Setelah telat beberapa hari karena ini itu, mari kita lanjut Book Kaleidoscope 2013 untuk kategori selanjutnya, top five best cover. Setelah ngubek-ngubek Goodreads dan mengumpulkan cover favorit malah lebih banyak cover buku Indonesia yang saya suka. Ahey.
1. Carrie – Stephen King
Terus terang saja saya tidak begitu tertarik dengan Stephen King, namun cover versi Gramedia berlatar kuning terang ditambah dengan ilustrasi wajah perempuan dari darah yang ternyata memang esensi dari Carrie ‘memanggil’ saya untuk dibeli, syukurlah ceritanya juga bagus dan saya memutuskan untuk membaca karya-karyanya yang lain.
2. Semusim dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma
Absurd, kesan yang saya tangkap dari cover dan dari kesuluruhan isi cerita. Buku masuk kategori yang belum pernah saya dengar dan langsung dibeli karena cover, ga heran kan buku ini masuk Top 5 saya 🙂
3. The Various Flavours of Coffee – Anthony Capella
Buku dari Santa saya tahun lalu, covernya malah lebih bagus dari cover aslinya, eksotis dan menggoda. Cakep!
4. Beautiful Ruins – Jess Walter
Cover buku ini cantik sekali, walau memang hampir tidak ada ilustrasi hanya permainan warna dari pemandangan sebuah kota.
5. Eleanor and Park
Maaf bagi yang sudah mengikuti Book Kaleidoscope 2013 yang sudah bosan dengan Eleanor and Park, sepertinya buku ini masuk dalam semua kategori :p
Covernya simpel tapi pas dan di dalam kesederhanaannya ia sanggup tampil berkelas :’) Sukak!
Sekian postingan kali ini, jangan lupa mampir ke Mbak Fanda dan melihat cover favorit teman-teman yang lain 🙂
Yuuk, lanjut hari kedua Top Five Most Memorable Quotes, lumayan susah nih memilih lima quote, beberapa di antaranya yang berkesan :
Book Kaleidoscope 2013
1. Eleanor and Park – Rainbow Roswell
“You can be Han Solo,” he said, kissing her throat. “And I’ll be Boba Fett. I’ll cross the sky for you.” – Park
Memang cuma dua kalimat, tidak ada romantis-romantisnya, tapi menurut saya kalimat di atas sangat romantis dan menghangatkan hati, kebayang jaman cinta-cintaan jaman SMA ga sik :p
2. Me Before You – Jojo Moyes
“Push yourself. Don’t settle. Wear those stripy legs with pride. And if you insist on settling down with some ridiculous bloke, make sure some of this is squirreled away somewhere. Knowing you still have possibilities is a luxury. Knowing I might have given them to you has alleviated something for me.” – Will Traynor
Masih sama dengan alasan di buku Eleanor dan Park, ucapan Will ke Lou memang kalau dibaca begitu saja tidak ada momen lope lope poreper eper apter, tapi bagi yang sudah membaca Me Before You dan mengenal karakter Lou dan Will, kalimat di atas adalah pesan yang dalam, terutama untuk Lou. Berani mengambil kesempatan karena hidup hanya sekali. Oh Will :’)
3. Every Day – David Levithan
“If there’s one thing I’ve learned, it’s this: We all want everything to be okay. We don’t even wish so much for fantastic or marvelous or outstanding. We will happily settle for okay, because most of the time, okay is enough.” – A
Yes, we all want everything to be okay, don’t we?
4. Wonder – R. J. Palacio
“I think there should be a rule that everyone in the world should get a standing ovation at least once in their lives.”
Ada banyak quote yang bagus-bagus dalam Wonder, tapi kenapa saya memilih yang ini, karena memang inilah yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan kita, setiap orang pasti memiliki batu sandungan dalam hidupnya dan bagaimana kita berhasil melewatinya anggaplah itu penghargaan 🙂
5.The Husband’s Secret
“Falling in love was easy.anyone could fall. It was holding on that was tricky”
Yap, bener banget deh ini. Enough said.
Mari sekarang berkelana di blog teman-teman yang lain via Mbak Fanda 🙂
Uhuy, saya suka kalo sudah bagian kaleidoscope begini, selain melihat kembali buku apa saja yang saya baca selama 2013, tidak perlu berpikir keras dan selalu menarik melihat listopia, apalagi bisa membandingkan dengan buku-buku pilihan teman-teman yang lain. Mau lihat apa saja pilihan yang lain? Mari main ke host Book Kaleidoscope 2013 : Mbak Fanda.
Yuk langsung saja masuk ke 5 tokoh pria favorit tahun 2013 :
1. Nobody (Bod) Owens
2. Silas
Kedua tokoh di atas diambil dari buku The Graveyard Book karangan Neil Gaiman. Silas sebagai pengasuh yang mengenalkan apa arti dunia kepada Bod yang yatim piatu dan diasuh oleh keluarga hantu. Walau karakter Silas rada abu-abu, tapi beberapa sifatnya sedikit mengingatkan saya dengan Severus Snape. Dingin tapi aslinya sangat penyayang. Sedangkan Bod, dari kecil sudah ditempa hidup yang keras namun tidak mendinginkan hatinya melainkan karakternya mampu membuat hati saya hangat saat membaca buku ini. #tsah
Silas & Bod
3. Don Tillman, profesor di bidang genetik berusia 39 tahun yang menjadi tokoh utama di buku The Rosie’s Project, sepertinya juga memiliki sindrom Asperger’s sehingga segala tingkah lakunya teratur, harus ada dasarnya dan tidak mengerti apa arti cinta, namun ketika bertemu Rosie, hidupnya yang teratur mendadak berputar layaknya roller coaster. Buku keren! Mau coba membayangkan seperti apa wajahnya yang dibilang mirip Gregory Peck? Menurut saya yang memper-memper Don tak lain tak bukan Jean Dujardin pas juga ada fotonya berkaca mata. Ahik, setuju ga teman-teman?
