2013 · BBI · Gramedia · historical

[Review] The Various Flavours of Coffee – Anthony Capella

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba! Posting bareng BBI pertama tahun 2013. Yay! Serunya lagi kali ini temanya adalah Secret Santa. Dan saya masih ragu-ragu siapa pengirim buku setebal 677 halaman ini >.<

The Various Flavours of Coffee
The Various Flavours of Coffee

Ya, buku hadiah dari Secret Santa saya adalah The Various Flavours of Coffe karangan Anthony Capella yang sebelumnya menuliskan beberapa buku yang kental dengan eksotisme makanan.

Sinopsis :

Dengan secangkir kopi, hidup Robert Wallis berubah. Penyair amatir itu tengah duduk di kedai kopi di London merenungi masa depannya yang suram ketika Samuel Pinker menghampirinya. Ternyata si pemilik Castle Coffee menawarkan satu hal yang sangat diharapkan pemuda itu: pekerjaan.

Robert bertugas menyusun daftar “kosakata kopi” berdasarkan cita rasa dan aroma kopi, pekerjaan yang menjadi awal petualangan Robert menemukan manis pahit kehidupan. Adalah putri Pinker yang membuat Robert jatuh cinta dan sadar bahwa ia tidak mungkin membangkitkan satu indra tanpa membangunkan indra-indra lain.

Sayang cinta mereka diuji saat Robert mesti bertolak ke Afrika. Di sana Robert bertemu Fikre yang melayaninya dalam upacara minum kopi khas Abyssinia tradisional. Dan ketika Fikre, budak seorang saudagar, dengan berani menyelipkan sebiji kopi ke tangan Robert, misteri kopi dan cinta terlarang berbaur dan mengubah… sejarah dan takdir.

From the internationally bestselling author of The Wedding Officer comes a novel whose stunning blend of exotic adventure and erotic passion will intoxicate every reader who tastes of its remarkable delights.

fave cover kedua setelah versi gramedia
fave cover kedua setelah versi gramedia

Kutipan di atas pas banget mewakili isi dari buku yang diterjemahkan dengan judul Rasa Cinta dalam Kopi ini. Kita tidak hanya ikut serta dalam petualangan mencari cinta seorang laki-laki genit yang bernama Robert Wallis, pembaca bahkan mendapat pengetahuan baru mengenai sejarah kopi dan karakter kopi yang berbeda-beda. Mirip manusia saja, beda tempat beda karakter.

“Rasanya seperti lumpur. Dengan sedikit sisa rasa samar-samar dari buah aprikot busuk.”

Siapa sangka berkat omelan Robert Wallis soal kopi yang ia minum kepada pelayan di Cafe Royal membuka perkenalannya dengan seorang saudagar kopi bernama Samuel Pinker. Pinker tertarik dengan kepiawaian Robert mendefinisikan rasa secangkir kopi, tak butuh waktu lama akhirnya Robert mengiyakan ajakan Pinker.

Sebagai penikmat kopi instan dan sesekali menyesap kopi di beberapa kedai kopi, saya merasa tidak ada apa-apanya dibanding Robert yang sedemikian ‘unik’ menguraikan harum secangkir kopi.

Seperti pada halaman 35 :

“Rasanya tidak tajam. Seperti handuk basah.”

atau

“Baunya seperti —- karpet lama!”

atau juga

“Sekepul roti bakar gosong”

Haha, coba kopi macam apa pula yang Robert cicipi? Entah memang sedemikian rasanya atau lidah awam saya tidak peka dengan cita rasa kopi?

Robert memilah dan menerjemahkan rasa berbagai jenis biji kopi dari Sumatra, Srilanka, Arab, Jamaika bersama anak gadis Pinker, Emily Pinker. Dasarnya Robert adalah pria flamboyan maka Emily pun tak luput dari godaannya. Walau awalnya jual mahal, akhirnya Emily jatuh juga ke pelukan Robert.

Ayah Emily, Mr. Pinker akan merestui hubungan mereka jika Robert berhasil memberikan mahar sebanyak seribu pound. Dengan cara pergi ke Afrika, membuka lahan baru seluas lima puluh ribu acre. Seukuran London!

Namanya memang laki-laki flamboyan, di Afrika Robert malah jatuh cinta dengan seorang budak bernama Fikre. Duh, beneran saat baca buku ini bolak balik Robert pengen saya sembur dengan kopi panas. Genitnya ini ga ketulungan! Memang sih di Afrika banyak masalah yang akan menimpanya yang membuat Robert jatuh bangun dan mau tak mau pembaca akan bersimpati padanya, tapi  tetep saja saya gemes duluan dengan karakter Robert.

The Various Flavours tidak hanya berkisah seputaran kisah cinta Robert, sebagai pembaca indera penglihatan dan penciuman kita dimanjakan dengan penuturan kopi oleh Anthony Capella, sampai bolak balik saya ikutan minum kopi untuk merasakan sensasi eksotisme yang begitu kental di buku ini. Sayangnya tetap saja yang berasa cuma krimer dan gula 😀

The Various Flavours merupakan fiksi historikal yang mengambil setting London di akhir tahun 1900an di saat marak isu penjajahan, perbudakan, kental dengan teori ekonomi dan perdagangan. Puas kok bacanya, hanya saja tetap 3 bintang yang saya karena sudah sebel duluan dengan Robert XD.

Terima kasih my dearest Santa.

Di detik-detik terakhir saya memutuskan bahwa secret santa saya : jreng jreng jreng …… Om Rahib! aka @htanzil. Kenapa? Karena ada kalimat the old one with H. Benar tidaknya mari ditunggu komentarnya saja :p

Saatnya blogwalking! Dan ah ya, sudahkah minum kopi hari ini?

images

2012 · BBI · classic · drama · historical · touch of Asia

[Review] The Good Earth – Pearl S. Buck #postingbareng

Though more than sixty years have passed since this remarkable novel won the Pulitzer Prize, it has retained its popularity and become one of the great modern classics. “I can only write what I know, and I know nothing but China, having always lived there,” wrote Pearl Buck.

