dulu*

Tak perlu lama, giliran mau googling saya tau yang akan saya cari gambarnya siapa. Ladies and gents, Joseph Gordon Levitt. Oh boy, i love hiiimmm!!! *nemplok*

JGL
JGL

1. Ga perlu penasaran karena setelah blogwalking sudah banyak juga tante-tante maupun abegeh-abegeh macam Ndari dan Aul yang juga kepincut dengan pria satu ini. Augustus Waters!!

Nah kalau dapat pria macam begini gimana coba yaaaa >.<

“I’m in love with you,” he said quietly.

“Augustus,” I said.

“I am,” he said. He was staring at me, and I could see the corners of his eyes crinkling. “I’m in love with you, and I’m not in the business of denying myself the simple pleasure of saying true things. I’m in love with you, and I know that love is just a shout into the void, and that oblivion is inevitable, and that we’re all doomed and that there will come a day when all our labor has been returned to dust, and I know the sun will swallow the only earth we’ll ever have, and I am in love with you.”

Dan yang ini nih juaranya :

“Oh, I wouldn’t mind, Hazel Grace. It would be a privilege to have my heart broken by you.

mamih. matik aku.

pinjem bentar ya Mbak Emma.
pinjem bentar ya Mbak Emma.

*ngglendot di dada andrew garfield*

Ooops, sorry, gini deh akibat sejaman browsing pria idaman ;p

Mudah-mudahan postingan ini berkenan dan ikut meramaikan book kaleidoskop Mbak Fanda.

Happy holiday and have a great day semua!

Cheers 🙂

2012 · fantasy · karya anak negeri

[Review] Tabir Nalar – Rynaldo C. Hadi

Jadi begini ceritanya, saya bertemu dengan Rynaldo C. Hadi karena kebetulan doi tinggal di Bali juga dan souvenir dari Mbak Truly dititipkan dia untuk diberikan kepada saya. Ho’oh, mbulet memang. Akhirnya kami ngopi sore sambil ngobrol-ngobrol dan di sanalah saya baru tahu kalau Aldo ini pengarang seri Vandaria Saga yang berjudul Tabir Nalar.

Me : Wooh, kamu yang nulis buku ini? *sambil bolak balik Tabir Nalar*

Aldo : Iya, gara-gara menang cerita favorit jadinya diterbitkan. Ini bukunya buat kamu aja.

Me : Aaaak, terima kasihh, tapi ini covernya rada-rada ya 😀

Aldo : Err, iya banyak yang bilang sih 😐

Beberapa hari kemudian saya mulai membaca Tabir Nalar, walau dengan sedikit perasaan was was. Kenapa was was?

1. Saya bosan dengan fantasi.

2. Sedikit trauma dengan fantasi lokal Indonesia.

3. Bok, ini penulis  sudah saling follow di Twitter, kalau ntar ga suka kan repot juga 😀

Okelah lanjut, saya membaca Tabir Nalar tanpa berharap apa-apa walau sedikit penasaran juga karena rating di Goodreads lumayan tinggi di atas 3,7 kalau tidak salah.

Tabir Nalar
Tabir Nalar

Sekilas sinopsis Tabir Nalar – Vandaria Saga :

Setelah tiga ribu tahun lamanya berkuasa, akhirnya dominasi bangsa frameless terhadap manusia diruntuhkan oleh Raja Tunggal. Kini kedudukan bangsa frameless dan manusia setara. Namun tidak semua pihak senang akan kesetaraan itu. Sebuah organisasi rahasia muncul dan mengoyak kedamaian antara frameless dan manusia dengan serangkaian pembunuh.

Cervale Irvana, sang pembaca pikiran, berusaha menguak misteri di balik pembunuhan itu. Ia membuka rahasia organisasi misterius itu dan menemukan kenyataan yang sulit ia percayai.