Jean Dujardin
4. A, tokoh utama dalam David Levithan, yang jiwanya senantiasa berpindah tubuh setiap harinya. Ia tidak memiliki teman, ia tidak memiliki orang tua, yang A tahu ia hanya menjalani hidupnya yang berbeda-beda setiap hari. Sampai suatu ketika ia jatuh cinta dengan teman perempuan dari tubuh yang ia diami di hari itu. Kalimatnya yang mungkin bisa dibilang galau, tapi dalam arti galau yang elegan. #apasih
Macam begini : “Because when something happens, she’s the person I want to tell. The most basic indicator of love.”
Aw aw aw. Sayangnya saya tidak bisa mencantumkan foto karena memang A tidak memiliki penampakan yang jelas :p
5. Park. Oh yes, Park di Eleanor and Park, nerdy dan androgini namun tetap saja seksi di mata saya. Senantiasa berbaju hitam, jago taekwondo dan loveable banget deh pokoknya!
Saya senang banget kalau sudah bagian membuat listopia akhir tahun begini 🙂
Book Kaleidoscope
Buku yang saya baca tahun ini berkurang lebih dari 35 buah dari tahun lalu, penurunan yang cukup drastis *sigh*. Untungnya saat memilih 5 buku terbaik saya lumayan kesulitan menyortir 5 dari 10 buku favorit tahun 2012. Penilaian buku favorit saya buat berdasar ‘after effect’ buku yang dibaca dan bintang penuh di Goodreads. Tanpa berlama-lama inilah 5 buku terbaik yang saya baca tahun ini diurut berdasarkan waktu pembacaan.
1. A Thousand Splendid Suns – Khaled Hosseini
A Thousand Splendid Suns
Mewek, meringis, ngilu, nyesek dan tetap indah untuk dibaca. Bagus sangat. Enough said 🙂
Bagi yang penasaran, bisa dicek ulang review saya di sini.
2. The Girl with Dragon Tattoo – Stieg Larsson
The Girl with Dragon Tattoo
Hadiah dari Secret Santa 2011, buku yang benar-benar berkesan. Sampai sekarang buku terakhir masih sayang dibaca karena belum rela berpisah dengan tokoh utamanya, Lisbeth Salander.
Brutal, fast-paced, memorable. Masih tidak rela penulisnya telah tiada >.<
Belum baca buku ini? Masih belum terlambat untuk memulainya dan monggo dicek reviewnya di sini.
3. Eleven Minutes – Paulo Coelho
Saya lebih suka Eleven Minutes dibanding The Alchemist mungkin karena tokohnya terkesan lebih nyata dan karakter Maria sangatlah menarik. Selain itu quote-quote Paul Coelho tidak usah dipertanyakan lagi. Juara.
Eleven Minutes
4. The Good Earth – Pearl S. Buck
The Good Earth
Salah satu ciri khas Pearl S. Buck yang saya suka adalah gaya penulisannya yang mendetail, deskriptif tanpa ingin tampil berlebihan. Apa adanya. Sehingga penggambaran daratan Cina jaman dulu di buku The Good Earth berhasil dilukiskan dengan sempurna. Masing-masing tokohnya pun berhasil memikat hati saya walau konflik yang ditonjolkan kurang dramatis. Wajar saja jika The Good Earth masuk dalam list 1001 books you should read before you die.
5. Will Grayson Will Grayson – John Green & David Levithan
Will Grayson Will Grayson
Baru direview beberapa hari lalu, jadi sepertinya tidak perlu alasan lagi kenapa buku ini masuk dalam buku favorit tahun ini. :p
Funny, touching and well writen.
Hiyaak, itu dia list bacaan saya, saatnya blogwalking dan sampai jumpa di listopia tahun depan. Happy holiday everyone!
Kembali meramaikan Book Kaleidoscope Mbak Fanda, di postingan kali ini sesuai judulnya book cover terbaik dari 62 buku yang saya baca tahun 2012, masih kurang 3 lagi sesuai target tapi saya rasa kelima sampul buku di bawah cukup mewakilkan buku terbaik versi saya.
5. Fifty Shades of Grey.
Fifty Shades of Grey
Yeeaaa, i know, saya salah satu pembaca yang ngomel-ngomel tiap si tokoh mulai bertindak bodoh seperti menggigit bibirnya *oops*. Walau begitu tidak bisa dipungkiri hanya dengan cover depannya kita bisa ikut merasakan kemisteriusan seorang Christian Grey.
4. Gadis Kretek.
Gadis Kretek
Nah kalau Gadis Kretek saya pilih karena nuansa vintagenya sangat berasa, gadis berwajah Indonesia yang rada mirip Dessy Ratnasari berkebaya encim dengan rokok di satu tangannya. Keren!
3. Memoirs of Imaginary Friends.
Memoirs of An Imaginary Friends
Terus terang saya membeli buku ini murni karena covernya, well dengan embel-embel Jodi Picoult juga ding. Cover buku karangan Matthew Green ini dengan pas menampilkan esensi cerita. The Imaginary Friend. Dengan jungkat-jungkit kosong namun berat. Kewl!
2. Season of Witch.
Season of Witch
Saya suka banget cover ini, malah lebih suka versi terjemahan Gramedianya ketimbang buku aslinya. Dominasi warna coklat dan merah muda yang menonjol di bagian bawah mampu menampilkan aura gothic sekaligus sensual karena memang buku karangan Natasha Mostert lumayan nyerempet-nyerempet walau hanya sekilas.
1. Blue Romance.
Blue Romance
Widih, Sheva pasti girang banget nih karena di postingan saya kemarin buku ini sudah saya sebut. Coba deh diperhatikan cover depannya, siapa yang tidak jatuh cinta, cover yang terbagi menjadi 2 halaman menyiratkan aura romantis dan syahdu sekaligus.
pict was taken from googleCute bookmark!
Kenapa menjadi pilihan pertama saya, karena di tiap cerita kita disuguhkan ilustrasi sesuai cerita dan pembatas bukunya keren sangat. Ceritanya bagus, kemasannya juga pas. Wajar jadi cover buku favorit saya tahun 2012 kan?
Tahun 2012 saya mengalami kecepatan membaca saya mengalami penurunan drastis dan hal itu berdampak secara tidak langsung dengan postingan saya kali ini. Seperti biasa jikalau tutup tahun adalah saat yang tepat untuk listopia 2012 dan kaleidoskop pertama dibuka dengan top 5 book boyfriend. Secara buku yang saya baca sedikit ternyata cukup susah memilih 5 pria favorit >.<
Ya sudah deh ya, tanpa berpanjang lebar lagi mari menyegarkan hari Kamis yang mendung di Bali dengan pria-pria tampan pilihan blogger pemalas ini.
5. Rasus
Rasus. Singkat saja. Ia adalah pendamping tokoh sentral di buku karya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk. Rasus saya cantumkan di sini karena sebagai seorang pria, saya melihatnya sebagai sosok yang bertanggung jawab, menjalankan tugasnya sebagai tentara dengan baik yang kurang cuma satu. Egonya itu tingginya mengalahkan menara Babel dan akhirnya si Srintil jadi gitu kan ya gara-gara dia juga, dasar laki-laki! Loh kok jadi ngomel di sini :p
Rasus – Srintil
Buku ini sudah difilmkan dengan Oka Antara berperan sebagai Rasus, saya belum sempat menonton filmnya tapi pasang wajah Bli ganteng ini ga salah kan ya 🙂
4. Jon Snow
Main character dari seri Game of Thrones di semakin mendapat banyak porsi di buku ketiga A Storm of Swords. Lebih banyak action dan *uhuk* ‘action’ dengan Ygrette :p Well, selain itu karakternya lebih berkembang apalagi sejak ia ditunjuk menjadi lord commander, ga spoiler-spoiler amat kan itu ;p
Satu lagi yang menyebabkan ia masuk dalam top 5 karena foto hitam putih di bawah ini, ho oooh, saya memang mureee banget kalau sudah lihat laki gondrong macam begini :p
Kit Harington
3. Bimarendra Satyadwira
Cerpenis, juara talented writer dan jurnalis The Washington Times. Tampilan fisik ya sesuai dengan pria yang gampang membuat saya meleleh : gondrong dengan rambut halus di bagian dagu. Pria puitis yang mengalah demi menjaga perasaan sahabatnya sendiri dan pintar menulis jadi poin tersendiri juga untuk saya sehingga memasukkan Bima yang ceritanya cukup singkat di pria favorit 2012.
“Do you care about me, like I care about you?“, tanya Anjani di saat pertemuan akhir mereka.
Menyesali apa yang sudah lewat tidak akan membuat aku menjadi manusia yang lebih baik. Klise, tapi itulah yang harus aku lakukan.
Dan akhirnya ketika akhirnya Bima menuliskan kata “I do” sebagai jawaban pertanyaan Anjani yang ditulisnya di kertas saat ia berpisah, haduh nyesek.
Kisah Bima – Anjani bisa dibaca di kumpulan cerpen Sheva yang berjudul Blue Romance, maaf banget kalau dengan pilihan ini jadi major spoiler bagi yang belum baca 🙂
Siapa kira-kira yang cocok menjadi Bima? Umm, mas-mas ini aja yak! *wink*
Haee, Mas! :p
2. will grayson
Remaja laki-laki ciptaan David Levithan di buku Will Grayson Will Grayson. Walaupun will menyukai laki-laki, bukan berarti ia tidak bisa masuk dalam list top 5 book boyfriend. Kenapa will bisa ada di sini? Saya suka dia, karakternya pemurung dan penyendiri, walau begitu celetukannya sering kali bikin ngakak. Seperti ini contohnya :
“if there’s anything stupider than buddy list, it’s lol. if anyone ever uses lol with me, i rip my computer right out of the wall and smash it over the nearest head. i mean, it’s not like anyone is laughing out loud about anything they lol.”
atau yang ini :
(rofl! what? are you really rolling on the floor laughing? well, please stay down there a sec while I KICK YOUR ASS.)
Rada ekstrim sih ya, mau lebih jelas soal will grayson nantikan postingan saya besok bareng #BBI yang mengambil tema baca bareng LGBT.
Yang cocok jadi will, now that’s a question.
*brb googling dulu*
Tak perlu lama, giliran mau googling saya tau yang akan saya cari gambarnya siapa. Ladies and gents, Joseph Gordon Levitt. Oh boy, i love hiiimmm!!! *nemplok*
JGL
1. Ga perlu penasaran karena setelah blogwalking sudah banyak juga tante-tante maupun abegeh-abegeh macam Ndari dan Aul yang juga kepincut dengan pria satu ini. Augustus Waters!!
Nah kalau dapat pria macam begini gimana coba yaaaa >.<
“I’m in love with you,” he said quietly.
“Augustus,” I said.
“I am,” he said. He was staring at me, and I could see the corners of his eyes crinkling. “I’m in love with you, and I’m not in the business of denying myself the simple pleasure of saying true things. I’m in love with you, and I know that love is just a shout into the void, and that oblivion is inevitable, and that we’re all doomed and that there will come a day when all our labor has been returned to dust, and I know the sun will swallow the only earth we’ll ever have, and I am in love with you.”
Dan yang ini nih juaranya :
“Oh, I wouldn’t mind, Hazel Grace. It would be a privilege to have my heart broken by you.”
mamih. matik aku.
pinjem bentar ya Mbak Emma.
*ngglendot di dada andrew garfield*
Ooops, sorry, gini deh akibat sejaman browsing pria idaman ;p
Mudah-mudahan postingan ini berkenan dan ikut meramaikan book kaleidoskop Mbak Fanda.