Haihai! Postingan kali ini dibuat dalam rangka baca bareng BBI, setelah ikutan listopia 1001 books that you should read before you die, kali ini teman-teman BBI sepakat untuk menjajal penulis Nobel untuk posting bareng. Setelah ditimbang-timbang saya memilih Pearl S. Buck yang kebetulan saya suka dan lagi buku The Good Earth yang tergeletak merana semenjana ingin dibaca. *tsah* Saya tidak salah pilih! Walau buku ini baru kelar jam 1 subuh tadi, 5 bintang untuk Wang Lung dan Pearl S. Buck tentunya. Berhubung ini review dibuat mepet sumepet langsung saja yuk kita time travel ke dataran Cina tahun 1920an awal eh apa 1930an ya, yang jelas sebelum meletusnya perang dunia kedua.

First Edition
First Edition

The Good Earth berkisah tentang jatuh bangun seorang petani miskin bernama Wang Lung, ia hidup bersama ayahnya. Di awal buku kita juga mengetahui Wang menikah dengan budak yang bekerja di rumah keluarga kaya bernama O Lan. Namanya budak tentu saja yang Wang dapatkan adalah seorang gadis berwajah biasa saja, kaki yang tidak diikat namun kelebihannya O Lan adalah wanita pekerja keras dan pintar masak. Wang Lung bekerja mati-matian untuk menghidupi ayahnya yang semakin tua apalagi ketika didengarnya O Lan mengandung.

“Wang Lung sat smoking, thinking of the silver as it had lain upon the table. It had come out of the earth, this silver, out of the earth that he ploughed and turned and spent himself upon. He took his life from the earth; drop by drop by his sweat he wrung food from it and from the food, silver. Each time before this that he had taken the silver out to give to anyone, it had been like taking a piece of his life and giving it to someone carelessly. But not for the first time, such giving was not pain. He saw, not the silver in the alien hand of a merchant in the town; he saw the silver transmuted into something worth even more than life itself – clothes upon the body of his son.”

Sebelum lanjut quote di atas sengaja saya cantumkan, walau tidak dengan bahasa berbunga-bunga, Pearl S. Buck dengan pas menyiratkan makna tanah dan anak dari Wang Lung, apalagi kalau membaca langsung bukunya, ah saya merasa malu dengan hidup saya yang sedemikian pemalasnya dibanding dengan Wang Lung yang begitu mencintai tanahnya, terus bekerja tanpa henti.

Tahun terus berlalu, kelaparan hebat melanda Cina tapi Wang Lung sekeluarga mampu melewatinya setelah mengungsi, Wang tidak bertahan lama di tempatnya yang baru karena ia terus memikirkan tanahnya. Setelah dirasanya memiliki uang yang cukup ia kembali ke desa dan bekerja lebih giat lagi. Kaya dan semakin kaya. Akhirnya Wang Lung berhasil menabung keping perak dan emas dalam jumlah yang banyak.

Wang Lung tetap ingin lebih kaya lagi dan repotnya ia terperosok di tempat yang sangat wajar ketika pria sedang di puncak kejayaan. Wanita. Petani lugu sudah tidak ada lagi, Wang mulai mampir ke rumah bordil dan jatuh hati dengan perempuan berkulit halus, kaki mungil, mata besar macam buah aprikot bernama Lotus.

Sampai di sini cerita mulai semakin menarik dan untuk selanjutnya lebih enak jika dibaca sendiri *alesanwaktupostingmakinmepet* :p Selain saya tidak ingin menebar spoiler sensasi membaca karya Pearl S. Buck itu harus dinikmati pelan-pelan. Jangan harap ada klimaks yang membuat jantung kita berdebar-debar atau gemes pengen mites akan satu tokoh. Semua dibeberkan pelan, pelan dan pelan, itu juga sebabnya waktu yang saya butuhkan untuk membaca bagian awal sampai tengah juga tersendat-sendat. Tapi kita seakan ikut menjadi saksi hidup kehidupan Cina jaman itu, bagaimana saat kelaparan melanda, betapa timpangnya harga laki-laki dan perempuan dan ikut terbuai saat bau candu menguar di rumah keluarga kaya.

Sampai akhir buku pertama saya sendiri tidak menyangka akan memberikan bintang lima, tapi perasaan hangat dan kisah yang sedikit menggantung meninggalkan bekas yang dalam di hati. Jelas-jelas The Good Earth adalah salah satu dari 10 buku terbaik yang saya baca untuk tahun ini.

Bumi yang Subur
Bumi yang Subur

The Good Earth adalah buku pertama dari trilogi House of Earth, buku kedua dan ketiga sudah diterjemahkan oleh Gramedia dengan judul Wang si Macan selanjutnya disusul dengan Runtuhnya Dinasti Wang. Mau saya cari ah lanjutannya.

The Good Earth diterbitkan tahun 1931, memenangkan Pulitzer tahun 1932 dan meraih Pearl S. Buck meraih Nobel tahun 1938  yang menurut new York Times diberikan ‘for her rich and truly epic descriptions of peasant life in China and for her biographical masterpieces’.

Hail to Pearl S. Buck
Hail to Pearl S. Buck

 

 

2012 · Character Thursday · historical · meme

Character Thursday #3

Alamaaak, maafkan saya Mbak Fanda, baru muncul lagi 🙂 Setelah membaca Character Thursday Rejuvenated, wah jadi lebih semangat untuk ikutan, selain buttonnya baru, peraturannya juga berbeda. Penasaran? Yuk lanjut baca, tapi seperti biasa, ini persyaratan untuk ikutan meme blog dari Mbak Fanda.