Berkisah tentang seorang frameless ganteng sekaligus angkuh bernama Cervale Irvana yang menghadapi misteri pembunuhan rekan-rekannya sesama kaum frameless. Ditambah dengan kode-kode misterius ala Digital Fortress, Cervale dibantu dengan gadis manis bernama Rilsia berusaha memecahkan dan menghentikan pembunuhan kaum frameless yang terus berjatuhan. Namun petunjuk demi petunjuk malah membuat Cervale terperangah dan yang harus ia lakukan adalah mengikuti kata hatinya. Berhasilkah ia? Lanjut baca sendiri dan mari berpetualang di Vandaria bersama Cervale!

3,5 bintang untuk Tabir Nalar, kecemasan saya tidak terbukti, bahkan untuk ukuran ‘newbie’ yang tidak pernah membaca seri Vandaria, saya sangat menikmati sepak terjang Cervale.

Ilustrasi dan tulisan yang ‘ramah’ untuk mata menunjang kenikmatan saya membaca Tabir Nalar dan mengenal Cervale, Rilsia, Barad dan lainnya, walau penggambaran tokoh perempuannya rada-rada bahenol tapi tetap okelah. :p

Cervale, Rilsia
Cervale, Rilsia

Tapi menurut saya yang memegang peranan penting adalah karakterisasi tokoh dan alur yang diciptakan pas oleh penulis. Awalnya saya sempat tidak percaya kalau Tabir Nalar adalah buku pertama Rynaldo, memang ada beberapa bagian yang sedikit kaku dan masih perlu polesan tapi pengenalan Vandaria dideskripsikan dengan pas. Saya juga suka penokohan Cervale dan tokoh penting lainnya macam Barad, Alevor bahkan Kanselir Shah Azhad.

Baru kali ini saya membaca fantasi lokal dengan nuansa misteri ala Dan Brown di buku Demons and Angels. Pembunuhan demi pembunuhan, gulungan darah berisi kode untuk target selanjutnya membuat saya penasaran dan ikut menebak-nebak siapa gerangan si pembunuh. Pertarungan seru dan twist ending di akhir kisah lumayan bikin greget dan membuat novel Tabir Nalar sayang untuk dilewatkan.

Good job, Rynaldo. Keep on writing yak, ditunggu novel keduanya. I want to know more about Cervale!

 

Cheers.

 

2012 · BBI · classic · drama · historical · touch of Asia

[Review] The Good Earth – Pearl S. Buck #postingbareng

Though more than sixty years have passed since this remarkable novel won the Pulitzer Prize, it has retained its popularity and become one of the great modern classics. “I can only write what I know, and I know nothing but China, having always lived there,” wrote Pearl Buck.

Haihai! Postingan kali ini dibuat dalam rangka baca bareng BBI, setelah ikutan listopia 1001 books that you should read before you die, kali ini teman-teman BBI sepakat untuk menjajal penulis Nobel untuk posting bareng. Setelah ditimbang-timbang saya memilih Pearl S. Buck yang kebetulan saya suka dan lagi buku The Good Earth yang tergeletak merana semenjana ingin dibaca. *tsah* Saya tidak salah pilih! Walau buku ini baru kelar jam 1 subuh tadi, 5 bintang untuk Wang Lung dan Pearl S. Buck tentunya. Berhubung ini review dibuat mepet sumepet langsung saja yuk kita time travel ke dataran Cina tahun 1920an awal eh apa 1930an ya, yang jelas sebelum meletusnya perang dunia kedua.

First Edition
First Edition

The Good Earth berkisah tentang jatuh bangun seorang petani miskin bernama Wang Lung, ia hidup bersama ayahnya. Di awal buku kita juga mengetahui Wang menikah dengan budak yang bekerja di rumah keluarga kaya bernama O Lan. Namanya budak tentu saja yang Wang dapatkan adalah seorang gadis berwajah biasa saja, kaki yang tidak diikat namun kelebihannya O Lan adalah wanita pekerja keras dan pintar masak. Wang Lung bekerja mati-matian untuk menghidupi ayahnya yang semakin tua apalagi ketika didengarnya O Lan mengandung.