Hai hai semua pemalas muncul lagi, ehem, tepatnya saya bukan malas buka blog tapi ini loh dikejer-kejer challenge di Goodreads, baru 56 dari 70. Haiyah. Padahal sudah pertengahan November >.<
Berhubung sudah menjelang akhir tahun dan saran dari @melmarian untuk sekedar meng-update blog yang tidak harus berisi review buku, nah pas beberapa hari lalu saya melihat daftar Best Book 2012 menurut Amazon.com. Ada hal-hal menarik yang saya cermati di listopia itu, tapi sebelumnya saya cantumkan apa saja buku-buku yang masuk list buku terbaik.
1. The Round House
The Round House
One Sunday in the spring of 1988, a woman living on a reservation in North Dakota is attacked. The details of the crime are slow to surface as Geraldine Coutts is traumatized and reluctant to relive or reveal what happened, either to the police or to her husband, Bazil, and thirteen-year-old son, Joe. In one day, Joe’s life is irrevocably transformed. He tries to heal his mother, but she will not leave her bed and slips into an abyss of solitude. Increasingly alone, Joe finds himself thrust prematurely into an adult world for which he is ill prepared.
While his father, who is a tribal judge, endeavors to wrest justice from a situation that defies his efforts, Joe becomes frustrated with the official investigation and sets out with his trusted friends, Cappy, Zack, and Angus, to get some answers of his own. Their quest takes them first to the Round House, a sacred space and place of worship for the Ojibwe. And this is only the beginning.
Written with undeniable urgency, and illuminating the harsh realities of contemporary life in a community where Ojibwe and white live uneasily together, The Round House is a brilliant and entertaining novel, a masterpiece of literary fiction. Louise Erdrich embraces tragedy, the comic, a spirit world very much present in the lives of her all-too-human characters, and a tale of injustice that is, unfortunately, an authentic reflection of what happens in our own world today.
“Moving, complex, and surprisingly uplifting…likely to be dubbed the Native American TO KILL A MOCKINGBIRD” (Parade, Fall’s Best Books )
“Riveting…One of Erdrich’s most suspenseful novels…. It vividly portrays both the deep tragedy and crazy comedy of life.” (BookPage, Cover/Feature Review )
“A gripping mystery with a moral twist: Revenge might be the harshest punishment, but only for the victims. A-” (Entertainment Weekly )
“THE ROUND HOUSE is filled with stunning language that recalls shades of Faulkner, Garcia Marquez and Toni Morrison. Deeply moving, this novel ranks among Erdrich’s best work, and it is impossible to forget.” (USA Today )
4.6 out of 5.
2. The Yellow Bird
A novel written by a veteran of the war in Iraq, The Yellow Birds is the harrowing story of two young soldiers trying to stay alive.
The Yellow Bird
“The war tried to kill us in the spring.” So begins this powerful account of friendship and loss. In Al Tafar, Iraq, twenty-one-year old Private Bartle and eighteen-year-old Private Murphy cling to life as their platoon launches a bloody battle for the city. Bound together since basic training when Bartle makes a promise to bring Murphy safely home, the two have been dropped into a war neither is prepared for.In the endless days that follow, the two young soldiers do everything to protect each other from the forces that press in on every side: the insurgents, physical fatigue, and the mental stress that comes from constant danger. As reality begins to blur into a hazy nightmare, Murphy becomes increasingly unmoored from the world around him and Bartle takes actions he could never have imagined.With profound emotional insight, especially into the effects of a hidden war on mothers and families at home, The Yellow Birds is a groundbreaking novel that is destined to become a classic.
3. Gone Girl
Gone Girl
On a warm summer morning in North Carthage, Missouri, it is Nick and Amy Dunne’s fifth wedding anniversary. Presents are being wrapped and reservations are being made when Nick’s clever and beautiful wife disappears from their rented McMansion on the Mississippi River. Husband-of-the-Year Nick isn’t doing himself any favors with cringe-worthy daydreams about the slope and shape of his wife’s head, but passages from Amy’s diary reveal the alpha-girl perfectionist could have put anyone dangerously on edge. Under mounting pressure from the police and the media—as well as Amy’s fiercely doting parents—the town golden boy parades an endless series of lies, deceits, and inappropriate behavior. Nick is oddly evasive, and he’s definitely bitter—but is he really a killer?
As the cops close in, every couple in town is soon wondering how well they know the one that they love. With his twin sister, Margo, at his side, Nick stands by his innocence. Trouble is, if Nick didn’t do it, where is that beautiful wife? And what was in that silvery gift box hidden in the back of her bedroom closet?
Nah! Akhirnya ada buku yang familiar, dua list teratas saya malah belum pernah tahu, tapi Gone Girl kurang menarik minat saya sih, covernya juga gelap banget
4. The End of Your Life Book Club
The End of Your Life Book Club
“What are you reading?”
That’s the question Will Schwalbe asks his mother, Mary Anne, as they sit in the waiting room of the Memorial Sloan-Kettering Cancer Center. In 2007, Mary Anne returned from a humanitarian trip to Pakistan and Afghanistan suffering from what her doctors believed was a rare type of hepatitis. Months later she was diagnosed with a form of advanced pancreatic cancer, which is almost always fatal, often in six months or less.
This is the inspiring true story of a son and his mother, who start a “book club” that brings them together as her life comes to a close. Over the next two years, Will and Mary Anne carry on conversations that are both wide-ranging and deeply personal, prompted by an eclectic array of books and a shared passion for reading. Their list jumps from classic to popular, from poetry to mysteries, from fantastic to spiritual. The issues they discuss include questions of faith and courage as well as everyday topics such as expressing gratitude and learning to listen. Throughout, they are constantly reminded of the power of books to comfort us, astonish us, teach us, and tell us what we need to do with our lives and in the world. Reading isn’t the opposite of doing; it’s the opposite of dying.
