Sinopsis :
“Berapa lama kau akan menungguku, Henry?”
“Selama yang dibutuhkan…”
“Bagaimana kalau aku tetap di sini sampai tua dan ubanan—”
“Kalau begitu aku akan membawakanmu tongkat.”
Henry dan Keiko adalah korban perang Amerika-Jepang (1942). Mereka lahir dan tumbuh di Amerika, dalam masa perang tersebut. Henry adalah anak keturunan China, sementara Keiko keturunan Jepang. Persahabatan mereka, yang diwarnai cinta remaja, terpaksa berakhir karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Empat puluh tahun kemudian, Henry, yang baru kehilangan istri tercintanya, tergugah untuk mencari benda peninggalan Keiko di sebuah hotel yang menjadi ciri khas kota Seattle, sekaligus tempat penyimpanan benda-benda keluarga Jepang di masa perang. Akankah pencarian ini akhirnya membuat Henry menemukan jawaban atas penantiannya di masa lalu?

“I try not to live in the past…but…sometimes the past lives in me”
Sudah lama buku Hotel on the Corner of Bitter and Sweet masuk ke wish list saya di Goodreads, eh ternyata diterbitkan oleh Matahati!Yay! Covernya cantik ya? Nuansa Jepangnya dapat dan kesannya melankolis banget, pas sesuai genrenya Historical Fiction.
Mengambil dalam 2 rentang waktu yang berbeda, tahun 1986 dan tahun 1942, berkisah tentang seputar kehidupan Henry, lelaki berkebangsaan Cina yang bersekolah yang mayoritas orang Amerika. Henry sering diejek terlebih lagi karena bros Aku Orang Cina yang disematkan di seragamnya (yang dulu memang benar adanya, harus dipakai untuk mencegah keselamatan warga Cina karena pengeboman Pearl Harbor).
Ayah Henry adalah seorang nasionalis sejati, makanya ketika Henry menjalin hubungan dekat dengan anak perempuan Jepang bernama Keiko, beliau amat marah. Sampai akhirnya kebencian mayoritas publik terhadap orang Jepang memuncak sehingga Keiko bersama dengan ribuan lainnya dipaksa untuk tinggal dalam kamp pengungsian.
Hubungan Henry-Keiko mau tidak mau dihentikan secara paksa oleh keadaan, apalagi ternyata saat itu ayah Henry menderita stroke dan menginginkan Henry bersekolah di negara asalnya. Waktu berlalu, Keiko menghilang dan adalah Ethel, seorang perempuan yang mulai menggantikan kekosongan hati Henry. Merekapun menikah yang sayangnya kandas karena Ethel meninggal terkena kanker.
Tahun 1986.
Pembongkaran hotel Panama yang ternyata menyimpan barang-barang peninggalan Jepang. Henry datang untuk mencari serpihan keping hatinya yang hilang. Gaun komuni putih, wadah lilin perak, keranjang piknik, benda yang tak terjamah selama empat puluh tahun. Apakah hatinya yang hancur ada di sana? Tersembunyi di antara harta benda tak bertuan dari masa lalu?
Review :
Pahit sekaligus manis, sesuai dengan judul bukunya itu yang saya rasakan. Kegalauan hati Henry, kebahagiaan saat ia dan Keiko saat masih bersama ditulis dengan indah oleh Jamie Ford. Bahkan terlalu manis karena di benak saya mereka berdua masih berusia 12 tahun, perasaan di usia itu pikiran saya tidak sedewasa mereka.
Satu yang mengganjal, saya kurang bisa mengenal dekat kedua tokoh utama ini walaupun mereka berdua adalah tokoh protagonis yang menyenangkan. Penulis seakan memberikan porsi lebih besar ke hubungan ayah dan anak. Baik itu dalam porsi Henry dengan ayahnya atau Henry dengan Marty, anaknya. Jadi walau saya menikmati kisah cinta Henry – Keiko tapi kesannya kurang megang. *aduh bahasanya* 😀
Memang tak habis-habis bicara soal cinta, apakah cinta Henry dan Keiko bisa bersatu kembali? Dengan belakang perang yang suram, Hotel on the Corner of Bitter and Sweet sayang untuk dilewatkan, Henry – Keiko mengajarkan kita bahwa kita manusia adalah sama adanya dan betapa besarnya pengaruh harapan dalam kehidupan.
3 bintang!
Saya lebih suka cover aslinya, berasa lebih syahdu dan bawaannya jadi pengen hujan dan payungan di halaman *pentung*

Judul: Hotel on the Corner of Bitter and Sweet
Penulis: Jamie Ford
Penerbit: M-Pop (Matahati) / November 2011
Tebal: 398 hlm
Hotel Panama dibangun tahun 1910 oleh Sabro Ozasa seorang arsitek tamatan University of Washington yang berkebangsaan jepang. Selama bertahun-tahun menjadi tempat tinggal imigran Jepang sampai tahun 1950. Bangunan ini masih ada sampai sekarang.

Sekilas tentang pengarang yang saya dapat dari situs resminya adalah penulis keturunan Cina yang juga ayah dari 6 orang anak. Novel pertamanya Hotel on the Corner of Bitter and Sweet telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa.