adventure · buntelan · fantasy · karya anak negeri · love love love · Penerbit Atria · young adult

[Review] Merphilia Dunsa

Mari masuk ke dunia fantasi ciptaan Vinca Callista, Prutopian. Dunia di mana sihir itu nyata dan di sana tersebutlah seorang gadis rupawan bernama Merphilia Dunsa yang tinggal di hutan terpencil Tirai Banir bersama bibinya Bruzila Bertin. Semenjak kecil Merphilia sudah fasih menggunakan pedang dan berbagai senjata tajam lainnya. Ternyata memang ada maksud tersendiri kenapa Bruzila mengajarkan keahlian pada Merphilia, tak lain karena asal usul Merphilia yang misterius.

Merphilia adalah anak dari ratu Veruna, sang Ratu Merah, pemberontak yang menghancurkan Naraniscala karena ia merasa dikhianati oleh Raja Claresta Ardelazam. Ratu yang memiliki nama asli Veruna adalah Mergogo Dunsa, adalah gadis yang sangat cantik, buktinya pangeran Claresta pun terpikat, sayang keluarganya tidak menyetujui hubungannya karea Mergogo adalah seorang gadis dari khalayak biasa.

Ada harga yang harus dibayar mahal, pemberontakan Ratu Veruna dibayar dengan nyawanya sendiri. Semenjak itu di masyarakat Naraniscala diharamkan menggunakan warna merah. Memang untuk beberapa saat negara itu aman tentram sampai suatu ketika ada yang menghidupkan kembali Veruna dalamtubuh gadis lain, dan mau tak mau Merphilia sebagai keturunan asli yang mampu membasmi Veruna.

Dan dimulailah petualangan seorang gadis desa yang hijrah ke keluarga kerajaan. Kerajaannya sama dengan dunia kita ternyata, ada iri-irian, cemburu dan tentu ada kisah cinta. Nah ini yang menjadi kekuatan utama novel ini di kalangan anak muda tapi tidak untuk saya pribadi. Di sini dikisahkan Dunsa jatuh cinta dengan pangeran Skandar yang tak lain adalah kakak tirinya. Nah ini yang agak mengganggu, walau ada rahasia yang terungkap di akhir kisah namun  sikap Merphilia yang senantiasa menempel-nempel bawaannya pengen saya pentung deh.

Dunsa
Dunsa

Untuk ukuran novel fantasi, Dunsa bisa dibilang mampu memuaskan pembaca. Mantra sihir yang terasa eksotis ketika dibaca, silsilah keluarga istana yang lengkap dengan bagan serta peta dunia Prutopian. Terasa sekali novel ini dibuat sungguh-sungguh oleh pengarang. Hanya saja perlu beberapa polesan, karakter yang ada masih terasa mentah. Yang baik, baiik banget dan tokoh jahat itu ditekankan berkali-kali kalau ia jahat. Padahal dengan tindakan saja pembaca sudah bisa menyimpulkan bagaimana karakter si tokoh. Nama tokoh di buku Dunsa hampir semua memiliki arti, saya suka dengan pilihan Vinca, walau terkadang susah dilafalkan 😀

Beberapa kritik saya di bagian awal Reinkarnasi, banyak pengulangan kata ‘nya’dan kata ‘ini’. Kemudian di halaman 2 saat pengarang melukiskan benda misterius yang dibungkus oleh kain beledu hitam. Paragraf selanjutnya kembali diulang : Sejak tadi benda tersebut tidak mau diam, seolah-olah ingin melepaskan diri dari kain beledu hitam yang selama ini membungkusnya. Sepertinya lebih bagus jika tidak usah dipertegas lagi, kalau menurut saya.

Bicara soal mantra, mau tak mau saya membandingkan dengan Harry Potter, nuansa magisnya dapat tapi bedanya mudah diingat. Sama seperti Accio! Atau Lumos! Sejalan dengan waktu saat membaca akan tahu kalau mantra Lumos dirapal ketika penyihir sedang berada di tempat yang gelap. Dan ya elaah baru tahu kalau mantra ala Vinca ini mantra pembalikan kata-kata, jiahahah. Pantesan mantranya aneh :p

Dunsa

Pengarang: Vinca Callista

Editor: Jia Effendie

Atria, cetakan I, November 2011, 441 halaman

buntelan · classic · kids just wanna have some fun

The Jungle Book

Ahay, senang banget saat saya mengetahui Atria bakal menerbitkan buku anak klasik The Jungle Book yang sebelumnya hanya saya kenal lewat adaptasi  film Disney berjudul sama di tahun 1994. Cover Atriapun hampir mirip dengan poster filmnya, warna yang cerah membuat The Jungle Book layak dikoleksi oleh para pencinta buku klasik.

The Jungle Book
The Jungle Book

Sinopsis : Bukit Batuan gempar! Mama dan Papa Serigala mengajukan seorang anak manusia untuk diasuh oleh mereka. Meskipun dengan berbagai pertentangan, Akela sang Pemimpin Serigala mengizinkannya, dengan jaminan sebuah lembu dari Bagheera, sang Macan Kumbang Hitam, dan pembelaan si Beruang Hitam Baloo, guru dari semua anak-anak serigala. 

Namun Shere Khan, si Harimau Pincang tidak setuju karena anak manusia itu adalah buruannya. Itulah sebabnya, Mowgli, nama anak manusia itu, harus terus belajar agar ia berhasil bertahan hidup dan mengalahkan Shere Khan. 

Tetapi, saat sebagian besar kawanan serigala mengusirnya, dapatkah Mowgli bertahan sendirian?