Will and Mary Anne share their hopes and concerns with each other—and rediscover their lives—through their favorite books. When they read, they aren’t a sick person and a well person, but a mother and a son taking a journey together. The result is a profoundly moving tale of loss that is also a joyful, and often humorous, celebration of life: Will’s love letter to his mother, and theirs to the printed page.
Aaaak! Dari sepuluh buku teratas buku The End of Your Life Book Club yang menarik perhatian saya, dari judulnya, ceritanya yang ternyata memoar dari ibunya sendiri, hauhau, bisa dipastikan akan mewek bombay bacanya. I want this book. Stat.
“Will Schwalbe gives us two love stories in one: that of his relationship with his dynamo of a mother as her horizons shrink, and that of their mutual devotion to the printed word, infinitely and insistently engaging. Tender and touching and beautifully done.” –Stacy Schiff, author of Cleopatra
“This touching and insightful memoir [will] appeal to readers of Tuesdays with Morrie and The Last Lecture, but also to people who love delving into books and book discussions . . . While it is a story about death, it is mostly a celebration of life and of the way books can enrich it.” –Booklist (starred)
“I was so moved by this marvelous book. Schwalbe has done something extraordinary: made a personal journey public in the most engaging, funny and revealing way possible. It is a true meditation on what books can do.” –Edmund de Waal, author of The Hare with the Amber Eyes
5. Billy Lynn’s Long Halftime Walk
Bill Lynn’s Long Halftime Walk
A ferocious firefight with Iraqi insurgents at “the battle of Al-Ansakar Canal”—three minutes and forty-three seconds of intense warfare caught on tape by an embedded Fox News crew—has transformed the eight surviving men of Bravo Squad into America’s most sought-after heroes. For the past two weeks, the Bush administration has sent them on a media-intensive nationwide Victory Tour to reinvigorate public support for the war. Now, on this chilly and rainy Thanksgiving, the Bravos are guests of America’s Team, the Dallas Cowboys, slated to be part of the halftime show alongside the superstar pop group Destiny’s Child.
Among the Bravos is the Silver Star–winning hero of Al-Ansakar Canal, Specialist William Lynn, a nineteen-year-old Texas native. Amid clamoring patriots sporting flag pins on their lapels and Support Our Troops bumper stickers on their cars, the Bravos are thrust into the company of the Cowboys’ hard-nosed businessman/owner and his coterie of wealthy colleagues; a luscious born-again Cowboys cheerleader; a veteran Hollywood producer; and supersized pro players eager for a vicarious taste of war. Among these faces Billy sees those of his family—his worried sisters and broken father—and Shroom, the philosophical sergeant who opened Billy’s mind and died in his arms at Al-Ansakar.
Over the course of this day, Billy will begin to understand difficult truths about himself, his country, his struggling family, and his brothers-in-arms—soldiers both dead and alive. In the final few hours before returning to Iraq, Billy will drink and brawl, yearn for home and mourn those missing, face a heart-wrenching decision, and discover pure love and a bitter wisdom far beyond his years.
6. Behind the Beautiful Forevers
Behind the Beautiful Forevers
In this brilliantly written, fast-paced book, based on three years of uncompromising reporting, a bewildering age of global change and inequality is made human.
Annawadi is a makeshift settlement in the shadow of luxury hotels near the Mumbai airport, and as India starts to prosper, Annawadians are electric with hope. Abdul, a reflective and enterprising Muslim teenager, sees “a fortune beyond counting” in the recyclable garbage that richer people throw away. Asha, a woman of formidable wit and deep scars from a childhood in rural poverty, has identified an alternate route to the middle class: political corruption. With a little luck, her sensitive, beautiful daughter—Annawadi’s “most-everything girl”—will soon become its first female college graduate. And even the poorest Annawadians, like Kalu, a fifteen-year-old scrap-metal thief, believe themselves inching closer to the good lives and good times they call “the full enjoy.”
But then Abdul the garbage sorter is falsely accused in a shocking tragedy; terror and a global recession rock the city; and suppressed tensions over religion, caste, sex, power and economic envy turn brutal. As the tenderest individual hopes intersect with the greatest global truths,the true contours of a competitive age are revealed. And so, too, are the imaginations and courage of the people of Annawadi.
Another version of Behind the Beautiful Forevers
Wishlist ketiga saya setelah The Round Year dan The End of Your Life Book Club.
7. A Hologram for the King
A Hologram for the King
In a rising Saudi Arabian city, far from weary, recession-scarred America, a struggling businessman pursues a last-ditch attempt to stave off foreclosure, pay his daughter’s college tuition, and finally do something great. In A Hologram for the King, Dave Eggers takes us around the world to show how one man fights to hold himself and his splintering family together in the face of the global economy’s gale-force winds. This taut, richly layered, and elegiac novel is a powerful evocation of our contemporary moment — and a moving story of how we got here.
8. The Middlestein
The Middlesteins, nice cover!
For more than thirty years, Edie and Richard Middlestein shared a solid family life together in the suburbs of Chicago. But now things are splintering apart, for one reason, it seems: Edie’s enormous girth. She’s obsessed with food–thinking about it, eating it–and if she doesn’t stop, she won’t have much longer to live.When Richard abandons his wife, it is up to the next generation to take control. Robin, their schoolteacher daughter, is determined that her father pay for leaving Edie. Benny, an easy-going, pot-smoking family man, just wants to smooth things over. And Rachelle– a whippet thin perfectionist– is intent on saving her mother-in-law’s life, but this task proves even bigger than planning her twin children’s spectacular b’nai mitzvah party. Through it all, they wonder: do Edie’s devastating choices rest on her shoulders alone, or are others at fault, too?With pitch-perfect prose, huge compassion, and sly humor, Jami Attenberg has given us an epic story of marriage, family, and obsession. The Middlesteins explores the hopes and heartbreaks of new and old love, the yearnings of Midwestern America, and our devastating, fascinating preoccupation with food.