 1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di kotak di button.
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
3. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: Nama blogger @ nama blog, misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
4. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik.
Tanpa berpanjang-panjang, saya akan menceritakan sedikit dari buku yang baru saja selesai dibaca, Nefertiti karangan Michelle Moran. Tentu saja sesuai judul bukunya Character yang saya angkat di sini adalah Nefertiti walaupun seluruh isi buku diambil dari sudut pandang adik Nefertiti.
Nefertiti, Sang Ratu Keabadian
Nefertiti, Sang Ratu Keabadian
Are they protagonist or antagonist?
Nah, ini bingung juga jawabnya, tapi secara keseluruhan bisa dibilang protagonis deh 🙂
Who are they? What was their role in the book?
Nefertiti adalah putri keponakan Ratu Tiye yang adalah permaisuri dari Raja Amenhotep III. Nasib Nefertiti berubah total saat ia diangkat menjadi istri kedua anak Amenhotep, Amenhotep IV atau dikenal dengan Akhenaten. Tokoh Nefertiti sejarah bahkan disebut sebagai Ratu Mesir tercantik yang pernah ada. Patungnya yang terkenal bisa kita lihat di Berlin’s Neues Museum.
The bust of Nefertiti
The bust of Nefertiti

What was your strongest impression on the character(s)? You can quote the dialogue or narration you got the impression from.

Ambisius!

Bolak-balik saya menggeleng-gelengkan kepala melihat kegigihan dan niat Nefertiti dalam proses meraih impiannya menjadi ratu Mesir. Bahkan demi menarik perhatian Akhenaten dari istri pertamanya, Nefertiti rela menyembah dewa Aten dan merobohkan dewa Amun yang menjadi dewa utama rakyatnya.

What are the strengths or weaknesses of your character(s)?
Ya itu tadi, berkat ambisi Nefertiti yang luar biasa keras dan HARUS dituruti, kerajaan yang dipimpin Akhenaten jatuh bangun sampai akhirnya hancur berantakan, begitu juga dengan nasib Nefertiti yang berakhir mengenaskan.
How do they develop throughout the book?
Kebetulan buku ini mengisahkan Nefertiti dari ia masih gadis sampai memiliki enam anak dan ia berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi Ratu. Ratu Nefertiti yang agung tetap saja seorang manusia biasa, melakukan kesalahan dalam hidupnya, mengecewakan banyak orang namun ia berhasil bangkit dan menorehkan tinta emas dalam sejarah Mesir.
What makes you love/hate them?
Love : Pantang menyerah, asal tabrak! Pantaslah ia memiliki nama besar dengan niatannya yang sekeras baja, ah coba saja saya memiliki mental seperti itu :p
Hate : Bossy to the max. Hadoooh, dan ini muncul bolak-balik, main asal perintah, tidak hanya dengan adiknya, tapi juga ayah dan bahkan Firaun sendiri. You rawk, Nefertiti!
What lessons or influences you got from them?

“You can’t change the desert. You can only take the fastest course through it. Wishing it’s an oasis won’t make it so…”

Dream it, do it. Berani mimpi, berani wujudkan mimpimu.

Ahahay, leganyaa bisa ikutan meme lagi, jadi siapa Character Thursdaymu?

2012 · BBI · Gramedia · historical · thriller

[Review] Ledakan Dendam – Agatha Christie

“Courage is the resolution to face the unforeseen.” – Agatha Christie

Ketika BBI berencana untuk baca bareng Agatha Christie saya menyambut dengan suka cita! Sepertinya terakhir kali ketika saya SMP deh, ahay, sudah bertahun-tahun lewat. Sayang ketiga buku favorit (Tirai, Empat Besar, Sepuluh Anak Negro) tidak saya temukan di toko buku terdekat dan yang menarik perhatian ya buku ini, Ledakan Dendam. Sudah pernah dibaca juga sih tapi perpaduan antara Agatha Christie dan pembunuhan keluarga Mesir susah ditolak.

Ledakan Dendam - Gramedia
Ledakan Dendam - Gramedia

Ledakan Dendam berkisah tentang kehidupan keluarga Imam Ka bernama Imhotep. Ia memiliki 3 orang anak, Yahmose anak tertua yang cenderung lamban dan berhati-hati dalam bertindak. Sobek, anak kedua yang berbadan kekar, terkadang bersikap seenaknya dan banyak omong. Ipy, anak laki-laki ketiga dari istri kedua yang paling kecil dan menjadi anak kesayangan Imhotep. Dan satu lagi Renisenb, anak perempuan satu-satunya yang pulang ke rumah setelah 8 tahun karena suaminya meninggal, dari sudut pandangnyalah kita diajak untuk menyaksikan pengaruh dendam memorakporandakan Imhotep sekeluarga.

Semua berawal dari sepulangnya Imhotep berlayar yang membawa selir muda bernama Nofret. Cantik, muda dan berbahaya. Kedatangannya memicu apa yang sebelumnya terpendam; keserakahan, nafsu dan kebencian. Ketika akhirnya satu per satu jatuh korban yang diawali dengan Nofret kembali Agatha Christie menunjukkan kelasnya sebagai penulis thriller jempolan.

Pembunuhan yang terjadi empat ribu tahun yang silam dan penyebabnya tidak berubah sampai sekarang, kedengkian, kecemburuan ternyata tak lekang oleh waktu. Sama seperti yang tertulis di halaman  211 “Keserakahan adalah gabungan segala macam kejahatan dan kumpulan segala sesuatu yang tercela”.  Dan “mengucapkan kebohongan itu sama mudahnya dengan mengucapkan kebenaran”.

Novel misteri tanpa detektif bisa disebut seperti itu walau terdapat kemiripan karakter Esa, ibu Imhotep dengan Miss Marple yang lembut sekaligus tegas, ada lagi Hori anak buah Imhotep yang berpikiran tajam dan lugas mirip dengan Poirot. Ledakan Dendam adalah satu-satunya karangan Agatha Christie dengan latar belakang historis Mesir dan tokoh yang meninggal di buku ini lumayan banyak bahkan hampir disamakan dengan novel legendarisnya And There Were None.

Pujian yang dilontarkan oleh Maurice Richardson di harian The Observer tahun 1945 :  “One of the best weeks of the war for crime fiction. First, of course, the new Agatha Christie; Death Comes as the End. And it really is startlingly new, with its ancient Egyptian setting in the country household of a mortuary priest who overstrains his already tense family by bringing home an ultra-tough line in concubines from Memphis. Result: a series of murders. With her special archaeological equipment, Mrs. Christie makes you feel just as much at home on the Nile in 1945 B.C. as if she were bombarding you with false clues in a chintz-covered drawing room in Leamington Spa. 

3 bintang saya sematkan untuk Ledakan Dendam, walau ceritanya seru tetap kurang greget. Terlalu banyak tokoh dan Renisenb yang mana dari matanyalah kisah ini terjadi kurang heboh berperan serta. Renisenb adalah wanita yang biasa-biasa saja malah klemar klemer menurut saya, coba saja ia bersikap lebih tegas mungkin pembaca bisa lebih masuk ke dalam cerita.

Ingin mengenal Agatha Christie lebih jauh? Saya sarankan untuk membuka agathachristie.com. Salah satu situs pengarang paling lengkap dan paling memuaskan penggemarnya, mulai dari biografi Agatha Christie yang ternyata bersuamikan seorang arkelolog, anda akan bisa berinteraksi dengan fans AC di seluruh dunia bahkan ada gamesnya pula. Mulai dari hangman, puzzle sampai sudoku! Kita juga bisa mengetahui apa saja buku Agatha Christie yang paling banyak dibaca dan adaptasi filmnya. Keren! Masih belum puas juga, yuk kita follow twitter yang dibuat oleh situs tadi di @Queenofcrime.

Detail buku :

Ledakan Dendam – Death Comes at the End

Alih bahasa : Ny. Suwarni A. S.

Ilustrator : Satya Utama jadi

Cetakan kelima, Agustus, 2007, 324 halaman.

 

 

historical · love love love · Penerbit Matahati · touch of Asia

Hotel on the Corner of Bitter and Sweet

Sinopsis :

“Berapa lama kau akan menungguku, Henry?”

“Selama yang dibutuhkan…”

“Bagaimana kalau aku tetap di sini sampai tua dan ubanan—”

“Kalau begitu aku akan membawakanmu tongkat.”

Henry dan Keiko adalah korban perang Amerika-Jepang (1942). Mereka lahir dan tumbuh di Amerika, dalam masa perang tersebut. Henry adalah anak keturunan China, sementara Keiko keturunan Jepang. Persahabatan mereka, yang diwarnai cinta remaja, terpaksa berakhir karena kondisi yang tidak memungkinkan.

 Empat puluh tahun kemudian, Henry, yang baru kehilangan istri tercintanya, tergugah untuk mencari benda peninggalan Keiko di sebuah hotel yang menjadi ciri khas kota Seattle, sekaligus tempat penyimpanan benda-benda keluarga Jepang di masa perang. Akankah pencarian ini akhirnya membuat Henry menemukan jawaban atas penantiannya di masa lalu?

Cover versi Matahati
Cover versi Matahati

“I try not to live in the past…but…sometimes the past lives in me”

Sudah lama buku Hotel on the Corner of Bitter and Sweet masuk ke wish list saya di Goodreads, eh ternyata diterbitkan oleh Matahati!Yay! Covernya cantik ya? Nuansa Jepangnya dapat dan kesannya melankolis banget, pas sesuai genrenya Historical Fiction.

Mengambil dalam 2 rentang waktu yang berbeda, tahun 1986 dan tahun 1942, berkisah tentang seputar kehidupan Henry, lelaki berkebangsaan Cina yang bersekolah yang mayoritas orang Amerika. Henry sering diejek terlebih lagi karena bros Aku Orang Cina yang disematkan di seragamnya (yang dulu memang benar adanya, harus dipakai untuk mencegah keselamatan warga Cina karena pengeboman Pearl Harbor).

Ayah Henry adalah seorang nasionalis sejati, makanya ketika Henry menjalin hubungan dekat dengan anak perempuan Jepang bernama Keiko, beliau amat marah. Sampai akhirnya kebencian mayoritas publik terhadap orang Jepang memuncak sehingga Keiko bersama dengan ribuan lainnya dipaksa untuk tinggal dalam kamp pengungsian.

Hubungan Henry-Keiko mau tidak mau dihentikan secara paksa oleh keadaan, apalagi ternyata saat itu ayah Henry menderita stroke dan menginginkan Henry bersekolah di negara asalnya. Waktu berlalu, Keiko menghilang dan adalah Ethel, seorang perempuan yang mulai menggantikan kekosongan hati Henry. Merekapun menikah yang sayangnya kandas karena Ethel meninggal terkena kanker.

Tahun 1986.

Pembongkaran hotel Panama yang ternyata menyimpan barang-barang peninggalan Jepang. Henry datang untuk mencari serpihan keping hatinya yang hilang. Gaun komuni putih, wadah lilin perak, keranjang piknik, benda yang tak terjamah selama empat puluh tahun. Apakah hatinya yang hancur ada di sana? Tersembunyi di antara harta benda tak bertuan dari masa lalu?

Review :

Pahit sekaligus manis, sesuai dengan judul bukunya itu yang saya rasakan. Kegalauan hati Henry, kebahagiaan saat ia dan Keiko saat masih bersama ditulis dengan indah oleh Jamie Ford. Bahkan terlalu manis karena di benak saya mereka berdua masih berusia 12 tahun, perasaan di usia itu pikiran saya tidak sedewasa mereka.

Satu yang mengganjal, saya kurang bisa mengenal dekat kedua tokoh utama ini walaupun mereka berdua adalah tokoh protagonis yang menyenangkan. Penulis seakan memberikan porsi lebih besar ke hubungan ayah dan anak. Baik itu dalam porsi Henry dengan ayahnya atau Henry dengan Marty, anaknya. Jadi walau saya menikmati kisah cinta Henry – Keiko tapi kesannya kurang megang. *aduh bahasanya* 😀

Memang tak habis-habis bicara soal cinta, apakah cinta Henry dan Keiko bisa bersatu kembali? Dengan belakang perang yang suram, Hotel on the Corner of Bitter and Sweet sayang untuk dilewatkan, Henry – Keiko mengajarkan kita bahwa kita manusia adalah sama adanya dan betapa besarnya pengaruh harapan dalam kehidupan.

3 bintang!

Saya lebih suka cover aslinya, berasa lebih syahdu dan bawaannya jadi pengen hujan dan payungan di halaman *pentung*

Versi asli
Versi asli

Judul: Hotel on the Corner of Bitter and Sweet

Penulis: Jamie Ford

Penerbit: M-Pop (Matahati) / November 2011

Tebal: 398 hlm

Hotel Panama dibangun tahun 1910 oleh Sabro Ozasa seorang arsitek tamatan University of Washington yang berkebangsaan jepang. Selama bertahun-tahun menjadi tempat tinggal imigran Jepang sampai tahun 1950. Bangunan ini masih ada sampai sekarang.

Panama Hotel, Seattle
Panama Hotel, Seattle

Sekilas tentang pengarang yang saya dapat dari situs resminya adalah penulis keturunan Cina yang juga ayah dari 6 orang anak. Novel pertamanya Hotel on the Corner of Bitter and Sweet telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa.

BBI · historical · karya anak negeri

Cinta sejati seorang Ibu Inggit Ganarsih

Kuantar ke Gerbang
Kuantar ke Gerbang

Terus terang sebelum mulai membuat review buku Kuantar ke Gerbang, saya bersyukur bisa membaca buku ini tepat di momen kemerdekaan Indonesia yang ke 66 tahun. Tanpa seorang Inggit Ganarsih belum tentu Ir. Soekarno bisa membawa Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Indonesia. Tidak, saya tidak meremehkan beliau tapi setelah membaca Kuantar ke Gerbang, saya menyadari begitu besar peranan seorang Inggit Ganarsih. Memang benar seperti apa yang tertulis di sekapur sirih S. I. Poeradisastra dalam cetakan awal buku Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K. H “Separuh daripada semua prestasi Soekarno dapat didepositokan atas rekening Inggit Garnasih di dalam ‘Bank Jasa Nasional Indonesia’.

Ramadhan K. H dengan risetnya yang mendalam mengajak kita menyelami perasaan perempuan Sunda yang ulet walaupun tidak bisa baca tulis. Benar kata pepatah di balik pria yang kuat pasti ada perempuan yang kuat. Ibu Inggit bisa menjadi teman, seorang istri dan seorang ibu yang mengemong macan podium. Tersentuh dan terharu, perasaan yang saya rasakan saat membaca buku setebal 431 halaman ini terlebih lagi banyak yang dilampirkan di buku, membuat saya seakan-akan ikut menjadi saksi. Saksi bisu senangnya hati Ibu Inggit saat Ir. Soekarno berhasil mencapai mimpinya, ketidaktenangan hatinya saat Ir. Soekarno berkali-kali dimasukkan dalam penjara dan hancur hatinya saat Ir. Soekarno memutuskan untuk menikahi Fatmawati dengan alasan beliau ingin memiliki anak.

Mau dibilang egois, ya egois. Dibilang manusiawi ya jelas manusiawi, Ir. Soekarno masih dalam usia prima sedangkan Ibu Inggit sudah berusia di atas 50 tahun. Mungkin memang harus begini jalannya. “Namun, pada suatu saat, setelah aku mengantarkannya sampai di gerbang apa yang jadi cita-citanya, berpisahlah kami, karena aku berpegang pada sesuatu yang berbenturan dengan keinginannya. Ia pun melanjutkan perjuangannya seperti yang tetap aku doakan. Aku tidak pernah berhenti mendoakannya” – (halaman 2).

Tsk. Indah sekali.

Terima kasih ibu Inggit. Engkau mengajarkanku cinta tulus dalam arti yang sebenar-benarnya. Inilah Indonesiamu sekarang 66 tahun setelah kemerdekaannya. Banggakah? Atau sedihkah? Perjuangan kami belum selesai ibu Inggit, masih banyak yang harus kami tempuh. Engkau telah sampai di penghujung gerbang dan mungkin sudah bahagia di atas sana. Mampukan kami untuk bisa mencintai dan berbuat yang terbaik untuk negara Indonesia dengan tulus, sebagaimana Engkau dulu mencintainya.

Denpasar.

18.08.2011. 08.40 WITA.

Mia, yang masih bertanya-tanya apa yang sudah ia perbuat demi bangsa dan negara.

 

Detail buku : Kuantar ke Gerbang – Ramadhan K. H.431 halaman. Cetakan I, Maret 2011. Pernah diterbitkan oleh Pustaka Sinar harapan, 1988.

4 bintang.

BBI · classic · historical

Pembalasan dendam Count of Monte Cristo

There is no revenge so complete as forgiveness – Josh Billings

Perkenalkan tokoh utama buku maha karya maestro Alexander Dumas : Edmond Dantes, pria muda berusia 19 tahun yang akan menjadi kapten kapal dan akan segera menjadi suami dari gadis cantik, Mercedez Mondego. Akibat iri dengki teman dekatnya Danglars dan Fernand, saudara Mercedez, nasib Edmond terpuruk ke jurang paling dalam kehidupannya. Ia dituduh menjadi pemberontak berbahaya dan langsung dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah seumur hidupnya.

Quote yang berbunyi “Sometimes what you want isn’t always what you get, but in the end what you get is so much better than what you wanted” pas dengan nasib Edmont. Mendekam dalam penjara sampai hampir gila, ia akhirnya memiliki seorang teman, pendeta bernama Abbe Faria. Pria yang berjasa mengubah kehidupan Edmund, ia mengajarkan Edmund banyak hal, bahasa Spanyol dan Italia. Abbe memiliki kekayaan berlimpah yang tertanam di pulau Monte Cristo, sampai akhirnya ia meninggal karena epilepsi di penjara,  Edmund berhasil melarikan diri dari penjara dan mengganti identitasnya menjadi Count of Monte Cristo. Hilang sudah Edmund yang ceria dan penyayang, seakan ada karakter lain dalam jiwanya, muncullah Count yang kaya raya, pintar, licik dan penuh dendam.

Seakan bangkit dari kubur, Count mulai menghantui kehidupan orang-orang yang dulu menjebaknya. Danglars, Fernand dan Villefort. Eye for an Eye, a Tooth for a Tooth. Tanpa ampun Count of Monte Cristo menjadi ‘hakim’ dalam perjalanan hidup para penjebaknya. Intrik, tipu muslihat Count yang membuat seru buku yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa.

Count of Monte Cristo
Count of Monte Cristo

Sampai pertengahan buku, saya mengerti kenapa buku ini begitu fenomenal. Alexander Dumas meramu balas dendam Edmond Dantes menjadi sangat menarik untuk diikuti. Walau sempat bingung di awal dengan banyaknya tokoh yang muncul out of nowhere eeeh di akhir bab membuat saya terpana, seakan menonton film action!

Beberapa kekurangan buku ini adalah fontnya yang kecil dan dempet-dempet lumayan mengganggu konsentrasi membaca. Seandainya saja dibuat lebih besar dengan kertas yang lebih putih bukan buram, pasti lebih terang untuk dibaca. Satu lagi, bisa tidak ya penerbit untuk membuatkan daftar tokoh yang rata-rata bernama Perancis yang susah untuk diingat.

Di atas saya cantumkan family tree yang saya ambil dari Wikipedia, sayangnya gambarnya terlalu kecil 😦

Bintang 4 untuk The Count of Monte Cristo, sayang karena saya bacanya lumayan terburu-buru demi mengejar akhir bulan, sempat bingung dengan banyaknya tokoh plus lagi namanya mirip semua :p Ah ya, satu lagi terkadang saya lelah membaca buku ini, bukan karena font kecilnya, melainkan ‘lelah’ mendalami perasaan Edmond Dantes itu sendiri. Hidup hanya untuk pembalasan dendam dan nuansa kebencian terkadang terasa begitu kental. Mungkin saya jika ditempatkan dalam posisi itu saya juga akan bersikap seperti Edmond, tapi membaca buku bernuansa kebencian yah itu dia, capek bacanya. Untung saja endingnya lumayan membahagiakan. Edmond berhak untuk hidup bahagia atas apa yang telah dilaluinya.

Salut untuk Penerbit Bentang yang berhasil menerjemahkan karya ‘njelimet’ Alexander Dumas dengan mulus dan minim typo.

Detail buku : The Count of Monte Cristo, Penerbit Bentang, Cetakan Pertama Maret 2011, 563. Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto.

historical

The Lady and The Unicorn – Tracy Chevalier

Now, this is what I call a great Historical Romance! Penasaran kenapa saya bilang begitu, mari kita cermati sinopsis yang saya ambil dari cover belakang The Lady and the Unicorn.

Jean Le Viste, bangsawan Perancis abad 15 yang dekat dengan Raja, menyuruh Nicolas de Innocents, seniman berbakat yang juga perayu wanita  ulung, membuat desain permadani dinding untuk merayakan kenaikan statusnya dalam lingkaran kerajaan.

Nicolas sempat ragu karena belum pernah membuat desain permadani, tapi setelah bertemu putri sulung Jean Le Viste dan istri bangsawan itu, dia berubah pikiran. Meski tahu keinginannya berbahaya, Nicolas telanjur terobsesi. Dia pun menuangkan semuanya dalam enam lukisan Lady dan Unicorn.

Di Brussels, George de la Chapelle, penenun yang sedang naik daun memutuskan untuk menerima proyek Jean Le Viste. Menuangkan desain Nicolas menjadi permadani merupakan tantangan terbesar dalam kariernya. Tantangan yang memaksanya mempertaruhkan segala yang penting ; kelangsungan hidup bengkel tenun dan keluarganya.

Uniknya, kisah ini diceritakan dari sudut pandang yang berbeda-beda. Mulai dari sudut pandang Nicholas, Claude (anak Jean le Viste), Genevieve (istri Jean Le Viste), George sang penenun, Alienor (anak sang penenun), Christine (istri sang penenun). Menarik sekaligus cerdas, karena kita bisa melihat masalah dari persepsi yang berbeda-beda dengan benang merahnya proses pembuatan permadani Lady dan Unicorn.

Sudut pandang Nicholas sebagai pembuka cerita lumayan membuat saya terkaget-kaget dengan kalimatnya yang vulgar. No wonder Lady dan Unicorn masuk dalam kategori novel dewasa. Bahkan beberapa kali saya sempat mengernyitkan jidat dan berkata dalam hati,” jiahh, ini pelukis genit banget!” Karakternya yang sombong dan tukang rayu juga bikin saya ingin menendangnya!