Saya baru sadar The Jungle Book adalah kumpulan kisah hewan hasil karangan Rudyard Kipling. Awalnya saya pikir buku ini adalah kisah petualangan Mowgli bersama Baloo si beruang dan Bagheera si panther saja. Ada 11 kisah yang bisa berdiri sendiri, beberapa kisah Mowgli dan ada juga yang berupa puisi.

Inti ceritanyasih  sederhana, Rudyard Kipling banyak memasukkan pesan moral melalui binatang hutan yang kesemuanya bisa berbicara. Monyet digambarkan binatang yang nakal dan kerjanya hanya bermain-main saja. Sebelum saya mulai membaca The Jungle Book, saya sempat melihat beberapa review di Goodreads yang menyebutkan buku ini berbeda dengan film animasi Disney. Benar juga, ternyata karakter si ular piton Kaa di buku itu baik, padahal seingat saya dari kecil tokoh ular Kaa adalah tokoh antagonis 😀

Jungle Book - movie poster
Jungle Book - movie poster

Salut untuk penerjemah yang berhasil mengalihbahasakan bahasa puitis Rudyard Kipling! Terus terang, The Jungle Book bukan buku anak favorit saya namun begitu buku klasik tak lekang jaman ini sayang untuk dilewatkan. 🙂

Sekilas tentang penulis yang sebelumnya hanya saya ketahui berkat puisi “if”nya yang sangat indah ini adalah penyair dan penulis novel Inggris yang menghabiskan masa kecilnya di India. Pantas saja buku The Jungle Book dan Kim sangat kental dengan aroma eksotisme India. Bahkan penulis terkenal Inggris, Henry James menyebutkan Kipling sebagai manusia jenius.

Detail buku : The Jungle Book – Rudyard Kipling, Penerbit Atria, cetakan I – September 2011, 239 halaman. Penerjemah : Anggun Prameswari.

 

adventure · buntelan · fantasy

Emerald Atlas, The Books of Beginning #1

Sinopsis : Kate, Michael, dan Emma sudah berulang kali berpindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain, dan yang berikutnya selalu lebih buruk dari pada sebelumnya. Tapi Kate tidak pernah melupakan janjinya pada sang ibu, untuk selalu menjaga adik-adiknya. 

Kate tidak pernah bisa mengingat jelas kenangan tentang kedua orangtuanya, tapi dia tahu pasti, ibunya berjanji keluarga mereka akan berkumpul lagi suatu hari nanti. Michael selalu percaya pada hal-hal mistis yang membuatnya mendapat masalah dan dijadikan bulan-bulanan di panti asuhan. Emma bertempramen sangat buruk dan mudah sekali meledak. 

Namun ketiga bersaudara ini tetap bertahan bersama-sama, sampai akhirnya nasib membawa mereka ke dalam petualangan seru, menyingkap garis takdir mereka yang luar biasa. 

Segera saja mereka terhanyut dalam perjalanan ajaib ke sudut-sudut dunia yang penuh rahasia dan berbahaya… Perjalanan yang mempertemukan Kate, Michael, dan Emma dengan sahabat-sahabat dan musuh-musuh. Dan menurut sebuah ramalan kuno petualangan mereka akan mengubah sejarah… Dan nasib banyak orang… 

Akankah mereka menemukan rahasia identitas keluarga mereka dan berkumpul kembali dengan orangtua mereka?

Emerald Atlas
Emerald Atlas

Review :

Apa yang terbayang saat membaca sinopsis di atas?  Narnia? Lemony Snickett’s? Atau malah Golden Compass? Kalau saya perpaduan dari ketiganya, anak ‘yatim piatu’ terjebak dalam dunia lain dan mengemban misi menyelamatkan dunia. Dunia Kate, Michael dan Emma berubah dalam sekejap saat malam natal, ayah ibunya menghilang dan mereka terbangun dalam sebuah panti asuhan. Dari panti asuhan satu ke yang lain, nasib mereka bertiga tidak jelas plus ayah ibu tidak jelas keberadaannya bahkan nama keluarga mereka juga misterius “P”saja.

Kate masih beruntung, ia masih bisa mengingat orang tuanya dan pesan ibunya yang mengatakan bahwa mereka pasti kembali. Michael, laki-laki kurus berkacamata dan sangat mengidolakan kurcaci. Emma, si bungsu paling jago berkelahi.

Suatu ketika Kate, Michael dan Emma berpindah ke panti asuhan Cambridge Falls yang misterius. Suatu tempat yang terlupakan dan banyak kejanggalan aneh yang mereka rasakan. Siapakah laki-laki yang mengadopsi mereka? Terlebih lagi sejak mereka menemukan sebuah buku hijau yang akan memutarbalikkan nasib mereka. Kurcaci, time travel, penyihir, adalah sebagian dari hal menarik yang ditemukan di buku Emerald Atlas.

Anak yatim piatu sering kali menjadi tokoh utama buku fantasi, sebut saja Harry Potter dan tiga bersaudara Pevensie di seri Narnia. Kate ini tipe anak pertama banget, Michael sedikit tidaknya mirip dengan karakter John Stephens sendiri. Sama-sama berkaca mata dan mengidolakan kurcaci. Karakter yang lovable, plot yang tidak bertele-tele adalah kekuatan buku pertama dari trilogi Emerald Atlas. Pengarang yang juga adalah penulis serial Gilmore Girls dan The OC. mampu membuat saya berhasil menghabiskan Emerald Atlas dalam waktu dua hari.

Buku ini cocok dibaca untuk semua umur walau golongan Middle Grade adalah sasaran utama. Fantasi yang tidak terlalu kelam, saya tidak merasakan aura gelap vampire dan werewolves, memang sih ada penyihir sakti tapi apa pula serunya membaca buku kalau tidak ada tokoh antagonis? 🙂

Sayangnya di bagian akhir, time travel yang cukup sering disebut sempat membuat saya bingung. Doh, tadi katanya middle grade tapi sudah umur segini masih ga ngerti 😀 Satu lagi, coba saja ada gambar peta yang melukiskan Cambridge Falls dan dunia yang ada di dalamnya bakal lebih menarik!

Gramedia
Versi Gramedia

Tidak seru mereview buku kalau tidak menyebut soal cover bukan? Saya suka cover aslinya, cover Gramedia kurang ‘segar’ warna hijaunya terlalu kinclong dan siluet 3 anak yang ada di gambar kurang mewakili karakter Emma. Emma disebutkan sebagai anak yang berani bahkan sering kali berkelahi jika Michael diejek, tinggi badan mereka hampir mirip. Sedangkan di cover Emma terlihat sangat mungil malah lebih mirip dengan anak balita. Terjemahan mbak Poppy enak dan minim typo. 3 bintang!

Detail buku : Emerald Atlas : Buku-buku Permulaan – John Stephens, cetakan I -Juli 2011. Alih bahasa : Poppy Damayanti Chusfani. Desain cover : eMTe.

Jangan lupa mampir ke website resmi Emerald Atlas, selain bisa mendownload activity guide, ada trailer buku dan gambar beberapa tokoh penting di buku selain Kate, Michael dan Emma.

buntelan · classic · kids just wanna have some fun

Pangeran Bahagia – Oscar Wilde

Pangeran Bahagia, kumpulan cerita Oscar Wilde adalah salah satu seri fiksi klasik yang diterbitkan oleh penerbit Serambi. Covernya bagus, menggambarkan patung Pangeran Bahagia yang menjulang tinggi dan di pundaknya bertengger burung Walet. Ada 5 cerita yang semuanya bernuansa sedih dan ironis. Kelima di antaranya : Pangeran Bahagia, Bunga Mawar dan Burung Bulbul, Raksasa yang Egois, Teman yang Setia dan Roket yang Luar Biasa. Mirip dongeng anak-anak, walau begitu banyak pelajaran yang secara implisit ditampilkan di sana.

Pangeran Bahagia
Pangeran Bahagia

Favorit saya :

1. Pangeran Bahagia (1888), patung penghias kota yang menjadi kebanggaan masyarakat. Ah ya namanya memang pangeran bahagia, tapi pangeran ini bersedih hati melihat keadaan rakyat miskin yang ada di kota. Adalah seekor Walet yang hinggap di pundak pangeran kejatuhan air mata pangeran. Pangeran menangis melihat ibu tua penjahit yang anaknya demam dan ia meminta burung Walet mencongkel batu delima yang ada di gagang pedangnya untuk diberikan kepada si ibu-ibu tua.

Burung Walet resmi menjadi tangan kanan Pangeran untuk membantu rakyat, kedua permata yang menjadi pangeran sudah hilang, sekeping demi sekeping emas yang menyelimuti tubuhnya juga dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Musim berganti, cuaca berubah menjadi semakin dingin, Walet mulai kepayahan karena seharusnya sedari dulu ia pergi ke Mesir tempat teman-temannya menikmati sinar matahari.

“Aku akan pergi ke Rumah Kematian. Bukankah mati adalah saudara dari Tidur?”, Walet mencium bibir Pangeran lalu ia kehilangan nyawanya. Pada saat itu, terdengarlah bunyi retakan dari patung. Hati timah milik Pangeran terbelah menjadi dua. Di akhir kisah, Tuhan meminta malaikatNya untuk membawa dua hal yang paling berharga di kota dan malaikat membawakan sekeping hati dan tubuh burung yang telah mati.

“Pilihan kalian tepat, karena di Taman Surgaku burung kecil ini akan terus bernyanyi dan di dalam kota emasku Pangeran Bahagia akan terus memuliakanku”.

Sediiiih 😦

2. Bunga Mawar dan Burung Bulbul.

Berkisah tentang perjuangan burung yang berusaha menyenangkan hati seorang pemuda yang jatuh cinta. Pemuda ini ingin memberikan pujaan hatinya sekuntum mawar merah. Burung bulbul berkelana ke sana ke mari mencari mawar merah, yang ada malahan mawar putih dan mawar kuning. Akhirnya ada juga pohon mawar merah tapi musim dingin telah menghambat pembuluh darahnya, keping es menjepit tinasnya dan badai telah mematahkan rantingnya. Ada satu cara mawar merah bisa tumbuh lagi tapi syaratnya burung bulbul harus bernyanyi semalam suntuk sembari dadanya terpapar duri, agar darah yang menopang hidup burung bulbul mengalir menuju pembuluh darah pohon.

Sadis 😦

Endingnya sangat tragis. Ada satu kalimat yang indah yang diucapkan burung bulbul, ” Ah, betapa kebahagiaan ternyata bergantung pada hal-hal yang sungguh remeh”. (hal.28)

3. Raksasa yang egois, kalau ini persis dongeng-dongeng masa kecil saya dan tetap endingnya itu tragis. Heeeuh, ada apa dengan penulis-penulis jaman dulu, apa karena jaman dulu belum ada pengaruh dari Walt Disney ya? 😀

Endingnya sedih sekaligus indah, saya copy dari wikipedia ya, kalau ngetik dari buku malas, kepanjangan :p

“Who hath dared to wound thee?” cried the Giant; “tell me, that I may take my big sword and slay him.” 

“Nay!” answered the child; “but these are the wounds of Love.” 