“Wang Lung sat smoking, thinking of the silver as it had lain upon the table. It had come out of the earth, this silver, out of the earth that he ploughed and turned and spent himself upon. He took his life from the earth; drop by drop by his sweat he wrung food from it and from the food, silver. Each time before this that he had taken the silver out to give to anyone, it had been like taking a piece of his life and giving it to someone carelessly. But not for the first time, such giving was not pain. He saw, not the silver in the alien hand of a merchant in the town; he saw the silver transmuted into something worth even more than life itself – clothes upon the body of his son.”

Sebelum lanjut quote di atas sengaja saya cantumkan, walau tidak dengan bahasa berbunga-bunga, Pearl S. Buck dengan pas menyiratkan makna tanah dan anak dari Wang Lung, apalagi kalau membaca langsung bukunya, ah saya merasa malu dengan hidup saya yang sedemikian pemalasnya dibanding dengan Wang Lung yang begitu mencintai tanahnya, terus bekerja tanpa henti.

Tahun terus berlalu, kelaparan hebat melanda Cina tapi Wang Lung sekeluarga mampu melewatinya setelah mengungsi, Wang tidak bertahan lama di tempatnya yang baru karena ia terus memikirkan tanahnya. Setelah dirasanya memiliki uang yang cukup ia kembali ke desa dan bekerja lebih giat lagi. Kaya dan semakin kaya. Akhirnya Wang Lung berhasil menabung keping perak dan emas dalam jumlah yang banyak.

Wang Lung tetap ingin lebih kaya lagi dan repotnya ia terperosok di tempat yang sangat wajar ketika pria sedang di puncak kejayaan. Wanita. Petani lugu sudah tidak ada lagi, Wang mulai mampir ke rumah bordil dan jatuh hati dengan perempuan berkulit halus, kaki mungil, mata besar macam buah aprikot bernama Lotus.

Sampai di sini cerita mulai semakin menarik dan untuk selanjutnya lebih enak jika dibaca sendiri *alesanwaktupostingmakinmepet* :p Selain saya tidak ingin menebar spoiler sensasi membaca karya Pearl S. Buck itu harus dinikmati pelan-pelan. Jangan harap ada klimaks yang membuat jantung kita berdebar-debar atau gemes pengen mites akan satu tokoh. Semua dibeberkan pelan, pelan dan pelan, itu juga sebabnya waktu yang saya butuhkan untuk membaca bagian awal sampai tengah juga tersendat-sendat. Tapi kita seakan ikut menjadi saksi hidup kehidupan Cina jaman itu, bagaimana saat kelaparan melanda, betapa timpangnya harga laki-laki dan perempuan dan ikut terbuai saat bau candu menguar di rumah keluarga kaya.

Sampai akhir buku pertama saya sendiri tidak menyangka akan memberikan bintang lima, tapi perasaan hangat dan kisah yang sedikit menggantung meninggalkan bekas yang dalam di hati. Jelas-jelas The Good Earth adalah salah satu dari 10 buku terbaik yang saya baca untuk tahun ini.

Bumi yang Subur
Bumi yang Subur

The Good Earth adalah buku pertama dari trilogi House of Earth, buku kedua dan ketiga sudah diterjemahkan oleh Gramedia dengan judul Wang si Macan selanjutnya disusul dengan Runtuhnya Dinasti Wang. Mau saya cari ah lanjutannya.

The Good Earth diterbitkan tahun 1931, memenangkan Pulitzer tahun 1932 dan meraih Pearl S. Buck meraih Nobel tahun 1938  yang menurut new York Times diberikan ‘for her rich and truly epic descriptions of peasant life in China and for her biographical masterpieces’.

Hail to Pearl S. Buck
Hail to Pearl S. Buck

 

 

2012 · not mine

[Review] 50 Shades of you-know-who.

*bengong selama 10 menit*

Heuuh, bingung dong mau tulis review macam gimana *perseteruan antara inner goddess dan subconscious*.

Okeh deh, sepertinya saya ga bakal nulis review panjang-panjang karena semua pasti sudah tahu perihal Anastasia Steele dan Christian Grey kan ya? No? Yeslah yaa, secara buku ini sedemikian hebohnya bahkan mengalahkan penjualan Harry Potter! (correct me if i’m wrong, lagi malas browsing).