Membaca sinopsisnya saya langsung tertarik dengan The Middlestein terlebih lagi kesannya satir dan sedikit mengingatkan saya dengan Lemon Cake yang sempat saya baca awal tahun 2012. Me want this also. #edisimaruk
9. Mortality
Mortality
On June 8, 2010, while on a book tour for his bestselling memoir, Hitch-22, Christopher Hitchens was stricken in his NewYork hotel room with excruciating pain in his chest and thorax. As he would later write in the first of a series of award-winning columns for Vanity Fair, he suddenly found himself being deported “from the country of the well across the stark frontier that marks off the land of malady.” Over the next eighteen months, until his death in Houston on December 15, 2011, he wrote constantly and brilliantly on politics and culture, astonishing readers with his capacity for superior work even in extremis.
Throughout the course of his ordeal battling esophageal cancer, Hitchens adamantly and bravely refused the solace of religion, preferring to confront death with both eyes open. In this riveting account of his affliction, Hitchens poignantly describes the torments of illness, discusses its taboos, and explores how disease transforms experience and changes our relationship to the world around us. By turns personal and philosophical, Hitchens embraces the full panoply of human emotions as cancer invades his body and compels him to grapple with the enigma of death.
The Last Lecture versi sarkas sepertinya, pengen dibaca sih tapi dari tadi banyakan buku depresi gini jadi kapan-kapan aja deh masuk wishlist.
10. The Fault in Our Stars
Haaa! Akhirnya ada juga buku yang sudah terbaca masuk di sini. Memang pantas dan worth to read.
Itulah 10 buku teratas via amazon. Ngik, kok berasa jadi narator di acara On the Spot? *bantingmike*
Jadi dari semua itu ada yang memoar, ada yang novel, semuanya memiliki nilai plus yang pasti sangat tinggi sampai bisa masuk di list best book. Apa saya yang kurang tanggap dengan best book versi 2011 atau saya melihat perubahan pola baca. Rata-rata buku yang masuk adalah buku yang sarat dengan kesedihan, pergumulan, kanker dan kematian. Jika sempat saya coba bandingkan dengan versi tahun lalunya deh.
Manusia sekarang lebih realistis? Apakah sudah bosan dengan kisah romantika? Apakah dengan membaca buku ‘depresif’ membuat kita bersyukur dengan hidup kita yang acapkali terkesan biasa-biasa saja?
Entahlah. Review ini dibuat bukan untuk menjejalkan wishlist saya ke Secret Santa loh ya 🙂
-15.11.2012-
Edisi merenung di kamar.
Cheers! Happy long weekend bagi yang liburan dan bagi yang masih berkutat dengan Goodreads Challenge macam saya, selamat membaca 🙂
Yay! Akhirnya bisa ikutan lagi proyek baca bareng BBI yang mengambil tema 1001 Books You Have to Read Before You Die. Woh, seru pisan temanya. Buku yang saya pilih adalah The Hobbit dengan alasan : penganut aliran harus baca bukunya dulu sebelum nonton film adaptasi, belum pernah membaca pengarang yang sangat saya segani ini dan yang terakhir mengurangi timbunan karena buku The Hobbit sudah saya beli sekitar 4 tahun yang lalu :p
The Hobbit
Sinopsis singkat dari Goodreads :
Gara-gara Gandalf, Bilbo jadi terlibat petualangan menegangkan. Tiga belas Kurcaci mendatangi rumahnya dengan mendadak, karena mengira ia seorang Pencuri berpengalaman, seperti kata Gandalf. Terpaksa ia bergabung dalam petualangan mereka : mengadakan perjalanan panjang dan berbahaya untuk mencari Smaug, naga jahat yang telah merampas harta kaum Kurcaci di masa lampau. Dalam perjalanan, rombongannya dihadang pasukan goblin. Saat melarikan diri dari kejaran mereka, Bilbo tersesat ke gua Gollum dan menemukan Cincin yang bisa membuatnya tidak kelihatan. Cincin ini sangat membantunya ketika menghadapi Smaug, juga dalam perang besar yang berkobar kemudian, antara kelompok Peri, Manusia, dan Kurcaci melawan pasukan goblin dan Warg.
Sepertinya semua sudah tidak asing lagi dengan penyihir tua bijaksana Gandalf, hobbit Frodo yang imut, si ganteng Aragorn, Legolas salah seorang personil boyband dari fellowship of the ring dan the one and only ‘my preciouusss’ Gollum. Bilbo yang hanya muncul di awal kisah LOTR memegang peranan kunci di buku prequelnya yaitu The Hobbit.
Berawal dari saat Tolkien memeriksa ujian dan menemukan halaman kosong. Dasarnya orang jenius kali ya, seketika itu beliau mendapat inspirasi dan menulis, “In a hole on the ground there lived a hobbit.” Kelanjutan dari The Hobbit selesai ditulis tahun 1932 dan meminjamkan manuskrip tersebut ke beberapa orang yang salah satu di antaranya adalah sahabat karib Tolkien, yang sama-sama orang hebat dan pengarang, tak lain tak bukan C. S. Lewis. Dan tak lama kemudian, tanggal 21 September 1937 terbitlah edisi perdana The Hobbit yang covernya juga dibuat oleh Tolkien himself.
1st ed
Balik ke Bilbo Baggins. Berawal dari pertemuannya dengan Gandalf, ia harus keluar dari rumahnya yang hangat, memulai petualangan menegangkan bersama ketigabelas kurcaci. Perjalanan mereka mencari harta karun tidak mudah, Bilbo dan kawan-kawan harus melewati laba-laba raksasa, troll, goblin, bangsa peri, wargs, gollum dan terakhir Smaug si naga jahat.
The beginning
Saya tidak akan bercerita panjang lebar mengenai seluk beluk rintangan demi rintangan yang Bilbo hadapi tapi saya ingin mengajak pembaca blog di sini mendalami lebih jauh kenapa sih The Hobbit masuk dalam list 1001 books you have to read before you die. Ini dari sudut pandang saya lho ya, kritikus tidak jelas*takut kalau ada yang protes* berdasar pengalaman pribadi saat membaca dan hasil browsing-browsing beberapa situs :
1. Seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya (Character Thursday) Bilbo adalah sosok penolong yang from zero to hero. Pembaca memiliki kedekatan dengan tipe protagonis macam begini dibanding yang memang sudah kebal metekel terhadap bahaya ala superhero komik. Bilbo, sebagaimana kita adalah seorang hobbit biasa. Ia gemar membaca, duduk-duduk minum teh di sofanya yang empuk, giliran harus melakukan perjalanan panjang ia tak lepas dari yang namanya bersungut-sungut dan merindukan rumahnya yang hangat. Apalagi kelakukan kurcaci terkadang menyebalkan, kalau orang Surabaya bilang, “yo tambah wes kangen karo umah dhewek!”. Bilbo bisa saja menjelma di dalam diri kita dan di saat kepepet ia malah bisa menjadi penolong teman-temannya. Ringan tangan, cerdik dan setia kawan, itu kunci yang dibutuhkan dalam perjalanan menempuh maut dan Bilbo memiliki semuanya.
The journey
2. Tolkien merepresentasikan Smaug dan Gollum sebagai akar dari evil, ketamakan. Dikutip dari cliffnotes.com : Smaug and Gollum represent the perverted use of property. They are monsters because isolation and selfishness such as theirs is evil. They do not recognize community; there are no other creatures like them. Smaug makes his home in the Lonely Mountain, and Gollum is so self-centered he does not even know the word for “you.” They are vehemently opposed to sharing; indeed, they would rather kill than share what they possess, whether it be Gollum’s ring of invisibility or Smaug’s treasure trove. Smaug makes no use at all of the treasure trove; he only sits on top of it and sleeps. Ironically, Smaug is killed himself as he wages war in defense of his treasure. (Gollum, too, dies in The Lord of the Rings trilogy as he finally reclaims his prized possession, the ring of invisibility.)
Elves vs Gollum
3. Buku yang disebut The Most Important 20th-Century Novel (for Older Readers)” in the Children’s Books of the Century poll in Books for Keeps, disebut C. S. Lewis sebagai “this book a number of good things, never before united, have come together: a fund of humour, an understanding of children, and a happy fusion of the scholar’s with the poet’s grasp of mythology… The professor has the air of inventing nothing. He has studied trolls and dragons at first hand and describes them with that fidelity that is worth oceans of glib “originality.”
4. Satu lagi yang membuat saya semakin kagum dengan J. R. R. Tolkien adalah kemampuannya meramu prosa yang tertuang dalam balasan teka-teki antara Bilbo dan Gollum. Ah sayang saya tidak membaca versi Inggrisnya, walau begitu yang terjemahan juga menarik untuk disimak.
Apa yang punya kaki tapi tidak kelihatan, lebih tinggi dari pepohonan. Menembus awan sangatlah tinggi, tapi tidak pernah tumbuh sama sekali?
Gunung!
Tiga puluh kuda putih di atas bukit merah, mula-mula mereka memamah, lalu kemudian mengunyah, kemudian berdiri diam tak berubah.
Gigi!
Keereeen yaaa!
5. Bicara tentang gollum, mau tak mau saya teringat akan cincin “The One Ring”, cincin keramat yang diciptakan Sauron, tentu semua masih ingat tulisan yang ada di cincin itu.
One ring to rule them all, one ring to find them,
One ring to bring them all and in the darkness bind them.
Memang ini tidak terlalu banyak berhubungan dengan Bilbo sih tapi sebagai pembaca awam dan mengetahui bahwa tulisan dan bahasa Tengwar yang dibuat oleh Tolkien yang contohnya bisa dilihat di cincin The One Ring membuat saya merinding. Saya membaca sebuah masterpiece dunia. Buku yang tidak main-main dan adalah kehormatan tersendiri saya bisa membaca buku beliau. Ingin mengetahui huruf Tengwar secara lengkap? Bisa dibuka di sini.
J. R. R.Tolkien
John Ronald Reuel Tolkien lahir di Afrika Selatan tahun 1892, beliau adalah profesor yang mengajar di Leeds dan Oxford. Sejak usia muda beliau tertarik mendalami bahasa terutama Greek, Anglo Saxon, and later at Oxford, Finnish. Sejak meledaknya The Hobbit dan Lord f The Rings, beliau menyepi di Poole, istrinya meninggal tahun 1971 disusul oleh Tolkien 2 tahun kemudian.
Detail buku :
The Hobbit – J. R. R. Tolkien
348 halaman
Gramedia, Januari 2002
*menggos-menggos*
Kayanya sekian dulu curhatan saya mengenai The Hobbit, saatnya blogwalking, navaer!
Setelah kemarin sukses dengan pria-pria, hari ini saya bergumul dengan tokoh-tokoh yang paling menyebalkan yang ada di buku. Susah-susah gampang juga rupanya. Please don’t hate me ya kalau ada salah satu dari nominasi saya yang menjadi karakter favorit teman-teman semua dan jangan dibawa serius amat, ini hanya penilaian pribadi semata 🙂
1. Prince Joffrey, putra mahkota dari House of Barratheon – Lanister di serial pertama A Song of Fire and Ice, A Game of Thrones karangan George R. R. Martin. Apalagi bagi pembaca yang juga sudah menonton serialnya waah bawaannya kalau lihat Prince Joffrey ini pengen pentung kepalanya mulu pake pedang, terlebih di buku keduanya. Manja tapi tidak bisa apa-apa, sudah begitu sadis bin jahat pulak. Haish.