“Who art thou?” said the Giant, and a strange awe fell on him, and he knelt before the little child. 

And the child smiled on the Giant, and said to him, “You let Me play once in your garden, to-day you shall come with Me to My garden, which is Paradise.” 

Kisah keempat dan kelima menurut saya benang merahnya mirip, tentang keegoisan seseorang. Browsing di Wikipedia, kisah Roket adalah kisah Oscar Wilde yang berisi epigram.

“Conversation, indeed!” said the Rocket. “You have talked the whole time yourself. That is not conversation.” 

“Somebody must listen,” answered the Frog, “and I like to do all the talking myself. It saves time, and prevents arguments.” 

“But I like arguments,” said the Rocket. 

“I hope not,” said the Frog complacently. “Arguments are extremely vulgar, for everybody in good society holds exactly the same opinions.” 

Sindiran yang mengena.

Walaupun buku ini murni dongeng tapi layak dikoleksi, saya baru kali ini membaca tulisan Oscar Wilde, aah pengen cari buku Picture of Dorian Gray. Dulu nonton filmnya sih, err agak-agak ‘seram’ penasaran bukunya seperti apa.

Review saya tutup dengan penggalan lagu Ironic – Alaniss Morissette, salah satu penyanyi yang saya kagumi, liriknya dahsyat.

Well life has a funny way of sneaking up on you
When you think everything’s okay and everything’s going right
And life has a funny way of helping you out when
You think everything’s gone wrong and everything blows up
In your face.

Sekilas tentang penulis, Oscar Wilde ternyata adalah orang yang penuh dengan kontroversi, beliau dikenal karena epigram, masuk penjara karena kasus homoseksual dan kematiannya yang mendadak di usia muda (46 tahun).  PR saya selanjutnya : mencari buku Picture of Dorian Gray dan The Importance of Being Earnest. Pihak Serambi, berniat menerbitkankah? *ketip-ketip*

Oscar Wilde
Oscar Wilde

Detail buku : Pangeran Bahagia – Oscar Wilde, diterjemahkan dari The Happy Prince and Other Stories oleh Risyiana Muthia, cetakan I – April 2011, 103 halaman.

Terjemahannya bagus, salut untuk mbak Risyiana yang bisa mengalihbahasakan kalimat Oscar Wilde aslinya indah menjadi tetap indah dan puitis, minim typo dan covernya bagus pulak. 4 bintang!

buntelan · fantasy · love love love · young adult

Fallen for Daniel

Sinopsis dari Goodreads :

Luce Price merasa pernah sangat mengenal Daniel Grigori.

Cowok misterius dan dingin itu menarik perhatian Luce begitu mereka bertemu pada hari pertama di sekolah berasrama Sword & Cross. Di tempat yang melarang ponsel, dihuni anak-anak bandel, dan penuh kamera pengawas, rasanya cuma cowok itu yang menyenangkan.

Tetapi, Daniel tidak mau berurusan dengan Luce—ia terang-terangan menunjukkan keengganannya. Sementara Luce tertarik padanya bagai ngengat terhadap api. Ia merasa harus tahu apa yang begitu ingin dirahasiakan Daniel… meskipun dengan taruhan nyawa.

Fallen
Fallen

Review :

Luce, gadis muda yang sejak kecil merasa dihantui oleh bayangan-bayangan hitam. Sudah tak terhitung banyaknya menenggak obat penenang dan berganti dokter namun bayangan itu tak pernah hilang. Sampai suatu ketika kejadian tragis menimpa Trevor, teman dekat Luce. Trevor meninggal terbakar dengan Luce sebagai saksi tunggal, namun di sisi lain ia sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Orang tua Luce menyerah dan menyekolahkan Luce di Sword and Cross boarding school. Jreng jreng jreng, Luce bertemu dengan Daniel. Pria keren berwajah angkuh berambut pirang. Luce merasa seakan sudah mengenal Daniel dan tertarik untuk mengenal Daniel lebih jauh. Apa daya yang ada malah Daniel bersikap begitu angkuh, masa pertemuan pertama sudah mengacungkan jari tengah? Ngek. Agar cerita semakin seru muncul jugalah tokoh pria kharismatik dan sangat bersahabat di tengah lingkungan sekolah Luce yang aneh, Cameron.

Pertengahan sampai akhir buku mengisahkan Luce yang kebingungan menghadapi jerat cinta Cameron dan kebebalannya untuk selalu mengekor Daniel. Misteri mulai terkuak di akhir buku, siapa sebenarnya Daniel dan kenapa Luce merasa sudah begitu mengenalnya.

Huft. Sulit nih buat review Fallen, saya berusaha menyukainya. Rating Amazon dan Goodreads yang tinggi plus Gramedia sepertinya menaruh banyak harapan dengan buku ini terbukti dengan tetap memakai cover aslinya. Memang cover aslinya keren sih 🙂

Saya kurang merasakan ikatan emosi dengan tokoh utama buku ini. Luce yang seakan-akan merasa dunia bergoncang bila ia jauh dari Daniel, terus terang saya tidak habis pikir.Bentar ganti Cam, bentar lagi ganti Daniel. Ring a bell? Yes, mirip Isabella Swan di antara Jacob dan Edward. Saya bukan TW hater malahan di buku pertama saya jatuh cinta dengan Edward. Balik ke Fallen, Luce membuat saya berpikir ulang tentang Bella yang klemar klemer. Sikap Daniel yang kasarnya tidak masuk akal kenapa tetap membuat Luce malah semakin jatuh hati dengannya? Luce pas deh untuk potret remaja ababil jaman sekarang :p

Sedikit sentuhan romance berbalut fantasy, twisted ending, cinta segitiga sepertinya menjadi formula ampuh untuk membuat sebuah novel menjadi best seller. Entah saya yang selera bacanya menurun atau sudah terlalu uzur untuk membaca novel Young Adult, 2 bintang saya sematkan untuk Fallen. Oia perjalanan cinta Luce – Daniel- Cam bakal berlanjut di buku selanjutnya Torment, Passion dan Rapture buku keempat yang bakal terbit tahun depan.

