
Terus terang sebelum mulai membuat review buku Kuantar ke Gerbang, saya bersyukur bisa membaca buku ini tepat di momen kemerdekaan Indonesia yang ke 66 tahun. Tanpa seorang Inggit Ganarsih belum tentu Ir. Soekarno bisa membawa Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Indonesia. Tidak, saya tidak meremehkan beliau tapi setelah membaca Kuantar ke Gerbang, saya menyadari begitu besar peranan seorang Inggit Ganarsih. Memang benar seperti apa yang tertulis di sekapur sirih S. I. Poeradisastra dalam cetakan awal buku Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K. H “Separuh daripada semua prestasi Soekarno dapat didepositokan atas rekening Inggit Garnasih di dalam ‘Bank Jasa Nasional Indonesia’.”
Ramadhan K. H dengan risetnya yang mendalam mengajak kita menyelami perasaan perempuan Sunda yang ulet walaupun tidak bisa baca tulis. Benar kata pepatah di balik pria yang kuat pasti ada perempuan yang kuat. Ibu Inggit bisa menjadi teman, seorang istri dan seorang ibu yang mengemong macan podium. Tersentuh dan terharu, perasaan yang saya rasakan saat membaca buku setebal 431 halaman ini terlebih lagi banyak yang dilampirkan di buku, membuat saya seakan-akan ikut menjadi saksi. Saksi bisu senangnya hati Ibu Inggit saat Ir. Soekarno berhasil mencapai mimpinya, ketidaktenangan hatinya saat Ir. Soekarno berkali-kali dimasukkan dalam penjara dan hancur hatinya saat Ir. Soekarno memutuskan untuk menikahi Fatmawati dengan alasan beliau ingin memiliki anak.
Mau dibilang egois, ya egois. Dibilang manusiawi ya jelas manusiawi, Ir. Soekarno masih dalam usia prima sedangkan Ibu Inggit sudah berusia di atas 50 tahun. Mungkin memang harus begini jalannya. “Namun, pada suatu saat, setelah aku mengantarkannya sampai di gerbang apa yang jadi cita-citanya, berpisahlah kami, karena aku berpegang pada sesuatu yang berbenturan dengan keinginannya. Ia pun melanjutkan perjuangannya seperti yang tetap aku doakan. Aku tidak pernah berhenti mendoakannya” – (halaman 2).
Tsk. Indah sekali.
Terima kasih ibu Inggit. Engkau mengajarkanku cinta tulus dalam arti yang sebenar-benarnya. Inilah Indonesiamu sekarang 66 tahun setelah kemerdekaannya. Banggakah? Atau sedihkah? Perjuangan kami belum selesai ibu Inggit, masih banyak yang harus kami tempuh. Engkau telah sampai di penghujung gerbang dan mungkin sudah bahagia di atas sana. Mampukan kami untuk bisa mencintai dan berbuat yang terbaik untuk negara Indonesia dengan tulus, sebagaimana Engkau dulu mencintainya.
Denpasar.
18.08.2011. 08.40 WITA.
Mia, yang masih bertanya-tanya apa yang sudah ia perbuat demi bangsa dan negara.
Detail buku : Kuantar ke Gerbang – Ramadhan K. H.431 halaman. Cetakan I, Maret 2011. Pernah diterbitkan oleh Pustaka Sinar harapan, 1988.
4 bintang.