Saya ini tipe yang rada nyinyir soal buku, jadi kadang kalau sudah tahu itu buku bukan selera seseorang dan seseorang itu tetep baca, my inner goddess will say, ” Udah tau ga suka, lah kok masih baca?”. Nah sekarang balik ke saya, sudah jelas-jelas bukan penikmat roman apalagi jenis kelas berat macam begini kok masih berani coba, hayo? Salah siapa? Dan kali ini subconscious saya menang, keingintahuan mengalahkan suara si inner goddess *inner goddess batal joget gangnam*. Yes, i want to know how great Christian Grey is. Terlebih lagi ada yang bersedia meminjamkan bukunya pada saya, mengapa tidak dicoba? Walau sebelum baca saya sudah wanti-wanti, jangan ngomel melulu, jangan komplen dan siapkan pikiran selayaknya target pembaca yang diharapkan oleh E. L. James aka mommy of porn? *rollineyes*.

Fifty Shades of Grey
Fifty Shades of Grey

Sinopsis yang saya ambil dari Goodreads :

When literature student Anastasia Steele goes to interview young entrepreneur Christian Grey, she encounters a man who is beautiful, brilliant, and intimidating. The unworldly, innocent Ana is startled to realize she wants this man and, despite his enigmatic reserve, finds she is desperate to get close to him. Unable to resist Ana’s quiet beauty, wit, and independent spirit, Grey admits he wants her, too—but on his own terms.

Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.

Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.

Ok, kalau saya membaca buku ini saat usia 17 atau 20 tahun, bisa jadi saya tergila-gila dengan Christian Grey. Kaya, ganteng, uang tak terbatas, penyayang *eeeek, penyayang?* semua itu bisa menutupi kekurangannya yaitu posesif dan sifatnya yang dominan di *uhuk* tempat tidur. Kehidupannya di ranjang tak jauh dari hubungan BDSM, bagi yang belum jelas soal BDSM bisa cek di google dan tidak, saya tidak akan membelikan kalian satu buah MacBook Pro untuk itu 😀

Ana, gadis belia polos, 21 tahun, layaknya gadis kebanyakan yang terkadang tidak pede dengan dirinya sendiri, slebor, yah mirip dengan tokoh-tokoh yang diciptakan oleh Sophie Kinsella yang mungkin sedikit tidaknya mirip dengan saya atau dengan kita semua, bisa jadi karena itu juga 50 shades laku keras, ada Ana dalam setiap diri kita.

Gimana ga klepek-klepek jikalau laki-laki gagah perkasa adi kuasa sakti mandraguna *eeeh* bertekuk lutut di hadapan gadis yang biasa-biasa saja? Macam Edward Cullen dengan si Isabella Swanlah. Apa hebatnya sampai drakula dan manusia serigala bisa mati-matian naksir perempuan tanpa ekspresi dari Forks? Hanya Stephenie Meyer dan E. L. James yang tahu.

Kembali ke 50 shades, jadi setelah membaca wajar saja jika trilogi ini meledak di mana-mana. Adegan ranjang yang lumayan vulgar pun masih bisa diterima oleh banyak pembaca, tapi terus terang beberapa adegan saya skip karena selain tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk alat dan cara kerjanya, serem sendiri >.<

Beberapa hal yang mengganggu saat saya membaca 50 Shades :

1. Penulisan repetitif. Gaya bahasanya ini bolak balik membuat saya melakukan rolling eyes dan untungnya tidak ada Christian Grey deket-deket saya, yang sudah baca pasti mengerti :p

Crap, holy crap, double crap, triple crap. Errr. Dan masih banyak kata-kata lainnya yang mungkin di beberapa reviewer di Goodreads yang menghitung pengulangan beberapa kata, aduh saya makasih aja deh.

2. Saya mengerti dengan keluguan Ana, tapi satu yang saya tidak bisa terima dari penulis, sadarkah ia dengan yang ia tulis ini mempengaruhi banyak pembaca? Apalagi pembaca muda? Aduh yang masih muda-muda mending jangan baca buku ini ya!! Editornya mana? Adegan menggunakan sikat gigi bareng itu NGGAK BANGET.

Bukan karena saya dokter gigi saya ‘komplen’ bagian Ana menggosok gigi menggunakan sikat gigi kepunyaan Christian. Beneran deh, apakah penulis sendiri juga sikat gigi menggunakan sikat gigi pasangannya? haduh haduh dan bisa-bisanya dianggap thrilling oleh Ana. Thrilling? Yang bener aja.

3. Ini bukan pertama kalinya saya membaca buku roman dan masih banyak cara untuk menunjukkan bahwa Christian Grey adalah seorang laki-laki dominan, tapi TIDAK dengan bercinta dengan perempuan pada saat datang bulan.

Yuck.

Adegan BDSM dan segala jenis kontraknya masih bisa dimaklumi, tapi tidak untuk yang ini.

There I said it.

Fiuh.

Di twitter @anadudunk sempat bertanya apakah saya akan melanjutkan buku keduanya atau tidak, tidak, saya tidak berniat melanjutkan membaca buku selanjutnya tapi saya masih ingin tahu kisah akhir Ana dan Grey, mereka tetap lanjutkah? Feeling saya sih lanjut, ada yang berniat membocorkan kisah mereka? :p

Sebelum review ini saya sudahi, subconscious saya mau bicara terkait dengan apa kira-kira yang membuat buku 50 shades laris di mana-mana :

1. Cover yang minimalis dan modern. Coba bandingkan dengan cover historical romance macam perempuan kadang tanpa wajah berdiri di tengah kebun atau wanita berdada aduhai di pelukan pria kekar macam Ridho Rhoma tanpa bulu #eeeeh, oh atau postur pria berdada bidang tanpa wajah macam iklan pakaian dalam pria *maaf para penggemar romance*.

Noooh, got my point?
Noooh, got my point?
See??? :p
See??? :p
Where are you, Mr.Grey?
Where are you, Mr.Grey?

2. Kisah cinta klasik senantiasa hidup tak lekang masa. Aih bahasanyaaa si mia bawah sadar. Apa yang membuat Twilight dihina sekaligus dipuja puji? Tak beda dengan hubungan Ana – Grey. Kita semua senang dengan kisah yang menye-menye, Grey ternyata berhasil jatuh cinta dengan perempuan biasa, roman picisan kalau kata inner goddess saya, toh masih tetap laku bukan?

3. Seperti yang saya bilang di atas, ada sosok Ana dalam setiap kita. Saat membaca kontrak perihal urusan ranjang yang nyeleneh, Ana penasaran tapi sekaligus takut. Manusiawi kok, kita semua punya rasa ingin tahu, saya pun demikian saat memutuskan membaca 50 shades. Benar tidaknya perilaku BDSM mungkin bukan saya yang berhak memutuskan. Hanya satu pesan saya siapkan mental saat membacanya, jikalau tidak sreg, ya mending tidak usah dilanjutkan.

*tendang subconscious dan inner goddess*

Sekian review dari saya, mudah-mudahan berkenan bagi yang menanti-nanti *halaah*. Yuk ah! *dadah-dadah pake pecut* #lhooo

Oia, di bawah ini saya tambahkan link saat Ellen mencoba membaca buku 50 Shades of Grey, lucu banget, beneran 😀

Dan cekidot cover Entertainment Weekly, keren sih menurut saya 🙂

50 in EW
50 in EW

Detail buku :

Judul : Fifty Shades of Grey

Pengarang : E L James

Vintage Books, April 2012, 514 pages.

2012 · inspiring

[Review] Hector and the Search for Happiness

Saya senang membaca buku tipe begini, hampir setipe dengan The Geography of Bliss *adooh, baru inget belum review*. Narasi yang menjual, terlebih ada iming-iming dua buku favorit saya The Little Prince dan The Alchemist dan didukung pula dengan cover buku yang rainbowish minimalis membuat saya tanpa pikir panjang membeli Hector and the Search for Happiness di Periplus Juanda 2 tahun lalu.