Curhat sedikit padahal saya suka segala hal yang berhubungan dengan mermaid dan fallen angel tapi sampai saat ini belum pernah klik jika membaca buku yang berkisah tentang mereka. Fallen angel lain bisa kita jumpai di Hush Hush yang juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa via penerbit Ufuk. Mizan juga ikut menerbitkan kisah The Fallen karangan Thomas E. Sniegoski. Ada juga Awakened yang saya kurang jelas penerbitnya siapa.

Detail buku : Fallen – Lauren Kate. Gramedia, 440 halaman, cetakan I Juli 2011, alih bahasa Fanny Yuanita, editor Dini Pandia.

 

 

buntelan · fantasy · young adult

Hold Me Closer, Necromancer

Versi Penerbit Atria
Versi Penerbit Atria

LishMcBride,2010

Penerjemah : Berliani M. Nugrahani

Paperback, Atria, cetakan 1 Juni – 2011, 445 halaman

Sinopsis (Goodreads) : Membangkitkan mayat pastinya lebih seru daripada membalik daging burger.

Perkenalkan Sam, cowok biasa yang sedang meniti karir di dunia makanan cepat saji. 
Masuk Douglas, seorang necromancer yang kuat dan keji. Douglas segera mengetahui bahwa Sam juga necromancer – yang merupakan berita baru buat Sam – dan dia sama sekali tidak senang memiliki pesaing di dunia paranormal yang sudah cukup sesak di Seattle. Sekarang, Sam menyembunyikan temannya yang sudah menjadi mayat hidup dan terkurung bersama seorang gadis serigala. 
Dia hanya memiliki waktu seminggu untuk melarikan diri dari cengkeraman Douglas. Hanya satu minggu untuk menemukan cara untuk mengendalikan kekuatan misteriusnya yang terpendam.

Review : Kalau diumpamakan sebagai makanan, buku Hold Me Closer, Necromancer sepertinya bisa diibaratkan dengan nasi goreng spesial pake telur. Kenapa saya bilang begitu? Buku fantasi kocak karangan Lish McBride berkisah tentang seorang necromancer pemula bernama Sam, tapi tidak hanya necromancer yang ada di sini, werewolves, satir, zombiepun ikut meramaikan petualangan Sam dalam melawan Douglas, tokoh antagonis yang juga seorang necromancer. Lengkap!

Sebelum saya melanjutkan review ini, ada baiknya kita mengetahui apa sih sebenarnya necromancer, sedikit penjelasan yang saya baca dari Wikipedia, Necromancy is a form of magic in which practitioner seeks to summon the spirit of a deceased person, either as an apparation or ghost, ot to raise them bodily, for the purpose of divination. Ah, pantas saja banyak zombie berkeliaran di buku ini. Bisa dibilang necromancer lebih berurusan dengan dunia arwah. Jadi bukunya horror nih? Tentu tidak! Gaya penulisan Lish yang kental dengan komedi ala Amerika yang dituangkan dalam gaya bicara Sam malahan beberapa kali membuat saya tergelak.

Contohnya di halaman 4, saat Sam bercerita asal muasal namanya. “Aku harus berterima kasih kepada ibuku untuk namaku. Ayahku bersikap manis dengan datang saat kelahiranku, dan dalam momen kebencian yang luar biasa, ibuku menamaiku Samhain hanya untuk membuat ayahku kesal. Rupanya ayahku ingin menamaiku Richard atau Steve, tetapi Mom mendahuluinya dan karena kebetulan aku lahir pada hari pemuja berhala Samhain, maka, begitulah. Aku beruntung tidak dilahirkan pada Hari Presiden. Ibuku mungkin akan menamaiku Abraham Lincoln,walaupun aku tak akan pernah pantas memakai topi tinggi”. Ngek, konyol kan? :p Banyak lagi celetukannya yang bikin saya geleng-geleng kepala.

Hal lain yang saya suka dari buku HMCN adalah penamaan setiap bab yang diambil dari lirik lagu, malah ada di beberapa bab saya penasaran, “ini lirik ada di lagu apa ya?” . Untungnya di akhir buku, penerbit mencantumkan lengkap 31 playlist. Pencantuman liriknya pun pas dengan kejadian yang sedang berlangsung, saat adegan perkelahian Sam dan Douglas di bab 26, judulnya “Everybody was Kung Fu Fighting”. Haha, pas sih tapi yang sedikit merusak bayangan saya yang terbayang malah si Po, tokoh panda gembul di film Kung Fu Panda 😀

Saran saya untuk penerbit, HMCN banyak mengandung istilah fantasi yang agak kurang familiar, memang sih dengan semakin ke belakang membaca kita menangkap apa maksud si pengarang tapi ada baiknya kalau dibuatkan catatan kaki agar pembaca tidak bingung. Beberapa kata yang membuat saya penasaran : Aconite (hal. 84), tanaiste dan taoiseach (hal. 86), athame ( hal. 96), harbinger (hal. 318) ada lagi fury, satyr, wicca yang sering juga muncul di buku fantasi tapi bagus juga kalau dijabarkan dengan lebih detil.