Claude lain lagi, gadis muda yang ternyata juga tergila-gila dengan Nicholas. Karakternya kuat dan pemberontak sering membuat ibunya, Genevieve pusing kepala. Padahal Genevieve sendiri sedang bergelut dengan masalahnya sendiri, antara lain perilaku dingin sang suami sejak ia tidak berhasil memberikan anak lelaki dan keinginannya masuk biara yang pada jaman itu tidak memungkinkan, karena istri dari suami yang masih hidup tidak diperkenankan menjadi biarawati.

Setelah Perancis di tahun 1490, penulis mengajak kita berpetualang ke Brussels, tempat George dan keluarganya tinggal. Di sini kita mengenal karakter keluarga penenun lebih jauh, tapi yang paling saya suka ketika Alienor mengambil alih cerita. Anak perempuan satu-satunya George yang dikisahkan buta ternyata jatuh cinta pula dengan Nicholas. Padahal ia sendiri sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan pria lain demi ikatan bisnis.

Kelanjutan kisah Claude – Nicholas – Elianor membuat kisah ini menarik untuk diikuti. 4 bintang untuk buku pertama karya Tracy Chevalier yang saya baca.

Setelah epilog, ada catatan dari pengarang yang ternyata mengangkat tema ini dari kisah nyata. Jean LeViste ternyata benar-benar ada. Bahkan permadaninya juga! Unicorn dengan penggambaran lima panca indera. Berikut gambarnya yang saya ambil dari tchevalier.com.

Sight
Smell
Sound
Taste
Touch
Touch
Mon Seul Desir

Apabila tertarik lebih jauh dengan kisah Lady dan Unicorn, di website tchelvalier.com ada penjelasan tentang latar belakang Jean Le Viste berikut fotonya dan kita juga bisa mengetahui cara pembuatan permadani yang memang diceritakan cukup detil di bukunya. I’m looking forward to read another book from Ms. Chevalier 🙂

Detail buku : Lady dan Unicorn, terbitan Gramedia Februari 2007, 295 halaman.

historical · love love love · must read · touch of Asia

The Palace of Illusions – Divakaruni

Bisa dibilang saya merasa beruntung bisa membaca buku seindah ini. Terlebih lagi sedari SD ayah saya yang juga pecinta buku rutin menghadiahi saya buku Mahabrata karangan R.A Kosasih. Kaget juga karena di usia saya yang sekarang, kurang lebih 20 tahun lewat sejak pertama kali mengenal tokoh Pandawa lima, ternyata saya masih mengingat garis besar kisah Mahabrata.

Istana Khayalan
Istana Khayalan

Istana khayalan benar-benar membuat saya berkhayal jauh, seakan-akan saya ikut berada dalam Hastinapura, ikut bersimpati dengan Dropadi dan tanpa saya sadari, ketawa sendiri mendengar celetukan Dropadi yang ngasal juga.

Pada awal buku, Divakaruni mengajak kita berkenalan langsung dengan tokoh utama, Dropadi. Kisah kelahirannya yang fenomenal, kondisi ayahnya yang terbakar api dendam, kakaknya yang sangat mencintainya dan teman sehati Dropadi, Krishna yang bijaksana. Siapapun akan mudah jatuh hati dengan sosok Dropadi, perempuan yang cerdas, blak-blakan, haus akan ilmu, tidak menyukai pertempuran bahkan ia bertekad merubah pola pikir sang ayah dan kakak tercinta (sangat berbeda dengan apa yang terjadi di kemudian hari). Sejak masa mudanya Dropadi menyadari ia bukan seperti perempan kebanyakan, ia tidak menikmati pelajaran khas wanita, dan takdir memang membawanya jauh dari perempuan kebanyakan.

Suatu ketika, Dropadi menanyakan nasibnya kepada pertapa,
“Kau akan mengawini lima pahlawan terbesar pada masamu. Kau akan menjadi ratu segala ratu, dicemburui segala dewi. Kau akan menjadi pelayan, kau akan menjadi penguasa yang paling hebat lalu kehilangan itu.
Kau akan diingat karena menyebabkan perang terbesar pada masamu.
Kau akan dicintai, meskipun kau tak selalu tahu siapa yang mencintaimu”
Ramalan itu kembali diucapkan Srikandi, dan Dropadi mulai menunggu, takdir apakah yang menantinya di depan sana?

Betapa takdir mempermainkan nasib seorang wanita, Dropadi yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Karna, seorang anak kusir kerajaan yang pada akhirnya juga mencintainya yang ironis baru diketahui sesaat sebelum Karna meninggal. Perkawinannya dengan Arjuna, pandawa yang berhasil memenangkan sayembara menjadi suaminya, namun sesuai dengan titah sang ibunda pandawa apa yang menjadi milik seseorang harus menjadi milik bersama. Dropadi menjadi istri dari kelima Pandawa. Ia memiliki istana yang sangat indah, namun sebagaimana yang ditulis di ramalan pertapa bijak, ia akan kehilangan semuanya itu.

Bagian tengah buku, Dropadi yang kita kenal dulu sudah berubah.
“Dia sudah mati. Separuh dirinya mati saat semua yang dicintai dan dia harapkan menyelamatkan hanya duduk tanpa protes dan menontonnya dipermalukan. Separuh dirinya yang lain musnah bersama rumahnya tercinta. Tetapi jangan takut, perempuan yang menggantikan tempatnya akan mengukir jejak yang lebih kuat ke dalam sejarah daripada yang dulu dibayangkan gadis naïf itu” h.289

Dipermalukan, kehilangan, dendam, kesombongan menghancurkan Dropadi dan ia bertekad tidak akan menyisir rambutnya sampai ia keramas dengan darah Kurawa. Betapa besar arti kebencian dalam diri seseorang, sampai pada akhirnya kebencian pun membakar hatimu sendiri, kau tak akan menyadarinya sampai semua yang kaucintai hancur, luluh lantak tak bersisa.

Kayaknya saya bisa jadi penerusnya Echa nih, ayo semua teman-teman yang belum baca buku ini, baca deh.
Banyak pelajaran yang didapat dari buku ini, salah satunya jangan meremehkan wanita ;D
Oia, agak beda dari buku komiknya dulu yang membuat saya kesengsem dengan Yudhistira, nah di sini Yudhistiranya agak oon sedikit, amat tidak pas dengan karakter Dropadi yang meledak-ledak. Hanya Bima yang bisa mengimbanginya, siapa sangka pendekar yang keker sumeker bisa bertekuk lutut di kaki Dropadi, Bima bersedia membantu Dropadi di dapur, bahkan rela membunuh demi Dropadi. Salah satu kalimat Bima yang saat ini saya jadikan status di fesbuk, “Tanpa kau di sisiku, untuk apa ada kerajaan?” Huwaah manis sekali, siapa yang sangka kalimat seromantis ini datang dari Bima?
Kalau Arjuna sih tidak banyak diceritakan di sini, terlebih lagi Nakula dan Sadewa.

Semua teramu lengkap di buku ini, perang dahsyat, ramalan, dewa dewi yang ga kalah keren dengan dewa dewi Olympus, kisah cinta fenomenal, cinta sejati Dropadi – Karna walau tidak pernah sekalipun mereka berkumpul tapi kita berasa ikut merasakan kesungguhan cinta mereka, ada di sini. Yak, kayaknya musti buat rak baru nih, buku-yang-saat-kelar-dibacanya-bikin-bilang-aaaaaaahhhh-indah-sekaliiii.

PS. Covernya cantik dan hasil karya ilustrator favorit saya, Satya Utama jadi. Kapan-kapan saya posting deh cover dari Satya, bagus-bagus semuanya 🙂

cover · historical

Cleopatra’s daughter

Akhirnya kesampaian juga membaca buku yang saya taksir sejak tahun lalu. Mau baca ebook denger-denger bakal dialihbahasakan ke Indonesia, untungnya terjemahannya bagus, walau covernya saya kurang suka. Cover yang saya upload di bawah ini yang non terjemahan. Me likey the yellow one.

Cleopatra's Daughter

Sinopsis di bawah ini saya copy dari website Michellemorran.com.

The marriage of Marc Antony and Cleopatra is one of the greatest love stories of all time, a tale of unbridled passion with earth-shaking political consequences. Feared and hunted by the powers in Rome, the lovers choose to die by their own hands as the triumphant armies of Antony’s vengeful rival, Octavian, sweep into Egypt. Their three orphaned children are taken in chains to Rome, but only two— the ten-year-old twins Selene and Alexander— survive the journey. Delivered to the household of Octavian’s sister, the siblings cling to each other and to the hope that they will return one day to their rightful place on the throne of Egypt. As they come of age, they are buffeted by the personal ambitions of Octavian’s family and court, by the ever-present threat of slave rebellion, and by the longings and desires deep within their own hearts.

The fateful tale of Selene and Alexander is brought brilliantly to life inCleopatra’s Daughter. Recounted in Selene’s youthful and engaging voice, it introduces a compelling cast of historical characters:

  • Octavia: the emperor Octavian’s kind and compassionate sister, abandoned by Marc Antony for Cleopatra
  • Livia: Octavian’s bitter and jealous wife
  • Marcellus: Octavian’s handsome, flirtatious nephew and heir-apparent
  • Tiberius: Livia’s sardonic son and Marcellus’s great rival for power
  • Juba: Octavian’s ever-watchful aide, whose honored position at court has far-reaching effects on the lives of the young Egyptian royals

Selene’s narrative is animated by the concerns of a young girl in any time and place —the possibility of finding love, the pull of friendship and family, and the pursuit of her unique interests and talents. While coping with the loss of both her family and her ancestral kingdom, Selene must find a path around the dangers of a foreign land. Her accounts of life in Rome are filled with historical details that vividly capture both the glories and horrors of the time. She dines with the empire’s most illustrious poets and politicians, witnesses the creation of the Pantheon, and navigates the colorful, crowded marketplaces of the city where Roman-style justice is meted out with merciless authority.

Based on meticulous research, Cleopatra’s Daughter is a fascinating portrait of Imperial Rome and of the people and events of this glorious and tumultuous period in human history. Emerging from the shadows of history, Selene, a young woman of irresistible charm and preternatural intelligence, will capture your heart.

Gimana? Menarik kan sinopsisnya? Dan saya pasti akan membaca buku Michelle Moran lainnya, ada 2 buku lagi yang masih berhubungan dengan Mesir, Nefertari dan Nefertiti.

Love, lies, betrayal, murder, power, passion, death, this book has it all 🙂 Semua yang diinginkan saat membaca buku historical ada di Cleopatra’s daughter. Kita dengan mudah akan bersimpati dengan tokoh utama putri sang Cleopatra, Selene. Walau di awal buku sempat bingung karena terlalu banyak tokoh yang diperkenalkan, lambat laun saya mulai bisa mengikuti dan seakan berpindah ke Roma, karena pendeskripsian Michelle Moran begitu detilnya.

Hail to Michelle Moran! 🙂

PS. browsing di blognya lumayan membuat saya terpana ada foto dari berbagai negara yang ia kunjungi, mulai dari Malta, India, Italia, Jamaica, dll. Sepertinya ia juga melakukan riset yang cukup dalam untuk setiap bukunya. Cool.