Joffrey Baratheon
Nah ini dia versi serial di HBO. Nyebelin kan kan kan? *maksa*
2. Becky Brandon, tokoh utama dalam Mini Shopaholicnya Sophie Kinsella. Kalau semasa gadis dulu masih masuk akal dengan segala kehebohan yang ditimbulkan akibat kegemarannya berbelanja, tapi lah ini sampai punya anak dan anaknyapun bersifat yang sama. Ga banget deh. Yang ada sepanjang buku malahan sebel dengan Becky, walau saya dikasih kartu kreditnya ya ga nolak juga sih :p
Becky versi film
3. Polly Madasa, anak kecil yang dewasa sebelum waktunya di buku Scones and Sensibility karangan Lindsay Eland. Seandainya saja tingkat kelebayan Polly bisa diturunkan beberapa tingkat ia bisa menjadi gadis manis setara Anne of Green Gables. Sok tau, sok tua dan keinginannya mengatur segala sesuatu membuat saya mengganjarnya dengan salah satu tokoh paling menyebalkan di buku tahun 2011.
Scones and Sensibility
4. Luce Price dari serial Fallen – Lauren Kate, siapa bilang tokoh utama tidak bisa menjadi the most annoying character. Sikapnya yang naif plus plin plan serta menclok Daniel dan Cameron secara bergantian ini bikin saya pengen sentil si Luce. Walau memang tak bisa dipungkiri cinta segitiga adalah salah satu ramuan-dijamin-sukses-dan-membuat-penasaran khas buku Young Adult. Hanya saja perpindahannya ke pria-pria tadi terlalu gampang terlebih lagi bolak balik Daniel mengeluarkan kalimat kasar dan ia tetap menghamba gitu. Ah, susah memang ya kalau sudah cinta mati.
Fallen
5. Berbicara soal cinta mati, sudah tahu kan siapa kandidat selanjutnya yang bakal menjadi penutup karakter paling menyebalkan. Kalau anak BBI pasti tahu nih karena kisahnyalah yang menjadi bacaan bareng BBI pertama kali. Heathcliff! Mulai dari sifatnya yang pemarah, penggerutu, ngomel-ngomel sakarepe dhewe dan cemberuuuut mulu. Gimana bisa menjadi kekasih yang penyayang kalau hari-harinya senantiasa bermuram durja.
Heathcliff versi Ralph Fiennes
Kebayang Voldemort ga sih malahan? Hihihi. Udah ah, mustinya kalau list diteruskan bisa dapat 2-3 nama lagi tapi 5 karakter di atas sudah cukup mewakili tahun 2011 ini, mari kita hunting tokoh menyebalkan lagi di tahun 2012.
Bagaimana dengan kalian? Sependapat dengan saya atau ada nama lain? Lemme know ya *wink*
Sebagai penikmat YA tidak afdol rasanya tidak mengikuti Top 10 list ala blogger luar, tapi karena bacaan tidak melulu YA sulit juga menemukan 10 tokoh pria favorit, 5 sepertinya jumlah yang tepat untuk mewakili kategori ini, masih ada beberapa kategori yang rencananya akan saya posting berturut-turut beberapa hari ke depan.
1. Adrian Ivashkov dari serial Vampire Academy. Slebor, slenge’an tapi celetukannya sanggup membuat hati klepek-klepek. Saya tidak berani bercerita terlalu banyak soal Adrian, karena mungkin beberapa pembaca belum menuntaskan serial ini. Bagi yang belum baca, baca deh agar tahu kenapa Adrian menempati posisi teratas dalam Top 5 book boyfriend versi saya 🙂
2. Noah Calhoun, pria romantis ciptaan Nicholas Sparks dalam The Notebook.
“We fell in love, despite our differences, and once we did, something rare and beautiful was created. For me, love like that has only happened once, and that’s why every minute we spent together has been seared in my memory. I’ll never forget a single moment of it.”
“I am nothing special, of this I am sure. I am a common man with common thoughts and I’ve led a common life. There are no monuments dedicated to me and my name will soon be forgotten, but I’ve loved another with all my heart and soul, and to me, this has always been enough..”
Aaaah, do i need to say more?
3. Owen Armstrong, lelaki unik dari buku Just Listen karangan Sarah Dessen, seperti yang sudah-sudah pengarang ini jarang sekali mengecewakan saya, baru 3 bukunya yang saya baca dan Owen dengan sifatnya yang cool, music freak dan pendiam malah menjadi daya tarik tersendiri buat saya.
“Music is a total constant. That’s why we have such a strong visceral connection to it, you know? Because a song can take you back instantly to a moment, or a place, or even a person. No matter what else has changed in your or the world, that one song says the same, just like that moment.” – Owen. Tuh, ga salah kan pilihan saya 🙂
4. Adam, vokalis yang too good too be true dari buku Where She Went karangan Gayle Forman. Karakternya yang melankolis romantis serta curahan hatinya memikat hati para wanita nih! Dijamin Adam pasti menjadi salah satu nominasi best book boyfriend di banyak top list book boyfriend.
“You crossed the water,left me ashore
It killed me enough,but you wanted more
You blew up the bridge,a mad terrorist
Waved from your side,threw me a kiss
I started to follow but realized too late
There was nothing but air underneath my feet
“Bridge”
aaak *peluk peluk Adam*
5. Untuk penutup best boyfriend versi saya : Adrian dari buku Remember When – Winna Efendi. Pemain basket yang masih SMA ini menarik perhatian saya sejak awal dengan sikapnya yang supel dan apa adanya. Siapa sangka di balik sifat periangnya ia juga bisa menjadi pacar yang penyayang. Aw aw aw #lovestruck.
Dan bagaimana dengan kalian? Setuju dengan pendapat saya? Mustinya pengen nambah Dimitri dan Gale tapi cuma boleh 5, jadi kedepak deh 😀
PS : Top 5 list ini hasil rembukan iseng siang-siang di Gtalk bareng Ana dan Ally
PSS : Membuat top 5 list book boyfriend seakan umur saya berkurang 10 tahun. Pengen SMA atau kuliah lagi jadinya :p
Mia membaca 