Terus terang, sebagai penikmat fantasi saya merasakan banyaknya penulis baru yang muncul sejak era Harry Potter dan Twilight. Mau baca kisah romance – fantasi? Pilihannya seabreg mulai dari kisah fairy : Wings, Iron King sampai Wicked Lovely. Vampire : Vampire Academy, House of Night dan banyak lagi, saking yang saya ikuti cuma serial VA. Werewolves : Shiver dan Nightshade, aduh ga kelar-kelar nih reviewnya kalau ngebahas fantasi. Sayangnya (atau untungnya) hampir semua fantasi dibuat berseri. Hold Me Closer, Necromancer masuk kategori dark comedy urban fantasy yang sepertinya masih akan berlanjut karena ada beberapa penyelesaian yang menggantung dan pertanyaan yang belum terjawab.

Untuk lebih detil tentang pengarang bisa kita lihat di http://www.lishmcbride.com yang sayangnya kurang terurus, menurut saya lho. Padahal saya ingin mengetahui awal pembuatan kisah novel ini.

PS : hari lahir Samhain yang pas dengan pemujaan berhala di jaman Celtics dulu ternyata sampai sekarang masih diperingati lho! Sudah bisa ditebak kan tanggalnya? Yep benar, 31 Oktober 🙂

 Awards: American Library Association Best Books for Young Adults; YALSA William C. Morris – finalist; Bank Street Best Children’s Book of the Year; Capitol Choices Noteworthy Titles for Children and Teens; Kansas City KC3 Reading Award Master List.

Sangat direkomendasikan kepada penggemar fantasi, paranormal dan young adult. Mau sesuatu yang beda saat membaca buku fantasi? Read this! Recommended. 4 bintang dari saya untuk Samhain Corvus LaCroix.

buntelan · fantasy · kids just wanna have some fun

Yes, Piper McCloud can fly!

The Girl Who Could Fly
The Girl Who Could Fly

The Girl Who Could Fly, novel karangan Victoria Forester berhasil menggabungkan karakter gadis kecil pemberani sepertiDorothy di Wizard of Oz dengan karakter manusia berkekuatan super ala X Men. Piper McCloud, sejak bayi sudah mampu melambungkan naik dari permukaan tanah sehingga kedua orang tuanya sepakat untuk mengurung Piper di rumah. Serapat apapun Betty dan Joe McCloud menyembunyikan Piper, naluri terbang Piper tak terbendung. Piper berhasil mencuri-curi waktu untuk terbang di malam hari, sayangnya saat main bola bersama teman-temannya, Piper kebablasan. Bola yang melambung tinggi dikejar Piper bagaikan anak panah yang melesat di udara. “Yippieee!”, seru Piper ala pemain bisbol profesional saat bola berhasil ia raih setelah berputar spiral sebanyak 3 kali.

Apa yang terjadi berikutnya sama sekali tidak sesuai dengan harapan Piper, bukan pujian yang dia dapat melainkan hinaan dan cemooh. Malah ada yang menyangka keahlian Piper adalah ulah setan. Kasihan Piper. Orang tuanya marah, keluarganya dikucilkan dan rumah mulai tidak nyaman dengan hadirnya wartawan yang mengintai kehidupannya. Datangnya Dr. Letitia Hellion mengubah hidup Piper, perempuan anggun yang mengaku wakil dari pemerintah Amerika Serikat mengajak Piper bergabung dengan institut khusus untuk anak dengan keahlian super.

Saya suka kalimat Betty McCloud saat ia hendak berpisah dengan Piper :

“Dalam hidup ini, tidak ada yang mudah bagi kita, Nak. Untuk setiap jalan yang kau ambil, pasti ada harga yang harus kau bayar. Lebih cepat kau menyadarinya, lebih baik. Tidak peduli ke arah mana pun kau pergi, pasti akan ada hal-hal buruk yang bercampur dengan hal-hal baik. Kau cuma perlu belajar menerimanya.”

Dalam sekejap hidup Piper berubah, sekolah I.N.S.A.N.E (Institute of Normalcy, Stability, and Non Exceptionality) menyediakan hal-hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kasur empuk, makanan enak dan teman-teman baru yang ternyata juga memiliki keahlian khusus seperti dirinya. Violet yang bisa menciutkan ukuran tubuh, Mustafa dan Mustafa si kembar yang mampu mengendalikan cuaca, Conrad si Jenius,  Lily yang memiliki kemampuan telekinesis dan masih banyak lagi yang lain. Sayang tak lama kemudian Piper sadar, bukan hanya teman-temannya yang menyimpan rahasia melainkan sekolah tempat mereka semua berlindung adalah tempat yang paling berbahaya. Piper tak tinggal diam, ia bersama Conrad dan teman-teman lainnya berkonspirasi menggagalkan misi tersembunyi I.N.S.A.N.E.

Beberapa kalimat favorit saya :

“Kadang-kadang kita perlu membuat pilihan yang sulit dan mempertimbangkan segala macam perspektif serta perasaan orang lain. Dan hal seperti itulah yang dinamakan sebagai sikap dewasa.” – halaman 102.

“Kita tidak bisa belajar sesuatu yang berharga tanpa membuat beberapa kesalahan, benar bukan?” – halaman 325.

Berdasar beberapa review yang saya baca di Amazon dan Goodreads, rata-rata mengatakan The Girl Who Could Fly memadukan cerita anak dengan nuansa fantasi, campuran X Men, Anne of Green Gables, bahkan Harry Potter sempat disebut.

Kebanyakan buku anak mengambil tokoh sentral anak perempuan yang cerdas, imut dan penuh dengan rasa ingin tahu. Sama seperti Piper, karakternya yang menyenangkan sehingga dengan mudah kita jatuh hati kepadanya.