Hector and the Search for Happiness
Hector and the Search for Happiness

Sayangnya tidak segesit niat membeli, eh buku ini teronggok begitu saja di rak buku, sempat dibaca tapi karena bosan saya tidak melanjutkan lagi. Berhubung ‘omelan’ Goodreads yang ‘you’re 5 books behind’ senantiasa muncul ya sudahlah, waktunya mengeluarkan jurus andalan, baca buku di bawah 200 halaman! ^.^ v Akhirnya butuh waktu 2 hari untuk berkeliling dunia bersama Hector mencari makna kata bahagia.

Saya suka cover yang ini :)
Saya suka cover yang ini 🙂

Jadi begini, Hector sang psikiater yang tidak puas dengan hidup dan pekerjaannya berniat melakukan perjalanan menjelajah dunia untuk mencari apa sebenarnya yang membuat bahagia seseorang. Hector akan mencari rahasia kebahagiaan. Kurang lebih seratus halaman ke belakang Hector berkelana mulai dari Cina, Afrika,Paris sampai Amerika. Inti sari pengalaman dan percakapan dari penjuru dunia dirangkum dalam notes kecil yang Hector beli khusus untuk rahasia hidup bahagia.

Inspiratif semestinya, tapi penulisan Francois Lelord terlalu kaku, malah kadang beliau menempatkan kita sebagai pembaca yang kesannya tidak mengerti banyak hal, sehingga saya malah merasa sedang membaca textbook ketimbang membaca novel. Terlalu bertutur. Mungkin itulah sebabnya butuh dua kali baca ulang novel ini, saya bosan, but it was okay kok. 2 bintang di Goodreads bukan berarti tidak suka kan? 🙂

22 rahasia hidup bahagia menurut Hector :

  1. Making comparisons can spoil your happiness
  2. Happiness often comes when least expected.
  3. Many people see happiness only in their future.
  4. Many people think that happiness comes from having more power or more money.
  5. Sometimes happiness is not knowing the whole story.
  6. Happiness is a long walk in beautiful, unfamiliar mountains.
  7. It’s a mistake to think that happiness is a goal.
  8. Happiness is being with the people you love.
  9. Happiness is knowing your family lacks for nothing.
  10. Happiness is doing a job you love.
  11. Happiness is having a home and a garden of your own.
  12. It’s harder to be happy in a country run by bad people. *well, hellow indonesiaaaa!* >.<
  13. Happiness is feeling useful to others.
  14. Happiness is to be loved for exactly who you are.
  15. Happiness comes when you feel truly alive.
  16. Happiness is knowing how to celebrate.
  17. Happiness is caring about the happiness of those you love.
  18. The sun and the sea make everybody happy.
  19. Happiness is a certain way of seeing things.
  20. Rivalry poisons happiness.
  21. Women care more than men about making others happy.
  22. Happiness means making sure that those around you are happy?

Bagaimana menurut kalian? Samakah?

Menurut saya sih bahagia itu tidak usah dicari-cari, ada dalam diri kita masing-masing kok. Tsaaah.

PS. Buku saya ada edisi tanda tangan pengarang loooh. *mau pamer tapi males foto, besok aja yak*

PSS. Buku ini bakal difilmkan, berdasar berita ini bakal tayang 2014 dengan judul yang sama, pemeran Hector jatuh pada Simon Pegg dan yang menjadi Clara, pacar Hector adalah Rosamund Pike. Mudah-mudahan filmnya bakal lebih bagus ketimbang bukunya.

Simon Pegg
Simon Pegg

Simon Pegg cocok jadi Hector, tinggal tambah kacamata, nerdy-nerdy quirkynya dapet. Rosamund oke-oke aja kalau menurut saya, karena kurang terdeskripsikan dengan jelas karakternya.

Detail buku :

Hector and the Search for Happiness.

Francois Lelord.

Penguin Books, 2010, 165 pages.