Buku ini pas ditujukan kepada pembaca muda dan penggemar fantasy young adult. Penuh dengan kalimat membangun yang mengajarkan kita untuk jangan takut menjadi berbeda, selau berusaha karena di setiap kemauan keras pasti akan ada jalan. Sebagai pembaca young adult, saya merasakan kurangnya eksplorasi karakter dan ending yang sedikit terburu-buru tapi secara keseluruhan 4 bintang untuk Piper McCloud and yes, she can fly!

Detail buku : The Girl Who Could Fly – Victoria Forester. Penerjemah : Ferry Halim, terbitan Atria cetakan I, Mei 2011. 380 halaman.

Victoria Forester
Victoria Forester

PS : Awalnya kisah Piper McCloud dituliskan untuk skenario film karena profesi utama Victoria adalah seorang penulis script film. The Girl Who Could Fly adalah buku pertamanya dan menurut pendapat saya nih, foto Victoria Forester di website resminya mirip dengan tokoh Dr. Letitia :p

buntelan · fantasy · love love love · young adult

Firelight, Kisah cinta gadis penyembur api

Pernahkah merasa kalau buku tertentu berjodoh dengan kita? Saya sering. Buku Firelight termasuk salah satunya. Sejak awal terbit versi luar saya sudah tergiur dengan covernya, gadis berambut emas dengan siluet sisik nada di sudut wajah. Belum sempat saya membeli, ternyata Penerbit Atria bakal menerbitkan versi terjemahan. Sudah jelas masuk wish list saya nih, senangnya lagi Senin kemarin paket buku Firelight mendarat di rumah. Memang kalau sudah jodoh tak lari ke mana.

Firelight
Firelight
Firelight versi Atria
Firelight versi Atria

Firelight berkisah tentang kehidupan gadis keturunan naga – draki bernama Jacinda. Setiap draki memiliki kemampuan tersendiri dan keahlian Jacinda adalah menyemburkan api. Kemampuannya membuat Jacinda menjadi pusat perhatian di kelompoknya karena sudah 400 tahun tidak ada draki penyembur api. Banyak draki lain ingin dekat menjadi teman dan pacarnya,bahkan perjodohannya dengan Cassian, anak pimpinan kelompok draki mulai didengungkan sedari Jacinda berubah draki api.

Jacinda bukannya senang melainkan tertekan dengan keadaannya, semua terkesan palsu malahan ia merasa menjadi piala yang diperebutkan berbagai pihak. Ibu Jacinda juga merasa gerah dengan perhatian lebih yang ditujukan ke anaknya. Ia tak ingin Jacinda menjadi ’ibu’ dari draki-draki baru yang dibiakkan demi kelangsungan hidup kelompoknya. Puncaknya pada suatu malam, ibunya melarikan Jacinda dan kembarannya Tamra yang sayangnya tidak mampu berubah menjadi draki meninggalkan kelompoknya. Mereka meninggalkan Chaparral yang sejuk dan berhutan rindang pindah ke daerah gurun yang gersang. Ibu Jacinda dan Tamra sengaja memilih tempat itu agar secara perlahan naluri draki di tubuh Jacinda mati perlahan-lahan dan ia dapat menjadi manusia seutuhnya sama seperti sang ibu yang juga pernah mengasingkan dirinya di gurun untuk membunuh naluri drakinya.

Sayang Jacinda bukanlah ibunya, ia menolak mengingkari jati dirinya. Hari lepas hari tubuhnya mulai kasar akibat udara gurun yang kering, kemampuannya untuk berubah mulai menurun, sampai suatu ketika ia bertemu Will, teman barunya di sekolah. Bersama Will ia merasa hidup lagi, bahkan hanya dengan berdekatan dengannya draki Jacinda seakan melesak hendak keluar dari tubuhnya. Tamra menyadari hal itu juga dan mewanti-wanti Jacinda untuk bersikap hati-hati, jangan sampai keanehannya membuat perkara besar di sekolah yang baru saja mereka masuki. Berbeda dengan Jacinda, Tamra menikmati kehidupan barunya di sekolah, karena di Chaparral tempat tinggal mereka dulu Tamra hanya menjadi bayang-bayang Jacinda, semua terpusat pada kembarannya. Apalagi sejak Jacinda berubah menjadi draki penyembur api dan Tamra yang sama sekali tidak pernah berubah. Teman-temannya menjauhinya karena takut ‘tertular’ Tamra, bahkan cinta sejatinya Cassian jelas-jelas menunjukkan ketertarikannya pada Jacinda dan memandang Tamra dengan sebelah mata.

Seperti kalimat yang tertulis di cover buku versi Atria, “Apa gunanya keselamatan bila bagian dari dirimu mati?”, Firelight berkisah tentang cinta terlarang yang terjadi antara Jacinda dan Will. Will bersama keluarganya ternyata adalah pemburu naga. Mereka menyusuri semua tempat untuk membunuh naga dan menggunakan kulitnya untuk sofa, darah yang berkhasiat untuk dijual. Di saat jati diri mereka terungkap, mampukah cinta menyatukan mereka? Ditambah lagi Cassian tentu saja tidak tinggal diam ketika gadis impiannya sedari dulu direbut oleh manusia.

Sasaran pembaca Firelight jelas pembaca muda atau yang biasa disebut Young Adult, walau begitu saya sebagai adult yang sudah tidak young lagi *apa sih* sangat menikmati buku karangan Sophie Jordan ini. Jujur saya bilang saat browsing goodreads waktu belum membaca Firelight, saya melihat buku-buku karangan beliau yang lain. Aih matek, historical romance semua yang mana saya tidak suka (mohon maaf bagi penyuka genre HR, no offense lho ya :p ) tapi begitu saya membaca Firelight, saya jadi malu sendiri. Ternyata actionnya ada, kisahnya bergulir lancar tanpa saya merasa bosan, dan secara perlahan misteri-misteri yang ada di seri Firelight mulai terkuak. Akhir buku pertama lumayan membuat saya penasaran dengan buku keduanya, dan di bawah ini saya tampilkan cover Vanish yang tak kalah indah dari Firelight.

Vanish
Vanish

3, 5 bintang untuk kisah cinta terlarang Will-Jacinda, mudah-mudahan buku selanjutnya lebih banyak adegan perang-perang antar naga kek atau perang antar kelompok pemburu dengan naga 🙂

Detail buku : Firelight, terbitan Atria April 2011. Alih bahasa : Ferry halim. 425 halaman.

buntelan · classic · kids just wanna have some fun

Gadis Korek Api – H.C. Andersen

Bagi angkatan 80’an seperti saya di mana jaman SD bacaan hanya berkisar donal bebek, komik Nina dan kumpulan dongeng tentunya nama Hans Christian Andersen melekat kuat di ingatan kita. Kisah tragis gadis korek api, cinta putri duyung yang bertepuk sebelah tangan, perjalanan hidup gadis mungil Thumbelina adalah beberapa karyanya yang sangat terkenal dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia.

Kali ini penerbit Atria mengemas 10 kisah H.C. Andersen dalam satu kumpulan dongeng yang diantaranya  Kisah Cinta Putri Duyung Kecil, Angsa-Angsa Liar, Sang Putri Sejati, Thumbelina, Burung Bulbul, Gadis Korek Api, Ratu Salju, Baju Baru Kaisar, Kisah Rembulan dan yang terakhir Anak Itik Buruk Rupa. Favorit saya gadis korek api,kisah singkat gadis miskin yang hidupnya berakhir karena kedinginan di malam tahun baru. Tragis, sedih tapi entah bagaimana ada nuansa kelegaan dan kegembiraan di sana saat sang gadis bersua dengan arwah neneknya di atas sana. Cerita lain yang juga saya suka adalah kisah cinta putri duyung, sayangnya bayangan Ariel yang hidup happily ever after tak mampu ditepis saat saya membaca kisah yang kisahnya berbeda 180 derajat dari cerita asli karangan Andersen.

Gadis Korek Api

Nuansa kelam kerap membayangi dongeng-dongeng Andersen, yang mana awalnya saya merasa aneh juga. Dongeng yang identik dengan story telling dengan target pembaca anak-anak kenapa malah identik dengan nuansa suram. Mau tak mau saya menggoogling kisah hidup H.C. Andersen. Pantas saja. Ternyata perjalanan hidup Andersen yang lahir tahun 1805 bisa dibilang tidak mudah, bakkan cenderung kesepian dan penuh dengan kepahitan. Andersen lahir di keluarga miskin, sang ibu bekerja sebagai buruh dan ayahnya hanya pembuat sepatu miskin dan buta huruf. Khayalannya berkembang sedari kecil karena ibunya sering bercerita tentang dongeng rakyat  dan ayahnya yang kerap membawa Andersen menonton sandiwara. Yatim piatu pada usia muda, Andersen bekerja serabutan sampai suatu kali ia bertemu raja Denmark Frederik VI yang kemudian membiayai Andersen sekolah bahasa. Happy ending? Jangan salah karena di sekolah Andersen malah menjadi korban ejekan teman-temannya, selain karena usianya yang terpaut jauh dengan teman sekelasnya, Andersen ternyata pengidap dyslexia. Tamat dari sana, Andersen mengenyam studi di Kopenhagen dan mulai meneruskan hobinya menulis. Kisah cintanya mirip dengan si putri duyung cilik, bertepuk sebelah tangan malah sampai pada akhir hidupnya Andersen tidak menikah sama sekali. Ia meninggal pada tahun 1874 karena sakit.

Every man’s life is a fairy tale, written by God’s fingers, once he said. Mungkin hanya dengan khayalannya dan dengan menulis ia bisa melupakan semua kisah sedih yang terjadi dalam hidupnya. Ia menulis dengan penuh perasaan dan bisa jadi karena itu jugalah dongeng karyanya tak lekang oleh waktu dan masih dapat saya nikmati walaupun sudah lewat ratusan tahun lewat. Luar biasa. Bahkan beberapa waktu lalu Google juga memperingati hari lahirnya dengan doodle Thumbelina selama lima hari berturut-turut.

Thumbelina - 1
Thumbelina - 2
Thumbelina - 3
Thumbelina - 4
Thumbelina- 5

Bintang 4 untuk keseluruhan cerita dan cover indah hasil karya @curutsalto. Saat nulis review ini saya baru memperhatikan lagi covernya, ternyata latar dari sketsa gadis korek api juga seakan-akan ada tetesan darah baik di sampul depan maupun belakang. Gothic, tragic yet so beautiful!

Judu buku : Gadis Korek Api dan Dongeng-Dongeng Lainnya. Penerbit : Atria, Maret 2011. 267 halaman.

PS. Kenapa dongeng jaman dulu yang identik dengan anak-anak nuansanya horor bin gothic begini ya? Perasaan cerita dari Grimm bersaudara juga gelap bahkan lebih sadis.

PS lagi, dongen Ratu Salju yang berkisah tentang 2 anak Kay dan Gerda entah kenapa terkesan sangat familiar, sepertinya dulu pernah dibawakan dalam kaset Sanggar Cerita kalau tidak salah. Ring a bell anyone?